34b

29.2K 3.9K 217
                                    

Rabu (14.58), 28 Agustus 2019

Ada yg tanya kok tanggalnya g sesuai hari ini?

Karena ini republish / publish ulang. Jadi itu tanggal pas pertama kali publish.

Kebetulan tanggal ini pas ultahku. Jd jangan heran kalo koment2 sebelumnya banyak ucapan selamat 🤭🤭

Happy reading!!

---------------------------

Xavier keluar dengan tergesa dari rumah Dennis yang dijadikan tempat menyekap Rennie. Meski raut wajahnya masih tampak dingin dan datar, tapi kilat di matanya tak bisa menyembunyikan perasaan cemas yang menggelayuti hatinya.

Rennie sudah mengatakan semua yang ingin dirinya tahu. Bahkan mendapat bonus informasi-informasi yang tidak dia duga. Tentang anak hasil perselingkuhan Rennie dan si Kepala Polisi lalu dibesarkan seolah-olah dia adalah anak James Morris.

Wanita semacam Rennie sangat mudah dibuat membuka mulut. Hanya dengan ancaman dingin Xavier, wanita itu juga dengan gamblang menyebut nama pembunuh James. Dia adalah Ellias, anaknya dengan Ryno yang dibesarkan James seperti anak sendiri.

Tapi seperti kata pepatah, sepandai-pandainya menyimpan bau, pasti akan tercium juga. Seperti itu juga rahasia kelam Rennie dan Ryno terkuak. Akhirnya James tahu jati diri Ellias hingga membuat sepasang suami istri itu bertengkar hebat.

Sungguh ironis, bukan?

Anak yang dibesarkan James yang telah merenggut nyawanya. Dengan alasan klise. Ellias gelap mata akibat niat James untuk mencoretnya dari daftar keluarga dan menghilangkan haknya mendapat warisan James.

Padahal seharusnya Ellias sudah cukup berterima kasih karena James membesarkannya. Padahal seharusnya Ellias memaklumi sikap James meski dirinya sendiri dilanda sakit hati. Sayang dia terlalu egois untuk menempatkan diri di posisi James. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Memikirkan rasa sakitnya sendiri.

Apa yang diketahuinya ini memancing kenangan lama menyeruak dalam pikiran Xavier. Kenangan saat hidupnya berubah drastis begitu sang Mama mengetahui perselingkuhan Papanya. Itu adalah masa-masa terburuk dalam hidup Xavier. Terutama saat sang Mama memilih menyerah dan mengakhiri hidupnya.

Menurut Xavier, Ellias jauh lebih beruntung darinya. Dia tidak sendirian. Dia masih memiliki orang tua lengkap yang selalu mendukungnya diam-diam. Dia juga memiliki Ellen yang Xavier yakin pasti tetap menganggapnya adik tak peduli meski mereka beda ayah.

Andai sedikit bersabar, mungkin James akan luluh. Bagaimanapun lelaki itu telah membesarkan Ellias sebagai anaknya. Perasaannya sebagai seorang Ayah pasti tidak bisa dipadamkan dengan mudah. Tapi kalau pun tidak, Ellias masih memiliki orang lain yang bisa dijadikan tempatnya bersandar. Tidak seperti Xavier dulu yang sendirian.

Namun pikiran itu tak bertaham lama dalam benak Xavier. Kini ia memusatkan diri untuk menemukan Ellias sambil dalam hati berdoa semoga Ellen tidak bersama lelaki yang dianggapnya adik kandung itu.

Sampai di halaman, Henry menghampirinya dengan raut cemas yang sama. Tapi bukan karena dia sudah tahu, melainkan akibat rasa penasaran dan khawatir yang terasa mencekik.

"Bagaimana?" tanya Henry tak sabar sambil mengikuti Xavier.

"Kita bicara di mobil."

Setelahnya Henry diam dan hanya mengikuti Xavier menuju mobil hitam lelaki itu. Salah seorang anak buahnya sudah siap dibalik kemudi sementara seorang lagi duduk di kursi penumpang bagian depan. Xavier langsung masuk ke bagian belakang sementara Henry mengikuti di sisi yang lain begitu mendapat isyarat dari Xavier.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang