39

27.2K 3.3K 230
                                    

Senin (20.27), 30 September 2019

----------------------------

Dennis mengantar Ellen sampai ke depan rumah. Senyum tipisnya tersungging seraya melambai saat gadis itu mengemudikan mobilnya keluar dari halaman. Tapi begitu mobil yang dikendarai Ellen hilang dari pandangan, senyum Dennis langsung pudar berganti dengan sorot cemas yang mati-matian ia sembunyikan dari Ellen.

Dennis berbalik berniat kembali ke dalam rumah untuk menemui Xavier. Namun langkahnya terhenti melihat Xavier sudah berjalan tergesa ke arahnya diikuti Sintha.

"Kita pergi sekarang?" tanya Dennis tak sabar.

Xavier mengangguk kaku dan terus berjalan menuju mobil sewaannya. Di sana juga sudah menunggu salah satu anak buahnya yang bertindak sebagai sopir.

Namun langkah tergesa Xavier harus terhenti karena Sintha menarik lengannya keras. Begitu lelaki itu berbalik menghadap sang istri, Sintha langsung melotot dengan sikap keras kepala yang sudah sangat dihafal Xavier.

"Apa tidak ada yang mau menjelaskan sesuatu padaku?" tanya Sintha kesal.

Xavier menghela napas sejenak sebelum berkata, "Ellias sudah kembali ke kota ini tadi malam. Salah satu anak buahku melihatnya."

Sintha ternganga. "Apa dia sudah tertangkap?"

"Belum. Dia sangat mengenal seluk beluk kota ini hingga bisa bersembunyi dengan mudah. Lagipula aku memang melarang anak buahku mengikuti dia secara terang-terangan. Kalau Ellias sampai sadar kedatangannya sudah diketahui, dia akan semakin sulit ditangkap."

"Lalu—kenapa kalian membiarkan Ellen pergi sendirian?" Sintha mulai panik.

"Kami akan mengawasinya," tandas Dennis. "Karena itu kami harus pergi sekarang."

Sintha buru-buru mengangguk dan langsung melepas tangan Xavier.

"Tetap di sini!" perintah Xavier tegas lalu berbalik menyusul Dennis yang sudah lebih dulu masuk dan duduk di kursi belakang.

***

Anak buah Xavier menyebar mengikuti Ellen secara diam-diam. Mereka menyaru dengan penduduk sekitar. Bahkan beberapa sengaja masuk ke perusahaan seolah-olah mereka salah satu pegawai di sana.

Sementara itu Xavier, Dennis, Henry, serta aparat polisi yang sudah bekerja sama dengan mereka sedang menunggu laporan keberadaan Ellias. Menurut perkiraan mereka, Dennis akan menyergap Ellen secepatnya atau mungkin menunggu dengan sabar. Itu salah satu alasan mengapa Xavier melarang Dennis menemani Ellen. Mereka berharap Ellias tengah mengawasi Ellen dan melihat bahwa Ellen selalu pulang pergi ke kantor seorang diri. Bisa saja itu akan memancing sikap arogan Ellias untuk menyergap Ellen secepatnya.

Dan dugaan mereka terbukti benar. Ellias sama sekali tak membuang waktu. Salah seorang polisi yang turut mencari keberadaan Ellias melihat pemuda itu tengah mengawasi jalan yang membelah hutan. Selanjutnya menjelang malam, tanpa sadar bahwa dirinya diawasi, Ellias menyiapkan tanda dilarang melintas di satu sisi jalan.

Selama menunggu Ellias menyiapkan jebakannya. Dennis dan lainnya mendapat informasi lain yang mengejutkan. Ellias tidak bertindak sendirian. Meski sudah tersebar luas dia kini menjadi buronan, ada tiga pemuda yang membantunya. Mereka adalah sahabat Ellias di kampus dan sepertinya mereka jugalah yang membantu Ellias sembunyi begitu dia berhasil masuk kembali ke kota itu.

Dengan satu orang menunggu di area keluar hutan dan dua lainnya di area masuk hutan, dengan santai Ellias bisa bersiap di tengah-tengah hutan. Mereka berempat menggunakan walkie-talkie untuk saling berkomunikasi. Begitu Ellen masuk ke area hutan, ketiga teman Ellias langsung memasang tanda dilarang melintas. Bukan sekedar papan nama, tapi juga pagar kawat bergerigi yang melintang menghalangi jalan.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang