10

32.7K 3.8K 114
                                    

Rabu (16.58), 03 Maret 2019

Nulis, post, baru baca layaknya pembaca yang lain. Jadi maklum kalau banyak typo dan bantu koreksi yah ^_^

--------------------------

Sekitar pukul satu siang, listrik padam membuat suasana rumah Dennis menjadi temaram karena mendung yang masih pekat di luar rumah. Keadaan itu membuat Ellen tersenyum girang. Otaknya berputar mencari ide untuk memanfaatkan situasi. Tapi sebelum menemukan apapun, tiba-tiba Dennis melemparkan selimut dan bantal ke sofa yang ditempati Ellen sementara lelaki itu mengurung diri dalam kamar.

Tidak punya pilihan lain, sambil menggerutu kesal Ellen berbaring di sofa. Entah karena lelah atau suasana yang mendukung, dalam sekejap Ellen sudah terlelap.

Menjelang sore, badai telah berlalu namun hujan belum reda. Dennis keluar dari kamar lalu membangunkan Ellen dengan cara yang luar biasa. Menarik keras beberapa helai rambut Ellen hingga wanita itu terjaga sambil berseru kaget.

Selanjutnya meski di bawah guyuran hujan, Dennis mengantar Ellen dengan pick-upnya. Dia benar-benar mengabaikan gerutuan Ellen yang berkata bahwa dirinya sama sekali tidak keberatan menginap. Sepanjang perjalanan, hanya sekali Dennis berbicara. Yaitu saat dia mengatakan bahwa dirinya yang keberatan menampung Ellen.

Butuh waktu lebih lama untuk mencapai rumah Sunny karena hujan berhasil membuat jalanan licin. Tiba di sana, Sunny ternganga dengan raut tak percaya melihat siapa yang mengantar Ellen.

"Katakan bukan Dennis Anthony yang mengantarmu ke sini," kata Sunny begitu Ellen menginjakkan kaki di teras rumahnya.

"Memang bukan," sahut Ellen santai.

"Lalu siapa dia?"

"Terserah siapapun yang ingin kau percaya." Ellen nyengir.

Sunny masih tampak syok saat membiarkan Ellen mengikutinya masuk ke dalam rumah. Dia sangat senang Ellen mengiriminya pesan bahwa sahabatnya itu akan mampir. Hari ini suaminya harus lembur. Jadi Sunny hanya berdua dengan putra kecilnya yang baru berusia lima minggu. Tapi kedatangan Sunny dengan Dennis sungguh di luar dugaannya. Dan Sunny semakin syok menyadari Ellen berjalan pincang.

"Apa yang terjadi dengan kakimu?!" seru Sunny lalu dengan tegas memerintahkan Ellen duduk di ruang tamu. Padahal tadi dia berniat mengajak Ellen ke kamar bayinya.

"Hanya terkilir."

"Hanya?" Sunny geleng-geleng kepala. "Apa kau sudah memeriksakannya?"

"Belum sempat. Kau tahu sendiri badai baru reda dan sekarang hujan masih mengguyur deras."

"Berarti ini terjadi saat Dennis bersamamu?" Mata Sunny melebar. "Jangan bilang kau terkilir saat Dennis berusaha membunuhmu? Atau dia yang sengaja mematahkan kakimu?"

Ellen menatap Sunny kesal. "Bisakah kau menghentikan imajinasi mengerikanmu?"

"Bagaimana aku tidak berpikir begitu? Kau pergi bersama Dennis lalu tiba-tiba kondisimu seperti ini." Sunny menggigit bibir saat menatap kaki Ellen.

"Kenapa kau bisa menyimpulkan bahwa aku pergi bersama Dennis?"

Kening Sunny berkerut. "Kalian tidak pergi bersama? Saat melihat kalian berdua tadi, kupikir gosip itu benar dan kalian sedang jalan-jalan berdua."

"Sama sekali tidak benar," tegas Ellen. "Tadi pagi aku pergi ke hutan sendirian, berniat mencari sungai yang dulu sering kita datangi."

"Kau—"

Ellen mengangkat tangan untuk menghentikan ceramah panjang Sunny tentang betapa berbahayanya pergi ke hutan sendirian apalagi akhir-akhir ini hujan terus menerus mengguyur deras. "Mau dengar ceritaku atau tidak?" tanya Ellen menahan kesal.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang