Sembilan Belas

103 14 1
                                    

          "Tak perlu dipikirkan, Bujangnim! Kata-kata Kim Bujangnim memang setajam pedang. Jika dia eksis di media sosial, saya ingin tahu, sudah berapa artis Korea yang dibunuhnya dengan ujaran kebencian," kata salah seorang karyawan di sana, yang diamini oleh Karin. Kepalanya masih pening akibat menahan emosi saat berhadapan dengan Manajer Kim tadi.

          Sekretaris Kim terlihat berjalan mendekati meja Karin, "Baek Bujangnim, Park Isanim ingin bertemu Anda," ujarnya memberi informasi.

          "Ne, gamsahamnida, Kim Piseonim," – Ya, terima kasih banyak, Sekretaris Kim, jawab Karin. "Aku akan menyusul," lanjutnya.

          "Ayo bubar! Kembali ke meja masing-masing. Tenggat waktu laporan tak akan mundur walau kalian berkumpul di sini," canda Karin. Karyawannya tertawa dan satu persatu meninggalkan meja Karin dan kembali ke meja kerjanya.

          Karin membereskan mejanya. Ponsel pintar di dalam saku blazer, sebuah notes, dan sebuah pulpen dibawanya serta. Karin pun berjalan menuju ruangan Direktur Park.

          "Annyeonghaseyo, Baek Karin Bujangimnida," – Permisi, ini Manajer Baek Karin, ketuk Karin di pintu masuk.

          "Deureowa!" – masuklah! suruh Park Minjae.

          Karin pun memasuki ruangan. Dilihatnya Park Minjae duduk di sice bagian kepala meja, dan Arjuna di sebelah kirinya. Karin tersenyum pada Arjuna yang balas tersenyum juga padanya. Kemudian dia duduk di hadapan Arjuna, di sebelah kanan Park Minjae.

          "Jebal! Bisa-bisanya kalian saling merayu di hadapanku? Tidak bisakah kalian tahan sampai kalian tiba di tangga darurat dulu?" kata Park Minjae kesal. Arjuna tertawa kecil mendengarnya.

          "Tangga darurat?" tanya Karin heran.

          "Iya, tangga darurat. Biasanya pasangan yang berkencan di tempat kerja akan memilih tangga darurat untuk bermesraan, kan?" kata Park Minjae.

          "Astaga Seonbaenim? Aku tak menyangka Seonbaenim suka menonton drama percintaan," kata Karin pura-pura terkejut. "Seonbaenim yang terlihat galak dari luar, ternyata menyimpan hati yang sangat lembut. Omo, omo," – astaga, goda Karin.

          "Kamu tidak tahu siapa penyanyi favoritnya, ya?" kata Arjuna pada Karin.

          Karin menggeleng, "siapa?"

          "Jangan beri tahu dia, Juna! Jangan, kalau kamu masih mau jadi temanku!" ancam Park Minjae.

          "Omona, astaga. Ini sebuah rahasia besar rupanya. Aku jadi makin ingin tahu," kata Karin lagi.

          "Geuman!" – cukup! Perintah Park Minjae. Arjuna dan Karin langsung menutup mulut mereka dan memberi perhatian pada Park Minjae. Karena nada suara Park Minjae memang berbeda dari sesaat yang lalu. Dia ingin membicarakan hal yang serius.

          "Arasseo, mian," – baiklah, maaf, ujar Arjuna.

          "Oh, mianhae Seonbaenim," – ya, maaf Seonbaenim, beo Karin. "Tadi aku dipanggil ke sini, sebagai bujang atau sebagai hoobae?" tanya Karin pada Park Minjae.

          "Hoobae," – junior, jawab Park Minjae. "Juna bercerita tentang ayahmu padaku," lanjutnya.

          "Lalu?" tanya Karin lagi.

          "Iya, ayahmu orang Indonesia dan Juna ingin menemanimu mencarinya," jelas Park Minjae.

          "Lalu, apa Seonbaenim akan memberiku izin cuti?" harap Karin.

          "Sulit, Karin. Apalagi aku diminta tolong menjaga Om, Tante, dan Tara juga," jawab Park Minjae.

          "Ayolah, Minjae-ya. Kumohon," pinta Arjuna.

          "Juna, kamu akan pakai alasan apa pada Om dan Tante, nanti?" tanya Park Minjae pada Arjuna.

          "Molla," - entahlah, jawab Arjuna ringan. "Kamu bantu aku menyusun alasan!" pintanya lagi.

          "Mwo?" – apa? Park Minjae terbelalak, "aku disuruh cari alasan agar Karin bisa cuti, disuruh menjaga orang tua dan adikmu, disuruh juga cari alasan untuk menutupi perjalananmu nanti? Apa ini tidak berlebihan, Juna?"

          "Neoneun nae chingu niga!" – karena kamu adalah temanku! Jawab Arjuna enteng. Ia tersenyum menggoda Park Minjae.

          Park Minjae hanya bisa menghela napas, tak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

          "Lihat Karin! Kamu memusuhiku karena aku telah berbuat salah padanya di masa lalu. Lihat bagaimana dia memperlakukanku! Aku rasa itu sangat cukup untuk membalas semua perbuatankudi masa lalu," kata Park Minjae masih tak percaya.


**Bersambung ke Dua Puluh**

Catatan Penulis:

Iya, Park Minjae memang sosok yang bisa membuatmu terperangkap dalam second lead male syndrome ^_^


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now