26

29.3K 4K 398
                                    

Jumat (19.02), 31 Mei 2019

Agak buntu nulis ini. Sampai disaranin Kak nainggolan14 nonton serial Criminal Minds buat bantu perlancar ide. Makasih, Kak Nai ☺♥

Happy reading!!

-------------------------

Kembali kota kecil itu digegerkan dengan penemuan mayat di tepi hutan. Kali ini yang menjadi korban adalah dokter forensik yang menjadi ketua tim forensik dalam kasus kematian James Morris.

Tak butuh waktu lama, gosip menyebar dengan cepat. Orang-orang mulai bertanya-tanya, dan mengaitkan kejadian ini dengan kematian James Morris. Sebagian besar berspekulasi bahwa pelaku sebenarnya masih berkeliaran dan sengaja membunuh David agar identitasnya tidak pernah diketahui.

Warga mulai gelisah, menyadari ada pembunuh berkeliaran di kota itu. Mereka juga mulai mempertanyakan kinerja polisi dan apakah Dennis memang benar-benar bersalah atau hanya menjadi kambing hitam akibat masa lalunya.

Henry yang turut berduka atas kematian David serta sempat merasa bersalah, yakin semuanya memang berkaitan. Pasti kematian David akibat penyelidikannya semakin dekat dengan pelaku. Dia merasa geram dan semakin bertekad menemukan pelakunya. Dengan dibantu sang istri serta Ellen, dia memanaskan situasi dengan membeberkan fakta bahwa Dennis ditahan tanpa bukti jelas.

Keadaan menjadi kacau tak terkendali. Para orang tua melarang anak-anak mereka keluar rumah, bahkan untuk bersekolah. Warga terus berdatangan ke kantor polisi dan bahkan ke pengadilan untuk mendesak para aparat hukum bertindak cepat dan adil.

Meski keadaan ini cukup menguntungkan bagi pihak Dennis, namun Ellen tetap tak bisa menahan rasa duka di hatinya terhadap David. Dia begitu terpukul setelah mendengar dugaan Henry. Seharusnya Ellen memilih tidak tahu apapun seperti saran Henry. Namun dia ingin tahu semuanya. Dan sekarang duka serta rasa bersalah seolah mencekiknya.

Ellen memang tidak mengenal David. Dia bahkan hanya pernah bertemu David saat jasad ayahnya ditemukan. Itupun Ellen sama sekali tidak memperhatikan karena hanya fokus pada ayahnya. Tapi tetap saja, semua masalah ini bermula dari kematian ayahnya. Jika David tidak bersikeras berusaha mencari tahu pelaku yang sebenarnya, dia mungkin masih hidup saat ini.

Ellen turut mengantar kepergian jasad David yang akan dipulangkan kepada keluarganya. Lelaki itu sudah pernah menikah namun bercerai sebelum memiliki anak. Jadi dia tidak punya istri atau anak yang akan menangisi kematiannya. Hanya orang tua dan saudara-saudara yang bersikeras meminta jasad David dipulangkan ke kota kelahirannya untuk dimakamkan di sana.

Sidang kedua bagi Dennis dipercepat atas desakan warga. Seharusnya Ellen senang mengetahui hal ini. Tapi dia malah kian waswas, sadar pembunuh itu masih ada di sekitar mereka, mengawasi, dan akan bertindak begitu merasa terancam. Itu membuatnya sakit kepala dan harus menelan dua butir aspirin pagi ini demi bisa menghadiri sidang Dennis.

Ellen menuruni tangga menuju lantai pertama sambil mengenakan jaket tebal. Udara pagi ini cukup dingin setelah hujan deras dini hari tadi. Meski dia menuju pengadilan dengan menggunakan mobil, udara dingin pasti tetap menemukan cara untuk menyapa kulitnya jika dia tidak mengenakan jaket tebal.

Baru di tengah tangga, langkah Ellen terhenti. Tatapannya mengarah pada Ellias yang baru masuk rumah dengan jalan tertatih. Segera dia turun dengan lebih cepat, menghampiri sang adik yang tampak menahan sakit.

"Ellias, kau kenapa?" tanya Ellen khawatir.

Ellias nyengir, berusaha menenangkan kakaknya. "Tidak apa-apa. Hanya tergelincir."

"Bagaimana bisa? Kau bilang menginap di rumah temanmu untuk menyelesaikan tugas kuliah?" kali ini tatapan Ellen penuh rasa curiga.

Ellias meringis. "Yah, kami butuh sedikit refreshing juga. Menjelajah hutan sebentar dengan bersepeda."

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang