13

29.8K 4.1K 215
                                    

Senin (12.45), 08 April 2019

-------------------------

Mobil yang Henry kendarai berhenti di depan sebuah rumah makan. Lalu dia dan Dennis turun, masuk ke rumah makan itu dan sengaja mencari tempat duduk di salah satu sudut yang cukup nyaman untuk mengobrol tanpa perlu khawatir dicuri dengar. Setidaknya Henry yang berniat mengobrol. Sementara Dennis lebih tertarik untuk makan siang.

Setelah pelayan mencatat pesanan mereka, Henry bertanya hati-hati, sadar betul suasana hati Dennis masih sangat buruk. "Ehm, sebenarnya kau dan Ellen ada hubungan apa? Apa semua yang kau katakan pada Rennie memang benar?"

"Benar," sahut Dennis tak acuh. "Tapi beberapa sengaja kulebih-lebihkan."

"Termasuk 'tidur bersama' itu?"

Dennis mengangguk.

Namun Henry masih belum puas dengan informasi sepotong-sepotong itu. "Tapi Ellen memang nyaris terjatuh ke jurang di hutan, kan?"

"Ya, karena berniat berpetualang. Kebetulan aku mencari kayu di dekat situ dan mendengar teriakannya."

Henry memukulkan kepalan tangannya ke meja dengan gemas. "Kalau begitu kenapa Ellen tidak menceritakan yang sebenarnya pada Rennie? Kenapa harus berbohong dan mengarang cerita seperti itu?"

"Karena cerita yang sebenarnya melibatkanku. Dan seperti yang kubilang, Ellen bercerita ibunya sangat marah saat mendengar gosip tentang kami yang sarapan bersama. Pasti dia tidak berani karena takut semakin membuat ibunya marah."

"Tapi itu bukan sesuatu yang disengaja dan kau hanya berniat menolong."

Dennis mendengus. "Aku hanya kerikil kecil, ingat? Pasti yang berkaitan denganku akan selalu salah."

Kening Henry berkerut, masih merasakan kejanggalan. "Ellen benar-benar membawakanmu cheese cake dan bubur?"

"Ya. Sepertinya hanya berniat bersikap ramah pada tetangga yang baru dikenalnya. Ditambah lagi dia merasa bersalah karena pernah menatapku terang-terangan dengan ekspresi ngeri."

Meski tahu kenyataannya Ellen memang tertarik pada dirinya dan segala yang Ellen lakukan adalah alasan agar dia tetap bisa menemui Dennis, tapi Dennis tidak mau merendahkan Ellen dengan menceritakan hal itu, meski pada Henry sekalipun. Bahkan saat ini dia mulai diliputi rasa bersalah akibat ucapannya pada Rennie di depan banyak orang.

"Lalu tentang tidur bersama, itu juga hanya karanganmu?" Henry masih berharap mendapat jawaban jelas.

"Kami memang tidur bersama," kata Dennis santai. Saat Henry terbelalak, dia melanjutkan, "Tapi aku tidur di kamar dan Ellen tidur di sofa."

"Kau ini!" kesal Henry. Lalu dia terdiam dengan pandangan menerawang. "Kuharap Ellen baik-baik saja."

"Memangnya dia kenapa?"

"Yah, dengan Ibu seperti Rennie yang tampaknya menganggap nama baik dan martabat adalah segalanya, entah apa yang sanggup dia lakukan."

Dennis terdiam. Teringat Mamanya sendiri yang kadang bisa menjadi beruang ganas saat Dennis melakukan kenakalan tapi menjadi orang pertama yang langsung memeluk saat dirinya menangis.

"Aku yakin Ellen akan baik-baik saja. Mungkin hanya akan sedikit kena marah."

Henry mendesah. "Yah, semoga."

***

Bibi Missy mengantar Ellen yang berjalan pincang sampai pintu gerbang kediaman Morris. Dia tak henti-hentinya menangis meski Ellen sudah tidak mengeluarkan air mata lagi. Kini Ellen mengenakan jaket bertudung untuk menutupi luka di wajahnya.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang