Tiga Puluh Satu

98 13 0
                                    

BAB VII

"Karin-a, kamu sudah siap?" Park Minjae memanggil Karin dari kejauhan. Percakapan Karin dan Kim Aera terhenti karenanya.

"Minjae-ya," sapa Kim Aera.

"Nuna, annyeong!" – Kakak, halo! Park Minjae balik menyapa Kim Aera.

"Sebentar lagi, Seonbaenim. Aku akan mengirimkan beberapa fail," Karin menjawab Park Minjae. "Eonni, aku tinggal dulu," pamit Karin pada Kim Aera.

"Eonni? Sekarang Nuna adalah 'Eonni'?" kata Park Minjae mengejek Kim Aera.

"Diamlah! Perempuan punya urusan sendiri," seru Kim Aera sembari kembali ke meja kerjanya. Park Minjae tertawa melihat tingkah kakak angkatnya itu.

"Seonbaenim, kita tidak makan siang dulu? Aku lapar," seru Karin.

"Ah, iya, ini sudah masuk jam makan siang," kata Park Minjae. "Bagaimana dengan Juna? Apa kita makan setelah menjemput Juna saja?" usul Park Minjae.

"Sebentar, aku tanya Juna-ssi dulu, ya. Tadi dia bilang akan mengurus beberapa hal bersama profesornya," kata Karin. Ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan menekan beberapa tombol, kemudian ia menjauh untuk berbicara dengan lawan bicaranya di telepon.

"Bagaimana?" tanya Park Minjae setelah melihat Karin mendekat.

"Kita makan siang duluan. Juna-ssi akan makan siang dengan profesornya. Kita akan menjemputnya setelah kita makan siang," kata Karin.

"Baiklah, kalau begitu," balas Park Minjae.

"Tapi," kata Karin lagi.

"Ne?" – apa? tanya Park Minjae bingung.

"Juna-ssi bilang, 'tolong bungkuskan makanan untukku!', begitu," kata Karin. Park Minjae tertawa mendengarnya.

"Juna tidak akan makan siang dengan profesornya, Karin," kata Park Minjae.

"Ha?" Karin bingung.

"Lebih tepatnya, dia tidak akan makan siang," jelas Park Minjae.

"Maksud Seonbaenim, Juna-ssi tidak akan sempat makan siang karena profesornya memberinya pekerjaan lebih?" tanya Karin lagi.

"Yah, semacam itu," jawab Park Minjae. Karin jadi merasa sedih mendengarnya. Kekasihnya tak bisa makan siang karena pekerjaan dan dia tak bisa membantu apa-apa.

"Juna sering berada di situasi seperti ini, Karin. Ini sudah biasa terjadi pada mahasiswa doktoral yang bekerja di laboratorium penelitian. Aku sering membawakannya makan siang, dulu. Hm, mungkin tanpa sepengetahuanmu, karena Juna tak ingin kamu terlalu memikirkannya," jelas Park Minjae.

Tiba-tiba saja Karin merasa menjadi kekasih yang tak berguna. Hatinya sakit sekali mengetahui kekasihnya minta bantuan pada orang lain alih-alih dirinya. Ia tahu, orang lain itu adalah Park Minjae, sahabat Arjuna. Tetapi kenyataan bahwa Arjuna menyembunyikan hal itu darinya tetap membuat sedikit bagian di hatinya serasa teriris.

Dengan sekuat tenaga Karin menahan sakitnya. Ia juga mencoba berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Situasi yang membuat mereka ada di posisi ini. Begitulah Karin meyakinkan hatinya.

"Oke, kita makan sesuatu yang bis dibungkus dan dikonsumsi Juna-ssi di perjalanan ke bandara," putus Karin.

"Sandwich? Kamu yakin akan makan siang sandwich?" tanya Park Minjae.

"Sandwich oke!" jawab Karin mantap.

"Arasseo, sandwich," – baiklah, sandwich, kata Park Minjae mengalah.

Park Minjae membawa koper Karin sementara Karin berpamitan pada karyawannya. Meminta doa agar dia selamat hingga kembali ke Korea lagi. Setelah selesai berpamitan, Karin pun mengejar Park Minjae.

"Masuklah!" suruh Park Minjae sambil menekan tombol lift. "Kamu hebat sekali, ya. Kamu jadikan direkturmu sebagai sopir," kata Park Minjae bercanda.

"Hahaha, baiklah, Sopir Park. Aku menuruti kata-katamu," jawab Karin sambil tertawa.

Ketika mereka tiba di lobi, seorang petugas parkir menghampiri Park Minjae dan menyerahkan kunci mobilnya. Mobil Park Minjae sudah ada di depan pintu utama. Sebuah SUV dari Hyundai yang sangat nyaman untuk dikendarai. Park Minjae meletakkan barang-barang Karin di dalam bagasi mobil, kemudian ia membuka pintu penumpang depan, sebelah kanan, untuk Karin.

"Masuklah!" suruh Park Minjae seraya membuka pintu.

"Baiklah," jawab Karin yang kemudian masuk ke dalam mobil.

"Kita mulai petualangan Baek Karin di Indonesia!" seru Park Minjae menyemangati Karin.

**Bersambung ke Tiga Puluh Dua*


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang