Sembilan

128 19 1
                                    

          "Hei, Tara!" tegur Arjuna.

          Tara cuma cengengesan. Telinga Karin sudah mendekati merah alih-alih merah jambu lagi. Hubungan platonik adalah hubungan antara dua orang berlawanan jenis tanpa hasrat seksual. Tentu saja hubungan Karin dengan Arjuna bukan hubungan platonik. Tapi tak mungkin juga mereka membahasnya di depan orang tua Arjuna. Karin bahkan tak pernah membahasnya dengan Eomma, walau Karin tahu, Eomma pasti sudah mengiranya.

          "Gomen," – maaf, kata Tara dengan enteng mengucapkan kata maaf dalam bahasa Jepang.

          "Kenapa, sih?" tanya ayah Arjuna. Syukurlah mereka tidak mengerti arti 'platonik' yang dimaksud Tara, atau pembahasan ini bisa jadi panjang.

          "Nggak apa-apa, Pa. Tadi Tara mengobrol sama Karin terus keluar bahasa gaulnya," kata Arjuna.

          "Aduh, Tara. Hati-hatilah berbicara. Belum tentu Karin memahami bahasamu. Jangan-jangan dia bisa salah paham," perintah ibu Arjuna dengan lembut. Karin tersenyum. Suara ibu Arjuna melembut, tidak ketus seperti tadi. Kemudian Karin teringat, ibu Arjuna mengira ayah Karin telah meninggal. Seketika timbul rasa bersalah di benak Karin. Juna-ssi, kita harus membahas ini nanti! pikir Karin.

          "Ayahmu sudah lama pergi, Karin?" tanya ibu Arjuna.

          "Saya tidak ingat, Tante. Sudah lama sekali," jawab Karin gugup.

          "Ibumu membesarkan kamu sendirian?" tanya ibu Arjuna lagi.

          "Kadang Halmeoni, eh, nenek saya, datang dari desa, membantu ibu saya merawat saya. Tapi seringnya ibu saya sendiri yang merawat saya," jawab Karin dengan terbata-bata.

          "Ibu kamu hebat sekali. Sukses membesarkan anak sendirian. Kamu punya saudara?" lanjut ibu Arjuna.

          "Tidak, Tante. Saya anak satu," jawab Karin.

          "Oh, anak tunggal?" kata ibu Arjuna mengoreksi diksi Karin.

          "Iya, anak tunggal," jawab Karin memperbaiki diksinya.

          Tatapan dan nada bicara ibu Arjuna makin ramah. Karin bahagia mendengarnya, tapi juga merasa bersalah. Untung saja tangan Arjuna selalu menggenggam tangannya. Kita harus bicarakan ini, Juna-ssi. Harus! pikir Karin.

          Setelah selesai makan malam, mereka pun bertolak ke Seoul. Kompleks apartemen Arjuna berlokasi satu jam dari Bandar Udara Internasional Incheon ke arah Seoul. Sekitar setengah jam dari Kampus Universitas Seoul. Walaupun termasuk gedung menengah ke bawah, apartemen Arjuna terletak di daerah yang bersih, dan rimbun. Sebuah rumah kecil terletak di dekat gerbang kompleks. Di sanalah penjaga kompleks bertugas setiap harinya.

          Petugas keamanan malam itu adalah Ma Kyeongbi. Kyeongbi adalah sebutan untuk petugas keamanan. Ma Kyeongbi mengenali mobil Arjuna saat mereka tiba di kompleks apartemen Arjuna.

          "Annyeonghasimnika, Arjuna-seongsaengnim, Samonim. Bangawoyo," – selamat malam, Pak Arjuna. Nyonya. Senang bertemu, sapa Ma Kyeongbi dari luar jendela.

          "Annyeonghasimnika, Ma Kyeongbinim. Geonggangeul dolbwajuseyo!" – selamat malam, Ma Kyeongbi. Jaga kesehatan, ya, balas Arjuna sambil tersenyum. Karin turut membuka jendela penumpang di belakang kursi sopir.

          "Ma Kyeongbinim, annyeonghasimnika? Hari ini orang tua Juna-ssi datang berkunjung. Mungkin mereka akan beberapa hari di sini. Mohon bantuannya," kata Karin.

          "Ne, Samonim," – ya, Nyonya. jawab Ma Kyeongbi antusias.

          "Satpam di sini?" bisik ayah Arjuna.

          "Iya. Nama keluarganya Ma. Juna nggak tahu nama lengkapnya. Tapi dia baik banget. Hafal nama-nama penghuni kompleks dan selalu menyapa kami," jawab Arjuna.

          "Hai, Kak. Samonim, nih ye," bisik Tara dari belakang Karin.

          Karin menepuk lembut tangan Tara yang mencoleknya. Untung saja mobil ini gelap, jadi telinga Karin yang memerah tak terlihat jelas.

          Setelah Arjuna memarkir mobil, dia turun dan menurunkan barang-barang. Karin membantu ibu Arjuna turun dari mobil. Tak seperti sikapnya saat pertama bertemu, kali ini ibu Arjuna benar-benar lembut dan memperlakukan Karin dengan sayang. Setelah semua barang turun dari mobil, mereka naik ke apartemen Arjuna.

          "Kak, 'ngaku, deh! Kakak tinggal di sini, kan?" tuduh Tara berbisik.

          "Aniya! Tidak, Tara. Aku tidak tinggal di sini," sangkal Karin.

          "Tapi kenapa Kyeongbinim di depan memanggil Kakak 'samonim'?" cecar Tara lagi.

          "Molla, mana kutahu. Mungkin karena aku sering ke sini, jadi dia mengira aku samonim di sini," elak Karin.


**Ma Kyeongbi punya firasat bagus, ^_^ cerita ini bersambung ke Sepuluh, ya**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang