32b

29.8K 3.6K 117
                                    

Rabu (22.21), 31 Juli 2019

-------------------------------

Mendengar gosip yang beredar mengenai Dennis dan Ellen, dada Ellias mendidih penuh amarah. Tapi dia berusaha meyakinkan diri bahwa selera Ellen pastilah bukan mantan kriminal seperti Dennis.

Hari itu setelah menjemput Ellen dari rumah Sunny, Ellias langsung ke kamarnya untuk mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Pengakuan Ellen bahwa dia berada di rumah Dennis selama badai dan kakinya terkilir membuat sikap posesif dan cemburu Ellias menyeruak.

Sungguh, dia sudah berusaha percaya bahwa seperti yang dikatakan Ellen, dia dan Dennis tidak ada hubungan khusus. Tapi kenyataannya, Ellias tidak bisa. Bahkan di mobil tadi, dia hanya pura-pura percaya. Setelah tiba di rumah—tepatnya dalam kamarnya, sikap pura-pura Ellias akhirnya luntur. Rasanya dia ingin menghancurkan semua barang di sini. Tapi Ellias menahan diri.

Bagaimanapun dia harus memberikan kesan baik pada ayahnya. Jika tidak, bisa saja James nekat membuat dirinya dan Ellen tidak pernah bisa bertemu lagi.

Selesai mandi dan berpakaian, amarah Ellias belum juga surut. Dia keluar kamar menuju dapur. Di depan kamar Ellen, Ellias berhenti. Menimbang-nimbang hendak masuk atau tidak. Tapi akhirnya dia menggeleng pelan dan memutuskan terus melangkah menuju dapur lalu menenggak air es langsung dari botol.

Dinginnya air tak juga berhasil memadamkan api dalam hati Ellias. Dia sampai mengacak-acak rambutnya sendiri penuh amarah. Beruntung ini sudah larut malam. Ellen, orang tuanya, dan para pelayan pasti sudah tidur. Jadi tidak akan ada yang memergoki tingkah aneh Ellias yang tampak seperti beruang pemarah.

Cukup lama berdiam diri dengan menyandarkan punggung di pintu kulkas, tiba-tiba perhatian Ellias terarah pada pisau dapur yang selalu diasah dengan cermat. Tampak mengkilap, menarik sisi gelap dalam jiwa Ellias memberontak keluar.

Tak butuh waktu lama untuknya memutuskan. Dalam sekejap Ellias sudah meraih gagang pisau lalu bergegas kembali ke kamarnya sebelum seseorang memergoki apa yang dia bawa lalu menanyakan banyak pertanyaan.

Paginya sebelum sang Ibu pergi mengantar Ellen ke klinik, Ellias lebih dulu berpamitan dengan alasan menginap di rumah teman. Dia pergi dengan membawa pisau yang semalam diambilnya dari dapur.

Dalam keadaan marah, Ellias melajukan mobilnya hendak menuju rumah Dennis. Tapi di tengah perjalanan dia berhenti, menyadari tindakannya terlalu gegabah. Datang terang-terangan ke rumah lelaki itu lalu menghabisinya, jelas akan membuat Ellias dengan mudah tertangkap polisi. Meski dia yakin Ryno Kirton akan menolongnya, tapi tetap saja dia harus berhati-hati.

Ya. Ellias sudah tahu siapa ayah kandungnya. Ibunya sudah menceritakan semua saat Ellias mengatakan bahwa dia mendengar pertengkaran Rennie dan James.

Ternyata di tengah perasaan tertekan akibat perbuatan James, Rennie mulai akrab dengan Ryno yang beberapa bulan sebelumnya sempat kehilangan istri dan anaknya yang masih berusia dua tahun dalam sebuah kecelakaan beruntun. Selama ini semua orang menganggap Ryno tidak pernah menikah lagi akibat trauma kehilangan orang-orang yang dicintainya. Padahal lebih dari itu, Ryno memilih melajang karena wanita yang ingin dinikahinya adalah istri orang lain.

Memutuskan untuk mengatur strategi lebih dulu, Ellias memutuskan pergi ke rumah salah seorang temannya. Di sana dia menghabiskan waktu untuk bersenang-senang sejenak sambil memikirkan bagaimana cara menyergap Dennis lalu menghabisinya. Apa dia perlu menunggu Dennis mencari kayu di hutan? Atau sebaiknya di rumahnya saja?

Rupanya bersenang-senang bersama teman-temannya cukup untuk menjernihkan pikiran Ellias. Dia tak lagi dipenuhi amarah yang membutakan. Dia berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa Dennis dan Ellen memang tidak memiliki hubungan khusus.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang