Berlibur ke Busan Part 1

914 62 11
                                    

Perjalanan dengan rombongan 3 buah bus besar itu pun meniggalkan keramaian Seoul, melintasi jalanan ramai kemudian perlahan lengang dengan memasuki area wilayah Busan yang di penuhi bau laut yang asin dan angin segar dari arah pantai. Para murid mengintip keluar jendela dengan terkagum-kagum. Dari arah jalanan yang berada pada bagian yang tinggi, mereka bisa menatap air laut biru yang sedang menggulung ke pasir pantai coklat, lalu pecah di sana. Laut lengang, tak banyak perahu yang terlihat siang itu. Rombongan staff dan murid berpencar. Zhielle duduk dengan Raizel, sedangkan dibelakangnya ada Tao dan Frankenstein. Bawahanya yang berambut jamur itu lelap dalam mimpi, sesekali kepalanya meluncur ke bahu Frankenstein yang merasa jijik sekaligus kesal, karena itu dengan keras ia mendorong kepalanya ke sisi jendela bening di deselahnya. Tao meringis, ia bangkit sebentar dengan tatap mata sayu yang menyorot sekitar, lalu tidur kembali seolah tanpa masalah. Melihat itu, Frankenstein tak habis pikir. Zhielle mengintip ke belakang, ia tertawa iseng melihat kekompakan mereka, tak terima Frankenstein mengetuk puncak kepalanya dengan jemari. Gadis itu diam saja dengan memasang muka kecut.

Tiga jam melelahkan itu berakhir, ketika mereka tiba di hotel tempat bermalam seluruh rombongan. Seperti yang bisa diharapkan dari Frankenstein, hotel itu adalah hotel dengan mutu terbaik, pelayanan paling memuaskan dengan suguhan latar dari pantai Haendae yang menyejukkan mata. Sulit membuat reservasi di sana, namun kepala sekolah Ye Ran memiliki lebih banyak relasi dan koneksi yang kadang mencengangkan. Semua hadiah ini khusus untuk murid dan tuannya. Sayangnya dia melupakan yang seorang lagi. Sosok gadis dalam balutan gaun sifon merah muda bermotiv puhon palam di sebelahnya dengan topi lebar putih yang menutup kepalanya. Sejak tadi ia bisa berhenti berdecak kagum, hingga Frankenstein mengiranya begitu kampungan, mirip dengan Sinwu, Ikhan dan Tao. Hotel berlantai 15 dengan ratusan kamar dan kemegahan yang menjanjikan bahkan dari pandangan pertama seseorang meliriknya membuat mereka terburu masuk. Frankenstein, Raizel, dan Regis selalu nampak paling bersahaja di antara lainnya. langkah mereka pelan, penuh wibawa hingga para perempuan yang berada dalam hotel mampu menangkap sisi maskulin dan kharisma yang kuat dari jarak yang jauh sekali pun.

Lobi berlantai putih berukuran besar dengan warna putih susu mengkilap, jendela-jendela bersih yang besar mengitari ruangan yang kaya sinar matahari. Langit-langit tinggi dengan kubah besar dan lampu kristal menggantung berkilau menyambut mereka. Para siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai nomor yang sudah diberikan pada mereka masing-masing. Raizel mendapat kamar President Sweet Room, Frankentein mendapat kamar VIP dan sisanya yang merupakan staff mendapat kamar yang berisi masing-masing dua tempat tidur dan anak-anak mendapat fasilitas dengan tiga tempat tidur.

Zhielle melirik kecut ke arah Frankenstein. Dalam lingkungan sekolah, mereka berada dalam batasan staf dan pemimpin. Dia berada dalam kelas biasa bersama Sui, Yoona, Seira, dan Regis yang berlakon menjadi murid, sementara dirinya sendiri sebagai mentor siswi perempuan, dan M21 akan bertanggung jawab pada murid laki-laki. Semua sudh diatur dengan baik oleh Frankenstein yang selalu tampak sempurna, dalam pekerjaan maupun tindakan. Mereka semua memasuki kamr masing-masing dan membereskan semua bawaan. Rombongan sekolah itu tiba sekitar jam 03.00 sore dan mereka akan mendapat kesempatan untuk menikmati matahari terbenam di pantai Heundae yang akan padat wisatawan menjelang senja seperti sekarang.

Zhielle mengenakan bikini terbaiknya, hal yang sudah direncanakan dalam liburannya yang seperti mimpi. Bikini hitam dengan akesen renda yang menonjolkan dengan baik lekuk tubuhnya. Sui yang sekamar dengannya menatap kagum pada Zhielle.

"Ah, bentuk tubuh guru bagus. Apakah guru melakukan diet?" wanita itu berbalik dengan raut wajah bahagia sekaligus prihatin.

"Kau tahu itu adalah hal yang berat bagi semua wanita"

"Aku mengerti itu guru," balas Sui. Mereka saling berpegang tangan dalam drama sesaat sebagai dua orang saling memahami arti penampilan sempurna "apa guru akan berenang?" Zhielle mengangguk pasti

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang