40

29.2K 3.3K 119
                                    

Senin (13.52), 04 Oktober 2019

---------------------------

Polisi yang menembak Ellias adalah sahabat baik Ryno. Dia mengaku turut terlibat dalam segala kejahatan yang dilakukan Ryno dan merupakan saksi atas hubungan gelap yang terjalin antara Ryno dan Rennie.

Rupanya penembakan atas Ellias merupakan perintah dari Ryno sebagai jalan akhir jika semuanya gagal. Menurut Ryno lebih baik Ellias mati daripada hidup tersiksa. Bahkan yang membuat semua orang terkejut, polisi itu juga telah membunuh Ryno agar sang sahabat tidak terlalu lama menderita. Dan benar saja. Semua orang yang sebelumnya fokus untuk menangkap Ellias tak cepat mendapat informasi mengenai kematian Ryno dari klinik akibat beberapa tembakan di dada dan perutnya.

Sama sekali tak ada penyesalan dalam raut wajah polisi itu meski dia telah menghabisi nyawa seseorang yang diakuinya sebagai sahabat. Dia terlihat begitu tenang. Menceritakan semuanya dengan datar.

Sementara itu Ellias yang dalam masa kritis, akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit tempat Dennis pernah dirawat. Kematiannya hanya berselang beberapa jam begitu dia berhasil tiba di rumah sakit.

Tak peduli kejadian buruk bahkan terbilang mengerikan beberapa minggu terakhir, Ellen tetap tak bisa menyembunyikan kepedihannya atas kepergian Ellias. Satu-satunya saudara yang ia miliki akhirnya pergi tak lama setelah kematian sang Ayah. Itu membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat hingga Ellen berharap dirinya hilang kesadaran. Tapi saat hal itu diinginkan, Ellen tak sekalipun pingsan. Matanya tetap terbuka dan otaknya tetap bekerja untuk menerima pukulan yang bertubi-tubi.

Malam hari setelah Ellias dimakamkan, Ellen meminta Dennis dan Xavier mengantarnya ke tempat Rennie masih terkurung. Kedua lelaki itu saling pandang. Mereka khawatir Ellen tak mampu menampung satu luka lagi yang pasti akan diciptakan Rennie begitu mereka bertemu. Namun Ellen bersikeras hingga akhirnya kedua lelaki itu mengalah dan bersedia mengantar Ellen.

Sementara itu Sintha yang lagi-lagi tak dilibatkan, merajuk pada sang suami. Padahal dia ingin sekali mengamati insiden ini dari dekat dan berharap ada bahan untuk menggarap cerita barunya. Namun Xavier tetap bersikeras bahwa Sintha tidak boleh ikut.

Ellen tampak terkejut mengetahui bahwa Rennie dikurung di rumah Dennis dengan diawasi dua lelaki yang merupakan anak buah Xavier. Tanpa bisa dicegah, dadanya berdenyut nyeri menyadari ibunya dikurung bagai narapidana. Mengabaikan fakta berubahnya sikap Rennie beberapa minggu ini, wanita itu telah membesarkan Ellen dengan penuh kasih. Ellen tak bisa menghapus begitu saja kenangan-kenangan indah masa lalu mereka.

Mendadak Dennis mencengkeram siku Ellen begitu mereka tiba di depan pintu. Ellen menoleh menatap Dennis tanpa bisa menyembunyikan kepedihannya.

"Kalau kau tidak sanggup, kita bisa menemuinya di lain waktu," saran Dennis lembut.

Ellen menggeleng pelan sebagai tanggapan. "Sekarang ataupun lain waktu, tetap tak akan mengubah apa yang akan kualami di dalam sana."

"Setidaknya kau punya waktu untuk menenangkan diri."

Kembali Ellen menggeleng. "Aku ingin menyelesaikan semua dengan cepat. Aku sudah lelah." Suaranya berubah serak dan pelan di kalimat terakhir.

Akhirnya Dennis mengalah lalu melepas siku Ellen. Dia sadar meski ingin, dirinya tidak bisa mendampingi Ellen menemui Rennie. Ini masalah antara ibu dan anak.

"Baiklah. Kami akan menunggu di sini. Teriak saja jika Rennie melakukan hal buruk padamu."

Ellen tersenyum kecil seolah Dennis tengah melucu. Padahal Dennis serius dengan ucapannya. Setelahnya salah satu anak buah Xavier membukakan pintu. Lalu Ellen masuk ke rumah yang cukup dikenalnya namun kini terasa asing dengan banyak barang yang berserakan. Beruntung tak banyak perabot di rumah Dennis. Namun ini sudah cukup membuktikan bahwa yang menempati rumah ini sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengamuk dan berusaha menghancurkan barang-barang.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang