Delapan

132 19 0
                                    

          Mobil mereka sampai di restoran yang dituju. Arjuna segera mencari tempat parkir dan memarkir mobil dengan baik. Karin turun terlebih dahulu dan dengan sigap memutar ke pintu sebelah kanan untuk membantu ibu Arjuna turun dari mobil. Syukurlah ibu Arjuna mau menerima bantuan Karin. Kemudian Karin pun melipat kursi tengah agar Tara bisa turun dari mobil.

          "Ini dia restorannya. Restoran Tiongkok, Pa. Soalnya sudah malam, tantangan mencoba kuliner Korea-nya besok saja, ya. Setelah kalian istirahat dengan cukup," kata Arjuna sembari tertawa.

          Ayah dan ibu Arjuna, diikuti Tara dan Karin pun memasuki restoran tersebut.

          "Untuk lima orang," kata Arjuna pada seorang pelayan restoran. Pelayan tersebut membawa mereka ke sebuah meja bundar dengan enam kursi. Arjuna membantu ayah dan ibunya duduk berdampingan. Tara mengambil tempat di sebelah kiri ibunya dan meletakkan tas tangan di kursi sebelah kirinya. Karin tak punya pilihan tempat lain selain berhadapan dengan ibu Arjuna, di sebelah kiri tas Tara dan kanan Arjuna. Dia bersyukur sudah makan teokpokki sebelumnya.

          Paling tidak, Juna-ssi ada di sampingku, pikir Karin.

          Pelayan datang membawa daftar menu. Restoran ini menjual aneka makanan Tiongkok. Mereka memesan menu capcay dan beberapa macam tumisan. Karin menyarankan teh bunga krisan sebagai menu penutup. Semua orang suka teh bunga krisan. Semua orang.

          "Karin sekarang kerja di mana?" ayah Arjuna membuka pembicaraan.

          "Di KC Group, Om. Masih jadi Manajer Akuntansi," jawab Karin rendah hati.

          "Wah, sudah jadi manajer. Arjuna masih staf waktu dia mulai kuliah di Seoul, sampai sekarang belum kerja lagi. Cuma bantu-bantu meneliti penelitian profesornya," kata ayah Arjuna tak kalah rendah hati.

          "Umur 27 jadi manajer ya wajar, Pa," kata ibu Arjuna, "anak teman Mama yang seumur dia juga rata-rata manajer, kok," sambungnya.

          DIA? Oke, aku adalah DIA sekarang, batin Karin.

          "Juna-ssi hebat, Om. Profesor yang dibantu Juna-ssi pasti senang karena Juna-ssi selalu meneliti dengan baik. Juna-ssi menyumbangkan peran besar untuk memajuan teknologi Korea, Om," puji Karin. Dia mencoba tak ambil hati atas perkataan ibu Arjuna. Karin mengingatkan dirinya, yang duduk di hadapannya adalah ibu dari laki-laki yang dicintainya, calon ibu mertuanya.

          "Karin, orang tuamu bekerja di mana?" ibu Arjuna bertanya pada Karin. Setengah terkejut karena dari tadi tak diperhatikan, Karin menjadi gelagapan. Untung saja Arjuna meremas tangan Karin di bawah meja, Karin pun bisa segera menguasai diri.

          "Ibu saya seorang guru di sebuah kursus persiapan masuk perguran tinggi, Tante," jawab Karin. Memang itulah pekerjaan ibunya, "beliau memiliki kursus sendiri," lengkap Karin.

          "Oh, self employee. Ayahmu?" tanya ibu Arjuna melanjutkan.

          "Ayah saya tidak ada," jawab Karin gugup.

          Tatapan ibu Arjuna melunak, "oh, ayahmu sudah meninggal? Tante minta maaf, ya," katanya. Karin dan Arjuna saling berpandangan. Kebingungan. Aku harus apa, Juna-ssi? Tanya Karin dalam tatapannya. Arjuna menatap dengan tatapan menenangkan, serahkan padaku.

          Mereka menghabiskan makan malam tanpa percakapan berarti. Hanya antara orang tua Arjuna dengan Arjuna. Karin lebih banyak diam sambil sesekali berbincang dengan berbisik pada Tara. Saat ini, Tara berapa di pihak netral, Karin merasa harus banyak mengambil hatinya.

          "Apartemen Juna," ibu Arjuna membuka pembicaraan kembali, "apa Karin juga tinggal di sana?"

          Refleks Karin tersedak. Arjuna segera menyodorkan segelas air putih.

          "Ah, tidak, Tante. Saya tinggal bersama ibu saya," jawab Karin. Semoga mereka tak menyadari bahwa semua interior apartemen itu adalah pilihanku, doanya dalam hati.

          "Hubungan kami tidak seperti itu, Ma," kata Arjuna menjelaskan, "mungkin Mama sering melihat dari televisi, tapi tidak semua kok hubungan di Korea seperti itu."

          "Platonik," Tara menimpali dengan cuek.

          Wajah Karin sertamerta memerah mendengar timpalan Tara.


**Heyaaa, Tara kecil-kecil sudah tahu sama hubungan Platonik saja! ^_^  Kakak-kakak di sini ada yang tahu hubungan Platonik itu apa? Hm.. cerita ini bersambung ke Sembilan, ya**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now