Lima Puluh Delapan

102 12 0
                                    

Pesawat Asiana yang membawa Karin dan Arjuna kembali ke Seoul sedang berputar di langit Incheon. Layaknya burung yang mencari tempat mendarat, pesawat ini menunggu perintah pendaratan dari menara pengawas di tengah padatnya lalu lintas udara di langit Incheon. Walau hari masih pagi, bandara Incheon sudah bergerak sibuk.

Hari terakhir di Belinyu dilewatkan dengan berkeliling membeli oleh-oleh. Rizki menjemput Arjuna dan Karin pagi-pagi sekali kemarin. Lalu mengantarkan mereka ke bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Rizki berkata bahwa dia tak layak dapat tip tambahan karena dia sebenarnya tak banyak bekerja, ditambah, ada bonus pulang kampung juga. Tapi Arjuna memaksa Rizki menerima tip sopir untuk Rizki.

Penerbangan ke Soekarno-Hatta berjalan sesuai jadwal. Mereka tiba sekitar pukul setengah dua belas siang di Soetta. Karena penerbangan ke Seoul baru akan berangkat pukul 21.50, mereka memutuskan keluar dari bandara dari ke Monas, Jakarta Pusat.

Ini kali pertama Karin melihat Monas. Monumen Nasional yang dibanggakan oleh warga Indonesia, khususnya Jakarta ini, terlihat tinggi menjulang. Arjuna bersyukur mereka ada di Jakarta di hari Selasa, karena di hari Senin, Monas ditutup untuk pemeliharaan. Semua museum ditutup untuk pemeliharaan di hari Senin.

Karin membeli beberapa batang wortel sebelum ke Monas. Ia memberi wortel-wortek itu pada rusa tutul Monas yang tampak ramah pada pengunjung. Arjuna juga mengajak Karin masuk museum diorama Monas, serta naikk ke puncaknya. Tak banyak yang bisa di lihat di puncak Monas. Selain pandangan terhalang gedung tinggi, langit Jakarta berwarna abu-abu dari kejauhan, tak nyaman dipandang mata.

"Waktu aku kecil, pemandangan dari sini indah sekali," kata Arjuna. Karin tersenyum, Jakarta sama saja dengan Seoul, penuh polusi udara.

Setelah dari puncak Monas, mereka menikmati angin siang di cawan Monas. Lalu turun dan mengelilingi ruang diorama. Pukul empat sore, mereka bertolak ke bandara Soekarno-Hatta kembali.

Adalah ide Arjuna untuk berangkat ke Soetta pukul empat sore. "Kalau terlalu sore, kita akan terjebak macet. Karena itu jam pulang kantor," katanya. Karin bersyukur Arjuna mengusulkan ide itu, karena walau mereka berangkat dari Monas pukul empat sore, mereka baru tiba di Soetta pukul enam sore. Dua jam perjalanan yang melelahkan.

Sesampainya di bandara, mereka melaporkan diri ke petugas bandara, memasukkan barang bagasi, dan mencari restoran untuk makan malam. Arjuna mengajak Karin makan di restoran padang. Karin terperangah akan menu restoran ini. Semuanya enak. Semua hal akan indah bila perut penuh, pepatah itu sangat benar. Karin tak berhenti tersenyum.

Dan di sinilah mereka, menunggu pesawat bisa mendarat dengan mulus dan kembali ke kehidupan normal mereka. Hm, mungkin tidak sepenuhnya normal. Tapi Karin telah belajar, bahwa semua ini adalah rencana sempurna Tuhan untuknya dan keluarga.

Eomma dan Park Minjae telah menunggu Arjuna dan Karin di pintu kedatangan. Karin langsung memeluk Eomma ketika melihatnya.

"Eomma, bogosipeoyo," – Ibu, aku kangen, kata Karin.

"Na to," – aku juga, jawab Eomma.

"Eomma, na halmarisseoyo," – Ibu, aku ingin cerita, kata Karin tak sabar.

"Geurae, jibeseo marhaebwa!" – oke, ceritakan di rumah! jawab Eomma datar.

Arjuna dan Park Minjae memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Karin dan Eomma masuk dan duduk di bangku penumpang di belakang. Tak lama, Park Minjae dan Arjuna pun masuk ke dalam mobil.

"Gumawo, Chingu," – terima kasih, ya, teman, kata Arjuna pada Park Minjae.

"Geuge chingu ya," – itulah gunanya teman, jawab Park Minjae seperti biasa, dengan membanggakan diri.

"Saranghae, Chingu," – aku mencintaimu, Teman, kata Arjuna lagi,

"Na to, Chingu," – aku juga, Teman, jawab Park Minjae.

"Ya! Minjae-ssi, jangan coba-coba merebut menantuku, ya," kata Eomma bercanda dengan nada mengancam. Arjuna dan Park Minjae tertawa terbahak-bahak.

"Arasseoyo, Omeonim," – baiklah, bu, kata Park Minjae.

"Ne, Jangmonim," ya, ibu mertua, sahut Arjuna. Sambil tertawa, Park Minjae menjalankan mobilnya untuk mengantar Karin dan Eomma.

Setelah tiba di rumah dan beristirahat sejenak, Karin mengajak Eomma berbicara. Arjuna dan Park Minjae langsung pulang setelah mengantar Karin dan Eomma. Park Minjae berkata Karin bisa mulai bekerja besok. Sekarang memang Karin ingin menceritakan semuanya pada Eomma.

Karin pun bercerita. Bagaimana dia dikenalkan dengan ibu tirinya, lalu apa yang telah direncanakan ibu tirinya, dan bagaimana ibu tirinya serta kompotannya ditangkap dan dihukum. Eomma terkejut dan menutup mulutnya. Wajahnya penuh kengerian.

"Jadi, begitu ayahmu menjalankan kehidupannya, Karin?" kata Eomma sedih.

"Eomma, ceritakan padaku tentang Risa," pinta Karin.


**Bersambung ke Lima Puluh Sembilan**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now