7

31.1K 3.7K 87
                                    

Sabtu (14.24), 30 Maret 2019

--------------------------

Ellen menghabiskan waktu di tebing tinggi antara hutan dan kota hingga menjelang malam untuk menenangkan hatinya yang masih pedih akibat penolakan kasar Dennis. Dari sana dia bisa melihat titik-titik cahaya lampu rumah-rumah di pusat kota. Tampak seperti lautan cahaya yang amat indah.

Pada musim liburan, tempat ini biasanya dipadati para remaja yang berkemah. Salah satu tempat favorit. Selain pemandangannya yang indah, anak-anak juga lebih aman daripada masuk ke dalam hutan.

Saat duduk di depan kap mobil dengan pandangan mengarah ke lautan titik cahaya di bawah sana, Ellen teringat masa-masa remaja yang pernah dihabiskannya di tempat ini.

Salah satu yang paling membekas adalah saat anak lelaki populer di sekolah menyatakan perasaan pada Ellen di tempat ini. Tepat di mana dirinya berdiri sekarang.

Jimmy adalah idola remaja yang sesungguhnya. Tampan, tinggi, gagah, pemain basket, dan ketua osis. Dia juga ramah dan tidak pernah memilih teman. Sangat sempurna, bukan?

Sama seperti teman-temannya yang lain, Ellen juga mengidolakan Jimmy. Mengaguminya dari jauh. Selalu menoleh tiap kali anak lelaki itu lewat. Hingga akhirnya di sebuah acara perkemahan sekolah yang diadakan di tempat ini, Jimmy menyatakan perasaan pada Ellen. Sesuatu yang membuat Ellen terkejut luar biasa hingga tidak bisa berkata-kata.

Ellen merasa seperti tengah bermimpi. Terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Hingga membuatnya merasa takut. Amat takut. Dan akhirnya dia melakukan sesuatu yang membuat dirinya sendiri tidak percaya. Menolak Jimmy. Bahkan meski Jimmy menyatakan perasaan di depan peserta kemah yang lain.

Hari-hari berikutnya Ellen dikucilkan teman-temannya. Hanya beberapa teman akrab yang memang sudah ia kenal cukup lama yang bertahan di sisinya. Semua orang mencibir. Berkata Ellen sok cantik, sangat pemilih karena kaya, dan semua hinaan lain.

Tentu Ellen merasa terluka mendengarnya. Tapi tidak mau ambil pusing. Yang penting dia tidak mengganggu siapapun. Dia tetap menjadi gadis remaja yang ceria dan menikmati hari-harinya.

Hingga dua bulan setelah pernyataan cinta Jimmy pada Ellen, tersiar kabar bahwa beberapa anak gadis di kota itu hamil. Sekitar tiga orang. Dan semuanya mengaku bahwa yang menghamili mereka adalah Jimmy. Bahkan dua di antaranya mengaku telah hamil lebih dari tiga bulan.

Ellen mendesah. Itu bukan kenangan yang baik. Tapi bukan berarti meninggalkan trauma. Bukan itu alasan Ellen tidak pernah memiliki kekasih. Dia hanya suka mengagumi seorang lelaki, tanpa berniat menjalin hubungan lebih jauh. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Dennis Anthony.

Tidak!

Ellen bukannya jatuh cinta pada Dennis. Dia yakin perasaan dihatinya ini bukan cinta. Tapi perasaan kagum yang menggebu. Membuatnya selau penasaran terhadap lelaki itu.

Tapi tanpa bisa dicegah, rasa penasaran itu berkembang menjadi keinginan kuat untuk menembus dinding pertahanan Dennis dan mengintip jiwa dibaliknya.

Rasa sakit di hati Ellen perlahan memudar. Setidaknya sekarang. Tapi entah mengapa, rasa penasaran akan seorang Dennis Anthony semakin kuat, membuat Ellen bertanya-tanya apa yang telah dialami Dennis hingga membuatnya seperti ini. Mendorong jauh siapapun yang berusaha mendekat dan menutup diri rapat-rapat.

Hhhhh!

Ellen mendesah, berpikir apa yang harus dilakukannya setelah ini. Apakah dia harus menyerah mendekati Dennis seperti yang diinginkan lelaki itu atau tetap menuruti keinginan hatinya?

"Tidak baik seorang perempuan di sini sendirian. Banyak hal buruk yang bisa terjadi."

Ellen menoleh tiba-tiba mendengar suara itu. Dilihatnya seorang lelaki awal lima puluhan berjalan santai ke arahnya. Ellen tidak langsung mengenali lelaki itu. Tapi seragam polisinya membuat Ellen langsung bisa menebak.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang