12

28.9K 3.7K 174
                                    

Jumat (13.07), 05 April 2019

---------------------------

Pagi ini Rennie mengantar Ellen ke klinik, satu-satunya pusat kesehatan di kota kecil itu karena rumah sakit berada di luar kota. Keduanya hanya diam sepanjang perjalanan, ditemani musik lembut. Tapi saat mendekati lokasi klinik, arus jalan bergerak amat lambat seperti ada sesuatu di depan sana yang menghalangi.

"Apa ada kecelakaan?" gumam Rennie, lebih kepada dirinya sendiri.

Ellen tak menanggapi karena diapun tidak tahu. Semakin mendekati klinik, penyebab jalan macet semakin tampak. Rupanya ada pohon tumbang yang membentang di tengah jalan. Beruntung para lelaki dengan sigap memindakan pohon itu hingga jalanan kembali lancar.

Awalnya Ellen sama sekali tidak memperhatikan para lelaki yang kini tengah memotong-motong pohon besar yang tumbang itu. Tapi melihat banyak wanita yang berkerumun dengan raut mesum di dekat klinik, rasa penasaran Ellen tergelitik hingga akhirnya dia menoleh. Seketika mulutnya terbuka menyadari apa yang menjadi magnet para wanita itu, tak peduli tua ataupun muda.

Dennis Anthony.

Dengan tubuh bagian atasnya yang telanjang dan berkeringat. Apa dia sengaja pamer?

Ellen sendiri tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya. Tapi dia sangat kesal sekarang. Enak saja dia memberikan tontonan gratis begitu. Sementara Ellen sendiri hanya bisa membayangkan.

Saat mobil berhenti dan Rennie membantu Ellen keluar dari mobil, kekesalan Ellen kian menjadi melihat Dennis yang sedang minum sesuatu yang tampak seperti soda dalam kaleng. Lelaki itu seperti baru saja selesai syuting iklan susu pembentuk tubuh six pack bagi pria. Dan rasanya kepala Ellen seolah mengeluarkan asap mendengar pujian penuh kekaguman terhadap sosok Dennis.

Ellen merengut tak suka. Suasana hatinya menjadi buruk. Bahkan saat Dennis menoleh menatapnya, dengan sengaja Ellen memalingkan wajah agar lelaki itu tahu bahwa Ellen sangat kesal padanya.

Tiba di dalam klinik, Ellen masih harus mengantre. Tapi tidak terlalu lama karena dia datang cukup pagi. Saat giliran Ellen diperiksa, ibunya berkata akan menunggu di luar.

Ellen tak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan dokter dan para perawat. Otaknya masih dipenuhi sosok Dennis yang begitu gagah dan jantan. Pasti setelah ini para wanita memiliki penilaian baru terhadap sosok Dennis. Dia akan dikagumi dari jauh oleh mereka seperti yang dilakukan Ellen sebelumnya. Dan itu benar-benar mengganggu pikiran Ellen.

Tidak! Tidak ada yang boleh mengagumi sosok Dennis. Hanya dirinya saja yang boleh.

Bersamaan dengan pikiran itu, seketika kewarasan Ellen kembali hadir. Dirinya hampir saja memukul kepalanya sendiri jika tidak ingat sedang berada di mana.

Memangnya kenapa kalau Dennis mau memamerkan tubuhnya? Dia bahkan berhak merayu para wanita itu. Apa hak Ellen untuk melarang? Bahkan sampai saat ini Dennis tak pernah mengakui Ellen sebagai teman, apalagi lebih dari itu. Jadi bukankah sangat berlebihan jika dia marah hanya karena Dennis melepas pakaian di depan umum dan membuat sekelompok wanita menjadi berahi.

Kesal pada diri sendiri, Ellen berusaha memusatkan perhatian pada penjelasan dokter mengenai kondisi kakinya. Seperti yang Ellen duga, kakinya hanya terkilir dan akan segera sembuh. Seorang perawat dengan ahli melilitkan perban sementara dokter menyiapkan resep vitamin dan obat-obatan seraya berpesan untuk sementara waktu Ellen tidak boleh menggunakan kakinya yang terkilir. Setelah selesai, dia segera keluar dan langsung berhadapan dengan ibunya.

Ellen mengulas senyum. "Kata dokter, kaki—akh!"

Refleks Ellen memekik kaget karena Rennie langsung menyambar lengannya lalu menyentaknya kasar, membuat banyak mata menoleh ke arah mereka. Bahkan Rennie sama sekali tak memelankan langkah meski Ellen mengaduh dan meringis kesakitan.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang