Empat Puluh Satu

88 14 0
                                    

BAB IX

Perjalanan dua jam dari Pangkalpinang ke Belinyu bukanlah perjalanan yang membosankan. Paling tidak, begitulah menurut Karin. Mereka berkendara menuju Sungai Liat kemudian dilanjutkan ke Belinyu, Kabupaten Bangka. Saat maih di Pangkalpinang, Karin belum melihat sesuatu yang menakjubkan. Hanya kota panas dengan sedikit pepohonan di tepi jalan. Banyak orang berjualan di trotoar, banyak juga mobil yang parkir di pinggir jalan. Bagaimana pejalan kaki bisa lewat? Pikir Karin.

Suasana lebih sepi Ketika Rizki memberi tahu mereka bahwa mereka telah meninggalkan kota Pangkalpinang menuju Sungai Liat. Banyak hutan, pikir Karin saat melihat tumbuhan palmae memenuhi lahan di kanan kiri jalan raya. Kemudian Karin mulai melihat kehidupan kembali. Rizki bilang mereka telah sampai di Sungai Liat.

Keadaan di Sungai Liat lebih sepi dibanding di Pangkalpinang. Suasananya lebih santai, tak banyak mobil parkir di pinggir jalan, walau masih ada satu atau dua mobil melakukannya. Jalanannya juga sedikit lebih lebar. Karin tak tahu, apakah benar jalanannya memang sedikit lebih lebar, atau ini karena tak banyak kendaraan lalu lalang jika dibandingkan dengan Pangkalpinang.

Tak lama kemudian, Rizki kembali mengabarkan bahwa mereka telah meninggalkan Sungai Liat dan menuju Belinyu. Karin makin gugup. Walau Karin tak tahu, di bagian Belinyu yang manakah ayahnya berada, ia tetap gugup. Seakan-akan saat ia turun dari mobil nanti ayahnya sudah menyambut kedatangannya.

Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke salah satu jalan kecil setelah beberapa lama. Rizki bilang mereka akan segera sampai. Tak lama, mobil itu diparkir di sebuah halaman yang luas, di bawah pohon yang sangat rindang. Karin terkejut melihat suasana di sekelilingnya yang jauh berbeda dengan suasana di tepi jalan raya. Di sini taka da jalan aspal atau semen, semuanya jalan dari tanah. Pasti hangat walau musim dingin datang, pikir Karin yang kemudian mengoreksi diri sendiri, Indonesia tak punya musim dingin.

Arjuna mengajak Karin turun kemudian membantu Rizki menurunkan barang-barang. Seorang laki-laki seusia ayah Arjuna telah menyambut mereka bersama seorang perempuan empat-puluh-tahunan dan seorang gadis muda.

"Arjuna, selamat datang," sapa laki-laki itu.

"Terima kasih, Om Amir," balas Arjuna. Karin membuntuti Arjuna dari belakang.

"Jam berapa dari Jakarta?" perempuan yang mendampingi Om Amir menyapa Arjuna.

"Pesawat jam delapan, Tante Yaya," jawab Juna. "Om Amir, Tante Yaya, ini tunangan Juna, Namanya Karin," lanjut Arjuna memperkenalkan Karin.

"Ini Om Amir, teman papa. Di sebelahnya itu Tante Yaya, istri Om Amir," Arjuna memperkenalkan keluarga Belinyu kepada Karin.

"Selamat pagi," sapa Karin kikuk sembari sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Orang Korea, ok?" – orang Korea, ya? Bisik Tante Yaya pada Arjuna.

"Aok," – iya, jawab Arjuna.

"Cantek, ok," - cantik, ya, kata Tante Yaya lagi.

"Saya yang pilih, pasti cantik," kata Arjuna lagi. Karin mendengar percakapan mereka. Walau tak mengerti bahasa yang mereka gunakan, tapi Karin paham apa maksudnya. Karena itu tak sadar ia tersenyum

Om Amir menyilakan mereka masuk, Rizki juga diajak. Mereka pun duduk di kursi tamu.

"Juna rencananya akan tinggal berapa lama, di sini?" tanya Om Amir.

"Rencananya lima hari, Om. Karin hanya dapat cuti seminggu soalnya. Belum perjalanannya," jawab Arjuna.

"Kamu bukannya masih sekolah?" tanya Om Amir lagi.

"Iya, Om. Ambil doktoral di SeoulDae," jawab Arjuna.

"Wua, SeoulDae? Ikak sekolah di SeoulDae, ok, Bang? Hebat, ok," – kamu sekolah di SeoulDae, ya, Bang? Hebat, ya, teriak anak gadis Om Amir tiba-tiba. Arjuna dan Karin sedikit terkejut.

"Haduh. Maaf, ok. Ini Dita, anak kami," kata Tante Yaya menjelaskan.

"Dita kelas berapa sekarang?" tanya Arjuna.

"Kelas due belas, sebentar lagi ku kuliah. Ku nak kuliah di Jakarta," – kelas dua belas, sebentar lagi aku kuliah. Aku akan kuliah di Jakarta, jawab Dita lengkap.

"Lah gadis, ok, dulu Abang ke sini, Dita masih budak, ok, sekarang lah gadis, lah cantek," – sudah jadi anak gadis, ya, dulu waktu Abang ke sini, Dita masih bocah, sekarang sudah gadis, sudah cantik, kata Arjuna basa basi memuji.


**Bersambung ke Empat Puluh Dua**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N seringtidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang