27

30.5K 3.9K 511
                                    

Sabtu (21.32), 01 Juni 2019

Happy reading!

------------------------

BRAKK!

"Bodoh!"

Ryno Kirton tak bisa menahan diri untuk meluapkan amarahnya. Meja dapur tak bersalah yang menjadi korban pelampiasan, kini terguling menyedihkan di tengah ruangan.

"Aku sudah melakukan banyak hal untuk menutupi perbuatanmu, tapi kau malah berulah lagi dan membuatku dipermalukan. Di mana kau letakkan otakmu, hah?!"

Orang yang menjadi penyebab kemarahan Ryno tampak tak terima mendengar kata-kata yang dilontarkan sang kepala polisi. "Kau tidak berhak memakiku," geramnya. "Aku hanya melakukan yang menurutku benar."

"Apanya yang benar?" desis Ryno menahan amarah yang mendidih dalam dadanya. "Aku nyaris berhasil menjadikan Dennis sebagai tersangka dan membuat kasus ini ditutup. Tapi kau malah berulah lagi dan membuat semuanya jadi kacau."

"Kau pikir aku bisa diam saja setelah mendengar dugaan ketua tim forensik yang tinggal sedikit lagi berhasil menguak kebenaran?"

"Dari mana kau tahu bahwa David sudah sedekat itu?"

"Aku ada di sana. Aku mengawasi Henry dan David yang datang ke lokasi kejadian malam itu dan berusaha mencari petunjuk. Mereka nyaris berhasil."

"Tapi tidak ada bukti!" seru Ryno, masih merasa geram atas kelakuan orang di depannya. "Aku sudah menghapus seluruh sidik jarimu dan menghancurkan semua bukti. Percuma saja meski David ataupun mantan polisi tua itu berhasil menduga-duga."

"Aku panik, oke!" orang di hadapan Ryno berseru, masih berusaha membela diri.

"Kau juga mengaku panik setelah membunuh James," cibir Ryno, lalu menghela napas untuk meredam amarahnya.

"Aku memang panik. Kau pikir aku mengada-ngada?"

Ryno angkat tangan, memilih tidak melanjutkan perdebatan. "Baiklah, tidak ada gunanya bertengkar. Semua sudah terjadi dan seperti janjiku sebelumnya, aku akan melindungimu. Tapi setelah ini kau harus mundur dan tidak ikut campur lagi. Tidak perlu mengawasi siapapun. Biar aku yang mengurus semuanya."

Orang itu mengangguk dan mulai tampak rileks setelah sebelumnya terlihat amat tegang.

Perhatian Ryno beralih pada luka di bahu dan lengan orang itu. Tampak sayatan benda tajam yang dalam. Bahkan dia juga mengalami luka tusuk di paha kanannya. "Dari mana kau mendapat luka-luka itu?" tanya Ryno seraya membenarkan posisi meja dapur yang jatuh lalu menarik kursi sebagai isyarat agar orang itu duduk.

"David, tentu saja. Dia melawanku habis-habisan. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?"

"Hanya secara garis besar. Jelaskan lebih rinci agar aku bisa memastikan tidak ada sidik jari dan bukti yang tertinggal," pinta Ryno seraya mengambil kotak obat lalu dibawanya ke hadapan orang itu.

Orang itu mengangguk lalu bercerita, "Saat aku menghadangnya di tengah jalan, dia nekat menginjak pedal gas dan berniat menabrakku. Untung aku sempat menghindar tapi sudut bumper mobilnya berhasil mengenai kakiku."

Perhatian Ryno yang duduk di sebelah orang itu terarah pada kakinya. "Kaki kanan?"

Orang itu mengangguk.

"Kupikir kau jalan pincang karena luka tusuk di pahamu."

"Itu juga. Tapi benturannya tidak seberapa keras. Jadi kakiku tidak sampai retak atau patah. Hanya lebam besar dan sakit."

"Dari mana kau tahu? Kau tidak memeriksakan diri ke dokter, kan?"

"Aku pernah patah. Rasanya tidak seperti ini," sahut orang itu yakin.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang