Epilog

37.1K 2.6K 135
                                    

Sabtu (13.26), 28 Maret 2020

----------------------

"DENNISSSS!"

Teriakan Elena memenuhi seluruh penjuru rumah. Wanita yang biasanya anggun dan terlihat lembut penuh kasih itu kini tampak murka.

Bagaimana tidak? Dennis kembali berulah. Kali ini dia menikah tanpa memberitahu siapapun. Lalu tiba-tiba datang mengabarkan bahwa Ellen sudah hamil sebulan. Ibu mana yang tidak akan murka? Bahkan Daddy dan saudara-saudara Dennis juga tak kalah marahnya.

"Ini sudah keterlaluan!" seru Sintha. Lalu dia menekan telunjuknya di dada Dennis. "Apa susahnya memberitahu kami? Kau bahkan terima jadi. Kami semua yang akan mengurus segalanya untukmu."

Dennis meringis. "Aku tidak mau terlalu direpotkan—"

"Seperti yang adikmu bilang!" potong Elena dengan nada tinggi. "Kau hanya tinggal duduk dan menikah. Tidak perlu repot apapun. Apa menurutmu keluargamu memang sangat merepotkan?"

"Bukan begitu, Mom. Menurutku tidak perlu terlalu heboh untuk pesta sekali seumur hidup."

"Karena hanya sekali seumur hidup, makanya harus mewah!" celetuk Aira juga dengan nada tinggi. Dia duduk di sofa panjang sambil menenangkan Elora yang sedang dalam mode manja. Sementara Dariel duduk di sampingnya dengan tenang. Tampak puas melihat Dennis sedang diserang ramai-ramai.

"Dan jangan hanya memikirkan dirimu sendiri," sela Romy yang sedang duduk bersama Xavier dan ayahnya. "Apa kau memikirkan perasaan Ellen? Dia pasti ingin pesta mewah. Semua wanita begitu."

"Betul! Kau sangat egois, Kak."

Ellen yang sedari tadi duduk bersama Vania hanya bisa terdiam dengan gelisah. Sementara Dennis yang masih diadili di tengah ruang keluarga itu tampak mendesah pasrah.

Yah, Dennis memang salah. Ellen sendiri sempat kesal padanya. Mereka memang setuju hendak mengadakan pernikahan yang sederhana. Tapi tidak mengundang keluarga Dennis benar-benar di luar rencana. Setidaknya rencana yang diketahui Ellen. Dengan santai Dennis bilang bahwa dia akan memberi kejutan pada keluarganya saat Ellen mendesak menanyakan tentang keluarganya usai pernikahan.

Lalu setelahnya ada masalah di perusahaan yang menyita perhatian hingga mau tak mau Ellen setuju menunda memberitahu keluarga Dennis. Dan sekarang di sinilah mereka setelah hampir dua bulan usai pernikahan. Kemarahan keluarga Dennis sama sekali tak mengejutkan. Bahkan Ellen sudah membayangkan adegan darah-darahan yang mengerikan.

Sial! Mengingatkan pada masa lalunya saja.

"Pokoknya harus ada pesta ulang. Dan mulai sekarang sampai pesta nanti, Ellen harus di sini."

Dennis mengerutkan kening tak mengerti maksud Mommynya. "Kami harus tinggal di sini?" dia menebak. "Mom, perusahaan di sana belum bisa ditinggal lama. Masih banyak yang harus kupantau."

"Memangnya Mommy bilang kamu? Hanya Ellen. Terserah kamu mau tinggal di mana." Lalu Elena berbalik pergi, tanda tak ingin ada perdebatan lagi.

Sementara itu Sintha dan yang lain tersenyum puas, tahu bahwa ini hukuman terbaik untuk Dennis atas ulahnya. Kecuali Ellen, tentu saja. Meski keluarga Dennis tampak menerimanya dengan gembira, namun Ellen masih asing berada di antara mereka. Dia tidak yakin ini adalah keputusan yang baik untuk dirinya.

***

Meski sudah memohon-mohon pada sang Mommy, namun Dennis tetap tak berhasil membawa Ellen bersamanya. Bahkan dirinya juga dilarang berada di rumah orang tuanya meski sekedar untuk bertamu.

Seminggu kemudian terpisah, Ellen mulai terbiasa dengan keluarga Dennis. Mereka sangat baik dan berhasil membuat Ellen merasa betah. Perasaan asing dan khawatir yang sebelumnya memenuhi dada Ellen tak lagi ia rasakan. Bahkan Mommy Dennis selalu melibatkan Ellen mengenai segala persiapan pesta, membuat Ellen merasa dibutuhkan.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang