Empat

172 19 0
                                    

          "Ada apa Isanim memanggil Anda, Baek Bujangnim?" tanya karyawan yang tadi menyampaikan pesan pada Karin. Ada kecemasan di raut wajahnya.

          Sejenak Karin ingin tersenyum, namun ia tahan. Mungkin karyawan ini cemas ada pekerjaan mendadak yang harus mereka lakukan saat ini juga, atau ada pekerjaan yang tak sesuai harapan pimpinan.

          "Tidak ada apa-apa, Lee Taeri. Hanya sedikit diskusi masalah pribadi," jawab Karin tersenyum.

          Karyawan yang dipanggil Lee Taeri, Pegawai Lee, mengangguk-angguk lega. Semua orang di kantor ini tahu, Karin adalah hubae, adik kelas, dari Park Minjae. Juga tahu bahwa Park Minjae adalah sahabat Arjuna, kekasih Karin. Tapi, yang penting seluruh karyawan tahu, Park Minjae masuk ke perusahaan ini setelah Karin, artinya, kedudukan Karin sekarang tak ada hubungannya dengan hubungan seonbae-hubae mereka.

          "Bujangnim, Departemen Perlengkapan dan Departemen Sarana sudah mengirimkan laporan keuangan mereka," lapor seorang karyawan lain.

          "Baiklah, serahkan itu ke Kim Timjang, biar Ketua Tim Kim yang mengatur kompilasinya," perintah Karin.

          "Ne, Bujangnim," jawab karyawan itu patuh.

          Karin masuk perusahaan ini sejak 3 tahun lalu, langsung setelah dia menyelesaikan studi di program pascasarjana jurusan keuangan. Untuk orang yang menyelesaikan sarjana di bidang bahasa dan melanjutkan pascasarjana di bidang keuangan, Karin termasuk orang yang beruntung bisa langsung bekerja, sementara banyak orang di luar sana yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

          Ya, gelar sarjana Karin diambil di bidang bahasa. Bahasa Indonesia, tepatnya. Karin tertarik dengan bahasa ini karena ibunya sering sekali berbicara dengan menggunakan bahasa ini padanya. Huruf yang dipakai adalah alfabet seperti bahasa Inggris, dan pengucapan vokalnya seperti bahasa Jepang. Sangat mudah. Walau Karin masin belum memahami bagaimana meletakkan imbuhan dan partikel, namun kemampuan bahasa Indonesia Karin sudah bisa dibilang bagus.

          Setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana, Karin langsung melanjutkan sekolah ke jenjang pascasarjana. Eomma meyakinkan Karin untuk terus sekolah. Eomma bilang, kesempatan mencari pekerjaan untuk orang bergelar master akan lebih banyak daripada yang hanya sarjana. Karin menurut. Termasuk ketika dia disarankan untuk mengambil sekolah di bidang keuangan, bukan bahasa lagi.

          Lulus kuliah pascasarjana, Karin langsung melamar ke berbagai perusahaan. Hampir semua perusahaan menerima Karin. Entah karena langit selalu melindungi Karin, atau memang Karin adalah orang yang berbakat, satu-satunya kesulitan Karin dalam memulai pekerjaan adalah memilih perusahaan mana yang akan dia datangi. Benar-benar nasib yang membuat iri semua orang.

          Karin membuka komputernya. Hari ini dia belum sempat melihat laporan yang dikirim melalui surel oleh bawahannya. Sebagai Manajer Akuntansi, pekerjaan Karin penuh dengan laporan. Karin sempat berpikir, dia adalah Manajer Pemeriksa Laporan, alih-alih Manajer Akuntansi. Memeriksa laporan keuangan memang tak mudah. Laporan itu harus sudah  dianalisis dan disusun rapi agar mudah dibaca orang awam sebelum dinaikkan ke Direktur. Kemudian, Direktur akan memaparkan hasil analisis laporan itu di hadapan Dewan Direksi. Jika hasil analisis laporan itu bagus dan memuaskan, Direktur Keuangan akan mendapatkan pujian. Jika hasil analisis laporan itu tak memuaskan Dewan Direksi, Karin selaku Manajer Akuntansi akan dipanggil untuk dimintai pertanggungjawaban.

          "Bujangnim, kopi buat Anda," Lee Taeri menyerahkan segelas es amerikano pada Karin.

          "Gumawoyo, Lee Taeri," – terima kasih, Lee Taeri, balas Karin tersenyum.

          Ia menyesap kopi dingin itu. Pahit. Karin mengulum cairan hitam itu di mulut sebelum menelannya. Pahit, namun terasa manis bila dipikirkan lagi.

          Mungkin hidup ini seperti amerikano, pikir Karin. Ia pun kembali memfokuskan pikiran pada sederet laporan yang harus diperiksa.

          "Wah, Baek Bujang kesayangan direktur ini rajin sekali, ya," suara yang tak asing terdengar dari sebelah Karin, "sedang apa, Baek Bujang? Pura-pura bekerja? Atau membaca surat cinta dari direktur?"

          "Annyeonghaseyo, Kim Bujangnim. Pekerjaanmu hari ini tidak begitu banyak rupanya, ya?" sapa Karin sinis sambil mengatur senyum termanis. Dia tak boleh kalah dengan mulut ular Manajer Kim ini. Apalagi setelah dia meraih semua pencapaiannya di perusahaan ini tanpa bantuan orang lain.


**Bersambung ke Lima**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang