18b

26.9K 3.6K 163
                                    

Selasa (10.34), 23 April 2019

----------------------------

Dennis menghampiri orang-orang yang bergerombol di tepi hutan sekitar dua ratus meter dari rumahnya. Orang-orang yang melihat kedatangan Dennis langsung menyingkir sambil saling berbisik.

Seperti biasa Dennis mengabaikan orang-orang itu. Dia berusaha mencari tahu apa yang dilakukan para warga ini. Dan jawabannya kini ada di depan mata Dennis. Tubuh tak bernyawa yang bersimbah darah, dikelilingi garis kuning polisi serta jerit tangis keluarga Morris yang memilukan.

Tatapan Dennis tak bisa lepas dari Ellen. Wanita itu pasti sangat hancur menemukan ayah yang begitu dikaguminya dalam kondisi mengenaskan seperti sekarang. Apalagi melihat bagaimana James Morris sangat memperhatikan Ellen kemarin, bisa Dennis tebak sedekat apa hubungan mereka.

Kedatangan Dennis menarik perhatian semua orang termasuk Ryno. Mata tajamnya memperhatikan gerak Dennis. Tak perlu menjadi peramal siapa yang tengah diperhatikan Dennis saat ini. Ellen Alodie. Jadi, apa gosip itu benar? Mereka benar-benar menjalin hubungan?

Ryno berkacak pinggang sambil menelengkan kepala, memperhatikan Dennis lebih seksama. Jika dirinya menjadi James Morris, akankah dia menerima hubungan asmara antara putri yang begitu disayanginya dengan lelaki yang dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin? Dan jika James menentang, bahkan mungkin mengatakan sesuatu yang menyakitkan Dennis, Dennis jadi punya motif untuk membunuh James.

Jika seperti itu, berarti tinggal menyelidiki apa yang dilakukan James Morris sebelum kematiannya dan di mana saja dia berada. Dan tentu saja, menemukan sidik jari Dennis, atau apapun yang bisa dijadikan bukti bahwa Dennis memang pelakunya.

Saat Ryno masih berkutat dengan pikirannya, seorang warga menghampirinya. "Ada apa?" tanya Ryno penasaran melihat sikap anehnya yang sesekali melirik khawatir ke arah Dennis.

"Aku tidak tahu apa ini akan membantu," lelaki itu berbisik. "Dua hari lalu aku melihat Ellen bersama Dennis di perempatan lampu merah. Ellen tampak sangat sedih. Lalu mereka berdua masuk ke mobil yang sama. Bukannya aku sok pintar atau bagaimana. Tapi gosipnya sudah menyebar. Dennis dan Ellen menjalin hubungan tapi orang tua Ellen menentang. Bisa saja—kau mengerti maksudku, kan?"

Ryno mengerutkan kening mendapat informasi itu. Lalu perhatiannya kembali tertuju pada Dennis. "Ini informasi yang sangat berharga. Jika masalah ini sampai ke pengadilan, bersediakah kau menjadi saksi?"

"Tentu saja. Aku senang bisa membantu. Lagipula kurasa bukan hanya aku satu-satunya orang yang melihat Ellen dan Dennis bersama dua hari lalu." Tapi mendadak lelaki itu menegang. "Bagaimana jika Dennis mendengar hal ini dan merasa terancam? Bukankah itu berarti dia juga akan menjadikanku target pembunuhannya?"

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," janji Ryno seraya menepuk pundak lelaki itu.

Dennis yang semula masih memperhatikan Ellen, memalingkan wajah dari wanita itu karena turut merasakan sesak. Tapi pandangannya beradu dengan tatapan tajam Ryno. Dia yakin kepala polisi itu sudah memperhatikannya sejak tadi.

Seketika tubuh Dennis menegang menyadari masalah besar yang muncul di depan matanya. Dia akan dijadikan tersangka pembunuhan James Morris. Bukan hanya karena reputasi Dennis sebagai pembunuh berdarah dingin dan fakta mayat itu ditemukan di dekat rumahnya. Tapi juga karena sebelum pembunuhan itu terjadi, James sempat meluapkan kemarahan pada Dennis. Itu saja sudah bisa menjadi motif yang memberatkannya.

Dennis melangkah mundur dan hendak berbalik pergi. Tapi panggilan Ryno menghentikannya, membuat Dennis mau tak mau berbalik kembali menghadap Ryno yang berdiri menghampirinya.

"Kau pasti terkejut mengetahui ada mayat yang ditemukan dekat rumahmu," kata Ryno dengan nada basa-basi, tapi jelas kata-katanya memiliki maksud tersembunyi.

"Tentu saja." Dennis sengaja menyahut singkat dan dingin, tidak mau mengatakan sesuatu yang nantinya akan menjerat dirinya sendiri.

Ryno mengangguk. "Ngomong-ngomong kudengar dua hari lalu kau pergi bersama Ellen. Apa kau sempat bersitegang dengan James Morris karena itu?"

Mata Dennis menyipit. "Apa aku sedang diinterogasi, Pak Polisi?"

"Sejujurnya, iya. Aku hanya berusaha mengumpulkan semua informasi."

"Tapi aku merasa dituduh."

"Kenapa kau bisa merasa seperti itu? Padahal aku tidak bertanya apakah kau yang membunuh James Morris."

Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian semua orang di sana. Bahkan tim forensik berhenti sejenak dari kegiatannya untuk melihat apa yang terjadi. Begitu pula dengan keluarga Morris. Semua menoleh ke arah Dennis dan Ryno.

Tapi Dennis sama sekali tak tampak gentar. Dia masih berdiri tegap dengan raut dinginnya. "Aku memilih tidak menjawab pertanyaan Anda yang terkesan menyudutkan."

"Caramu mengelak semakin membuatmu terlihat bersalah, Dennis."

"Anda seorang polisi. Bertindaklah sesuai bukti, bukan karena reputasi dan rumor murahan yang beredar."

Saat Dennis hendak berbalik, mendadak Ryno berkata. "Luka di pipimu seperti baru. Pasti kau terluka kemarin."

Dennis mengabaikan ucapan Ryno dan memilih terus berjalan. Jika Ryno tahu dari mana asal luka itu, maka Dennis benar-benar akan terlibat masalah besar.

Ryno melirik anak buahnya lalu mengedikkan dagu sebagai isyarat. Dengan sigap tiga polisi langsung menghadang langkah Dennis, berdiri di depan lelaki itu.

Melihat Dennis tak bisa melarikan diri lagi, Ryno berseru, "David, periksa cincin di tangan kanan James. Jika dugaanku benar bahwa James sempat menyarangkan tinju di pipi kiri Dennis saat berusaha melawan, maka wajar Dennis memiliki luka itu."

Dennis berbalik kembali menatap Ryno. Raut wajahnya tak berubah. Sementara itu Ellen ternganga dengan benak bertanya-tanya, benarkah Dennis yang melakukan semua ini? Karena semalam ayahnya memang berniat kembali ke rumah Dennis untuk mengambil barang-barang Ellen.

Tapi, mana mungkin Dennis yang melakukannya?

Kembali air mata Ellen menetes. Kali ini dengan perasaan lebih kacau daripada sebelumnya. Dia tidak ingin memercayai bahwa Dennis yang tega melakukan ini pada Papanya. Tapi sebagian dirinya mengingatkan bahwa Ellen tidak benar-benar mengenal Dennis.

Semua orang seolah menahan napas saat menunggu jawaban David. Dan tak butuh waktu lama bagi David untuk mengemukakan hasil yang ditemuinya.

"Seperti katamu, Ryno. Ada jaringan kulit dan darah yang sudah mengering tertinggal di bagian tajam cincin James."

Pernyataan David membuat semua orang terkesiap tak percaya. Mereka saling pandang dan menatap penuh amarah ke arah Dennis.

Reaksi Rennie berbeda lagi. Dia langsung berdiri dan menghambur ke arah Dennis sambil meneriaki lelaki itu sebagai pembunuh. Ellias dan para warga di sana segera menahan tubuh Rennie. Sementara itu Ellen terkulai lemas, masih dengan pikiran kacau yang serasa akan meledakkan kepalanya.

Dennis sama sekali tak terpengaruh dengan reaksi sekitarnya. Tatapannya tertuju pada Ellen yang juga balas menatapnya.

Ada keraguan yang nyata dalam mata wanita itu. Seolah Ellen juga bertanya-tanya apakah memang Dennis pelakunya. Itu membuat rasa kecewa dan sakit bergumul di hati Dennis. Dia pikir Ellen akan jadi orang pertama yang memercayainya. Tapi ternyata tidak. Bahkan meski sudah tahu alasan sebenarnya Dennis dipenjara dulu, Ellen tetap meragukannya.

Dengan rasa marah yang muncul dibalik rasa sakit dan kecewa itu, Dennis membiarkan para polisi memborgolnya lalu mendorongnya menaiki mobil polisi. Dia sama sekali tak melawan. Selain hal itu akan membuatnya terlihat semakin bersalah, Dennis juga merasa tak ingin membela diri jika Ellen sendiri menganggapnya bersalah.

---------------------------

~~>> Aya Emily <<~~

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang