32a

29.6K 3.9K 198
                                    

Sabtu (21.40), 27 Juli 2019

------------------------------

Klek.

Hati-hati Ellias membuka pintu kamar yang ditempati Ellen lalu masuk. Di tangannya ada segelas air putih dan tas kresek berisi obat.

Sebelum pingsan, Ellen mengeluh sakit kepala. Dan sekarang badannya sangat panas. Dia demam. Tapi Ellias tidak bisa membawanya ke rumah sakit dengan resiko keberadaan mereka mudah ditemukan. Dia hanya bisa mampir ke apotik membeli obat penurun panas.

Ya, sebaiknya mereka bersembunyi di sini saja. Ellias akan merawat Ellen dengan baik. Ini adalah rumah milik orang tua salah satu temannya. Ellias pernah ikut menginap di sini beberapa kali. Dan dia sudah memastikan bahwa rumah ini kosong sebelum mencuri kuncinya.

Ellias memang sudah merencanakan akan melarikan diri setelah dia membunuh James. Tapi situasi belum memungkinkan untuknya kabur. Ryno melarang dan akan sangat mencurigakan menurutnya jika Ellias pergi saat Ayahnya baru saja menjadi korban pembunuhan.

Berusaha tak menimbulkan suara agar tidak mengganggu tidur Ellen, Ellias meletakkan barang yang dibawanya di atas meja nakas lalu duduk di tepi ranjang. Perhatiannya tertuju pada Ellen. Dengan tatapan penuh cinta yang tidak bisa dia sembunyikan lagi.

Ya, Ellias mencintai Ellen. Lebih dari saudara. Ini jenis cinta seorang lelaki pada wanita. Cinta yang sudah lama dipendamnya entah sejak kapan dan semakin besar dari hari ke hari.

Tidak ada yang tahu, kecuali James. Bahkan Rennie sekalipun. Apalagi Ryno Kirton yang baru diketahuinya sebagai ayah kandungnya. Dan selama ini semua orang salah menduga alasan mengapa Ellias membunuh James.

Tidak, bukan seperti itu sebenarnya. Rennie dan Ryno yang tahu betul bahwa pembunuh James adalah Ellias mengira alasan Ellias adalah harta warisan. Mereka pikir Ellias takut James mencoretnya dari daftar keluarga. Padahal bukan.

Ellias mencondongkan tubuh ke arah Ellen. Salah satu tangannya di letakkan di dekat pinggang Ellen di sisi ranjang yang lain. Hingga posisi lengan Ellias seolah mengurung Ellen.

Lama dia menunduk memperhatikan Ellen yang terlelap, senyum di bibirnya merekah penuh sayang. Lalu tangannya terangkat, menyentuh pipi Ellen lembut, turun ke bibirnya yang pink alami.

Ellen adalah wanita yang manja. Suka menempel padanya sepanjang waktu. Meski terkadang sikap Ellias tampak ketus seperti adik yang menyebalkan, tapi diam-diam hati Ellias selalu tergetar akan kedekatannya dengan Ellen.

Ellen tak pernah tahu, betapa Ellias harus menahan tangannya sekuat tenaga untuk tidak menarik Ellen ke dalam dekapan. Ellen tak pernah tahu, betapa Ellias sering merasa kepalanya akan pecah saat menatap bibir Ellen dan menahan diri untuk tidak menerjang lalu melumat bibirnya. Ellen tak pernah tahu, bahwa keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di tempat jauh membuat Ellias tersiksa.

Andai James tidak pernah tahu, pasti tidak sulit bagi Ellias menyusul Ellen lalu menikmati hanya tinggal berdua bersama kakak cantiknya itu. Sayang James tahu betul apa yang dirasakan Ellias dan melarangnya untuk mengikuti jejak Ellen.

Jemari Ellias yang kini berada di atas bibir Ellen membuat gerakan mengusap lembut. Lalu tanpa bisa menahan diri lagi, dia menunduk, menggantikan posisi jemarinya dengan bibirnya, mengenang kejadian masa lalu saat dirinya juga mencuri ciuman dari Ellen.

***

PRAANGGG!

Ellias tersentak kaget mendengar suara benda yang dilempar dengan keras hingga membuat suara pecahan yang memekakkan telinga. Buru-buru dia turun dari ranjang lalu keluar kamar mencari sumber keributan.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang