24

29.4K 3.5K 170
                                    

Senin (12.03), 20 Mei 2019

----------------------------

Situasi mendadak berubah buruk dan tak terkendali bagi Dennis begitu terbukti jaringan kulit dan darah yang ditemukan di cincin James adalah miliknya. Pengadilan segera menggelar sidang untuk menyelesaikan kasus ini.

Dennis terdesak. Pengacara yang disewa Henry untuknya tak berkutik untuk menyelamatkan Dennis. Pasalnya Dennis sama sekali tidak memiliki alibi kuat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak ada saksi atau bukti untuk membenarkan alibinya.

Pernyataan Ellen pun mengenai dirinya yang tidak menginap di rumah Dennis serta James tidak memiliki masalah apapun dengan Dennis sama sekali tidak berarti. Bahkan Ellen dianggap sengaja melindungi pelaku karena hubungan asmara antara dirinya dan pelaku.

"Itu tadi menjijikkan." Suara Rennie memecah keheningan dalam mobil sejak mereka keluar dari gedung pengadilan. "Bisa-bisanya kau membela Dennis—pembunuh Ayah yang selalu membelamu! Di mana kau letakkan otakmu, hah?!"

"Bu," tegur Ellias pelan, tidak suka dengan kata kasar yang dilontarkan sang Ibu.

"Apa Ibu salah?" tanya Rennie dari kursi belakang mobil pada putranya yang tengah menyetir. "Bukti sudah jelas menunjukkan bahwa bajingan itu yang bersalah tapi Ellen malah membelanya hanya karena servisnya di atas ranjang sangat memuaskan. Apa kau tidak dengar semua orang bergunjing di belakang kita?"

"Mungkin memang bukan Dennis pelakunya," kata Ellias sambil melirik Ellen yang duduk di kursi samping pengemudi dengan wajah menghadap jendela di sampingnya. "Sama seperti Ellen, aku ingin pelaku sebenarnya yang tertangkap dan bukan orang tak bersalah yang dituduh."

"Begitu juga dengan Ibu!" sergah Rennie. "Dengan semua bukti yang sudah dikumpulkan pihak penyidik sampai saat ini, bagaimana kau masih bisa berpikir bahwa bukan Dennis pelakunya?"

Ellias menghela napas. "Karena Ellen percaya bukan Dennis pelakunya."

"Sama seperti Ellen, penilaianmu tidak objektif."

Ellen sudah muak dengan pembicaraan dalam mobil. Dengan tegas dia meminta Ellias menepi lalu keluar dari mobil tanpa penjelasan apapun.

Selama beberapa menit, Ellen berjalan tak tentu arah. Tapi kemudian dia menghentikan taksi dan memutuskan ke rumah Sunny.

Sunny langsung memeluk Ellen untuk menyampaikan dukacita. Dia menangis prihatin, tak menyangka Ellen akan mengalami kedukaan semacam ini. Sebaliknya, Ellen sama sekali tidak menangis. Air matanya sudah ia habiskan di dua minggu pertama sejak kematian James. Sekarang di pikiran Ellen hanya tekad kuat menyelamatkan Dennis dari jerat hukum dan menemukan pelaku sebenarnya.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Sunny penuh perhatian.

"Hanya marah dan geram," aku Ellen seraya duduk di dekat bayi Sunny. Wajah damai si bayi membuat Ellen tersenyum dan sejenak istirahat dari pikiran kalutnya. Tapi itu tak bertahan lama. Hanya lima detik yang sudah cukup Ellen syukuri.

Ragu, Sunny perlahan duduk di depan Ellen lalu bertanya, "Apa benar gosip itu? Bahwa kau membela Dennis yang memang terbukti bersalah hanya karena menjalin hubungan dengannya?"

Ellen menjulurkan jari telunjuk untuk menyentuh pipi montok si bayi. "Kau cukup mengenalku. Apa menurutmu gosip itu benar?"

Kali ini tanpa ragu Sunny berkata, "Tidak, aku yakin itu tidak benar. Ini bukan masalah sepele. Ayahmu yang jadi korban. Tidak peduli meski itu ibumu sendiri. Jika dia pelakunya, maka kau akan memastikan dia mendapat balasan setimpal."

Gerakan jemari Ellen terhenti. Tiba-tiba dia mendongak menatap Sunny. "Kenapa kau menggunakan Ibuku sebagai perumpamaan?"

Mata Sunny melebar. Dia jadi gelisah karena khawatir menyinggung perasaan Ellen. "Maafkan aku. Tidak ada maksud tertentu. Aku hanya mengatakan apa yang kupikirkan." Sunny benar-benar tampak menyesal.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang