11

31K 3.6K 160
                                    

Kamis (15.36), 04 April 2019

-------------------------

Pukul tujuh malam, hujan telah berganti menjadi gerimis. Ellias menghentikan mobilnya di depan rumah Sunny lalu diam menunggu sang Kakak yang memang sudah siap di beranda rumah Sunny. Tapi saat melihat Ellen berjalan sambil melompat-lompat, Ellias bergegas turun dari mobil menghampiri Ellen.

"Apa yang terjadi?" tanya Ellias khawatir. Dia segera melingkarkan tangan sang kakak ke bahunya lalu merangkul pinggang Ellen untuk membantunya ke mobil.

"Aku terperosok ke jurang di hutan. Beruntung ada pohon yang menahan tubuhku. Tapi kakiku terlanjur terkilir," cerita Ellen.

"Sudah kubilang hutan sangat berbahaya karena hujan. Kalau Ibu dan Ayah tahu, aku bisa kena masalah karena mengantarmu pergi," keluh Ellias seraya membantu Ellen masuk ke kursi samping pengemudi lalu bergegas mengitari mobil, masuk ke sisi yang lain.

"Jangan ceritakan pada mereka," kata Ellen santai seraya melambai pada Sunny saat mobil yang Ellias kendarai keluar dari pekarangan rumah Sunny.

"Lalu bagaimana menjelaskan kondisimu?"

"Bilang saja aku terpeleset di halaman rumah Sunny yang licin. Bajuku sampai kotor. Jadi aku harus meminjam pakaian Sunny." Ellen menyeringai seraya menunjukkan pakaian Sunny yang dikenakannya.

Ellias berdecak kesal. Tapi kemudian keningnya berkerut menyadari sesuatu. "Kalau kakimu terkilir di hutan, bagaimana caramu ke rumah Sunny dengan kaki pincang begitu. Jaraknya lumayan jauh." Lalu Ellias terbelalak. "Dan tadi siang ada badai. Di mana kau berteduh?"

Ellen tidak langsung menjawab, menimbang-nimbang dalam hati.

"Kakak..." desak Ellias tak sabar.

"Janji tidak akan mengatakan ini pada Ibu dan Ayah?"

Ellias memutar bola mata. "Kau sudah memaksaku berbohong tentang ke mana kau pergi hingga kakimu terkilir begitu. Sekarang kau juga memintaku menyembunyikan rahasia."

"Aku hanya tidak ingin Ibu marah lagi."

Ellias menghela napas. "Baiklah, aku janji. Sekarang katakan."

"Dennis yang menolongku. Untung ada dia. Jika tidak, mungkin aku sudah jadi mayat di hutan."

"Dennis Anthony?"

"Hu'um."

Kening Ellias berkerut. "Apa kau memang memiliki hubungan khusus dengan lelaki itu seperti yang digosipkan orang-orang?"

Kini giliran Ellen yang memutar bola mata. "Aku tidak tahu bahwa kau juga suka bergosip."

"Ayolah, semua orang membicarakan kalian. Dan aku punya telinga untuk mendengar. Apalagi beberapa temanku terang-terangan bertanya mengenai hubunganmu dengan Dennis."

"Lalu apa jawabanmu?"

"Aku bilang saja tidak tahu. Kenyataannya aku memang tidak tahu apapun."

"Bagus."

"Jadi... kau dan Dennis memang memiliki hubungan spesial?"

"Tidak ada," tegas Ellen. "Dan tadi siang kebetulan Dennis juga di hutan untuk mencari kayu. Kau tahu sendiri seperti apa pekerjaannya."

Ellias mengangguk, menerima penjelasan Ellen tanpa bertanya lebih jauh. Dia percaya kakaknya tidak berbohong bahwa dia memang tidak memiliki hubungan tertentu dengan Dennis. Setidaknya sekarang.

***

"Kakimu kenapa?" Rennie bertanya dengan mata terbelalak kaget melihat Ellen berjalan sambil melompat-lompat dengan raut menahan sakit.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang