Dua Puluh Lima

98 14 0
                                    

"Pasti ada alasan kenapa Abeonim memilih menyuruh kalian pergi, Karin," kata Arjuna.

"Aku juga berpikir begitu, karena dia sangat sayang pada Karin, anak pertamanya," kata Eomma. "Itu sebabnya aku pulang ke Korea tanpa terlalu menaruh benci pada ayahmu. Mungkin malah aku masih mencintainya. Aku sendiri tak tahu itu," kata Eomma.

Karin segera bangkit dan memeluk Eomma. Orang yang membesarkannya sendirian. Orang yang membuatnya menjadi perempuan mandiri seperti sekarang. Eomma yang pasti menghabiskan hidupnya dengan kesepian. Karin merasa bersalah sudah tak banyak menghabiskan waktu bersama ibunya akhir-akhir ini.

"Karin-a, kapan kamu berencana berangkat mencari ayahmu?" tanya Eomma.

Karin memandang Arjuna, meminta persetujuan darinya.

"Kalau semua lancar, besok sore kami berangkat, Jangmonim," kata Arjuna mewakili Karin.

"Secepat itu?" tanya Eomma khawatir.

"Kami berencana hanya satu minggu di Indonesia, Eomma. Berhasil atau tidak, dalam seminggu kami kembali ke Korea," terang Karin.

"Jangmonim, apa kami boleh pinjam kartu pos terakhir dari Abeonim?" pinta Arjuna.

"Sebentar," kata Eomma. Ia pun beranjak dan masuk ke kamarnya.

"Visa Indonesiamu sudah jadi, kan?" tanya Arjuna pada Karin. Segera setelah Karin menerima lamaran Arjuna, dia mengajukan permintaan visa ke Kedutaan Besar Indonesia di Seoul. Visa itu terlah terbit dan masih bisa dipakai.

"Sudah, tinggal bawa paspor dan berangkat," jawab Karin.

"Sebaiknya kamu mengepak barang-barangmu malam ini," ajak Arjuna.

Eomma keluar dari kamar membawa secarik kartu pos yang sudah menguning karena terlalu lama disimpan dan menyerahkannya pada Arjuna.

"Sepertinya saya pernah melihat pulau ini," gumam Arjuna.

"Itu kartu pos terakhir ayah Karin. Di sana ada alamatnya, tapi aku tak tahu itu di mana," kata Eomma.

Arjuna membolak-balik kartu pos itu. Dia mencoba membaca semua tulisan di sana.

"Belinyu! Ini pulau Putri, di sebelah utara daerah Belinyu, Kabupaten Bangka. Saya pernah ke sini sekali," ujar Arjuna senang.

"Juna-ssi tahu daerah itu?" tanya Karin.

"Iya, kalau aku tidak salah, ini daerah Belinyu. Sekali naik pesawat dari Jakarta ke Pangkalpinang, kemudian naik mobil ke Belinyu," kata Arjuna bersemangat.

"Baiklah kalau memang Juna-ssi tahu tempat itu, aku tenang melepas Karin pergi bersamamu," kata Eomma.

"Karin ayo kepak barangmu. Jangmonim, biar saya bantu Karin mengepak barang-barangnya. Jangmonim silakan istirahat," anjur Arjuna.

"Geurae, arasseo," – oke, baiklah, kata Eomma. Ia pun meninggalkan Karin dan Arjuna menuju ke kamarnya.

Karin dan Arjuna juga beranjak dari tempat mereka duduk dan menuju kamar Karin. Arjuna membantu Karin menurunkan sebuah koper besar, membersihkannya dari debu, dan membaringkan koper itu di lantai kamar Karin.

"Apa yang harus aku bawa?" tanya Karin.

"Baju berlengan panjang yang berbahan tipis. Di sana cuacanya panas, tapi banyak nyamuk. Memakai baju berlengan pendek akan membuatmu menjadi donor darah semalaman," kelakar Arjuna.

Karin tertawa lalu menurut. Mencari pakaian-pakaian berlengan panjang namun berbahan tipis. Karin juga menurunkan beberapa celana jin dan celana berbahan kain. Dengan rapi Arjuna membantu Karin memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

"Kosmetikmu, bisakah dipindah ke tempat yang lebih kecil? Aku tak ingin rutinitasmu terganggu, tapi juga tak mau kopermu terlalu sesak," kata Arjuna.

"Sepertinya aku punya beberapa botol kecil yang kosong," kata Karin yang kemudian mencari botol-botol kosong itu.

"Sogot, pakaian dalam. Berapa banyak pakaian dalam yang harus kubawa?" tanya Karin.

"Kalau kamu bisa mencuci dengan tangan, kamu bisa membawa pakaian dalam untuk empat hari," jawab Arjuna.

Karin pun mengambil beberapa pakaian dalam untuk empat hari, kemudian memberikannya pada Arjuna agar diatur di dalam koper. Arjuna terdiam, namun akhirnya menerimanya dari Karin dan mengaturnya di dalam koper.

"Karin-a!"suara Arjuna tiba-tiba terdengar di telinga Karin. Suara berat dengan napas tertahanyang mengiringi pelukan dan kecupan di leher Karin. Sogossisaekki! – pakaian dalam sialan! Seru Karin dalam hati.

**Akhir dari Bab V. Besok kita lanjutkan ke Bab VI dimulai dengan bagian Dua Puluh Enam, ya**

Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N seringtidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinOnde histórias criam vida. Descubra agora