37

30.8K 3.7K 137
                                    

Rabu (20.30), 18 September 2019

Happy reading!!

------------------------------

Ellen masih tenggelam dalam dekapan Dennis. Rasanya dia tidak ingin beranjak dari sana. Namun saat mengeratkan pelukan, dia mendengar erangan pelan Dennis yang terdengar jelas tengah menahan sakit.

"Ada apa?" tanya Ellen seraya mengendurkan pelukannya dan mendongak menatap lelaki itu.

Dennis tersenyum lalu menggeleng pelan.

"Kepalamu sakit? Kenapa sampai terluka begini?" Ellen menyentuh ragu perban yang melilit kepala Dennis.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terjatuh."

"Lebih tepatnya dia terkena banyak tembakan lalu jatuh menghantam aspal dengan keras setelah tertabrak mobil."

Dennis menoleh ke arah Xavier yang kini berdiri di dekat mereka dengan kesal. "Terima kasih karena sudah memperjelasnya," sindirnya tajam.

"Sama-sama," balas Xavier santai.

Ellen mengabaikan sikap dua lelaki itu dan lebih memilih fokus pada Dennis. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Dennis kembali menatap Ellen lalu tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Ini hanya—"

"Aku sudah melewati banyak hal buruk!" seru Ellen marah. "Tidak perlu berbicara seolah aku anak kecil hingga membuatmu harus memilih kata. Apa salahnya menceritakan yang sebenarnya?"

Tatapan Dennis berubah penuh penyesalan. Ellen pantas marah padanya. Saat wanita itu menggeliat hendak lepas dari pelukan, Dennis semakin mengeratkan rangkulannya.

"Maaf."

"Aku tidak butuh kata maaf!" sergah Ellen.

Dennis mengangguk kecil. "Di pemakaman waktu itu, lelaki yang kukejar terus menembakkan pistol ke arahku. Lalu saat dia hendak menyeberangi jalan dekat hutan, aku berhasil menariknya hingga membuat kami berdua tertabrak mobil."

Ellen terbelalak. "Berarti kondisimu parah?"

"Tidak—"

"Ya! Seharusnya dia masih di rumah sakit sekarang."

Dennis kembali menoleh ke arah Xavier. "Apa kau tidak mengerti arti privasi? Kenapa masih di sini?"

Xavier mengabaikan Dennis dan menatap serius ke arah Ellen. "Benturan di kepalanya sangat keras. Dokter menyarankan dia harus istirahat total, berbaring di atas ranjang, selama beberapa hari. Tapi mungkin kau sudah tahu betapa keras kepalanya dia."

"Kalau begitu kita kembali ke rumah sakit tempat harusnya dia dirawat," kata Ellen pada Xavier dengan nada khawatir sekaligus kesal. Informasi ini membuatnya sejenak lupa pada tragedi pembunuhan yang dialaminya beberapa waktu lalu.

Namun itu tak berlangsung lama. Sebelum ada yang menanggapi ucapan Ellen, Xavier mendapat telepon dari anak buahnya yang ia perintahkan mendatangi rumah tempat Ellen menghabisi Ellias.

"Ada apa?" tanya Dennis begitu Xavier menutup telepon. Ekspresinya tampak gelap.

Sejenak Xavier menatap Ellen sebelum fokus kembali pada Dennis. "Mereka tidak menemukan jasad Ellias. Hanya ceceran darah. Kurasa Ellias masih hidup."

DEG.

Refleks Ellen beringsut kian mendekat pada Dennis. Informasi ini membuatnya merasa tidak aman. Seharusnya dia senang tidak jadi pembunuh. Tapi Ellen ketakutan. Seolah teror masih mengintainya dalam kegelapan.

Dennis yang menyadari sikap Ellen melabuhkan kecupan lembut di puncak kepala wanita itu. "Aku akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi seperti waktu itu di pemakaman," janji Dennis.

His Eyes (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang