Tiga Puluh Lima

82 13 0
                                    

Arjuna mengajak Karin masuk untuk check in. Karin menarik koper berodanya sementara Arjuna mendorong kereta. Perjalanan mereka ke Indonesia akan segera dimulai.

Antrean di loket check in tidak terlalu panjang. Hanya ada tiga penumpang yang antre check in di depan mereka. Petugas check in yang ramah dan siap membantu, dan suasana yang tidak terlalu ramai, ini yang membuat Arjuna suka akan bandara Incheon di tengah hari kerja.

"Masih ada sedikit waktu, Karin. Kamu kamu makan apa?" tanya Arjuna setelah selesai check in. Ia ingat akan pesan Park Minjae yang mengganggunya tadi. Ketika Park Minjae berkata bahwa Karin mungkin saja lapar. Arjuna cukup merasa terganggu ketika ada laki-laki lain, bahkan jika itu Park Minjae sekalipun, lebih tahu kekasihnya dibanding dirinya.

"Ramyeon! Aku mau makan ramyeon," seru Karin. Ramyeon adalah mie Korea. Orang Jepang menyebutnya dengan "ramen", orang Indonesia menyebutnya dengan "mie".

"Ramyeon? Di bandara?" tanya Arjuna heran.

"Iye, rappeokki, ramyeon teokpokki," jelas Karin. Arjuna menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Tunangannya ini benar-benar anak kecil. Umurnya saja yang hamper tiga puluh tahun, tingkah lakunya sama dengan anak sekolah dasar. Lalu ia mengingatkan dirinya, Kaena itulah Arjuna menyukai Karin.

"Baiklah, rapokki," kata Arjuna setuju. Mereka pun mengelilingi terminal satu untuk mencari kedai yang menjualk rapokki.

Hampir ke ujung terminal, mereka baru menemukan kedai yang menjual rapokki. Ramyeon banyak dijual di bandara, namun tidak dengan teokpokki. Penjual rapokki adalah penjual teokpokki dan ramyeon sekaligus. Aneh-aneh saja permintaan Karin ini. Mereka pun mengambil sepasang kursi yang kosong dan mengistirahatkan diri.

"Aku akan memesan," kata Arjuna sembari berdiri setelah tak berapa lama duduk. Karin mengangguk. Ia masih tak percaya berada di bandara berdua dengan Arjuna, hanya dengan Arjuna. Karin sering melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Ia sering melakukan perjalanan bisnis ke Shanghai, Tiongkok, atau ke Tokyo, Jepang. Tapi ia melakukannya sendiri atau Bersama rekan kerja. Namun ia tak pernah terbang bersama Arjuna. Ini adalah kali pertama untuk Karin. Rasa berdebarnya seperti saat kencan pertama mereka. Karin menyukainya.

"Sebentar lagi makanannya diantar ke sini," kata Arjuna yang baru saja tiba di meja mereka.

"Gumawoyo, Juna-ssi," kata Karin tersenyum. Arjuna membalas senyuman Karin.

Entah apa yang terlintas di pikiran Karin, ia langsung berdiri dan memeluk Arjuna yang baru akan duduk. Arjuna terkejut.

"Bogosipeoyo," bisik Karin. Arjuna makin heran.

"Aku baru pergi sebentar," kata Arjuna balas memeluk Karin.

"Aku tidak tahu, aku cuma merasa aku kangen Juna-ssi," kata Karin nyaris menangis.

"Arasseo, arasseo. Sekarang duduk dulu!" kata Arjuna membantu Karin duduk. Karin tersipu malu, wajahnya memerah.

"Kalau kamu mudah malu seperti ini, seharusnya kamu tidak melakukan apa yang kamu lakukan barusan," goda Arjuna. Wajah Karin semakin memerah.

"Aku bisa menebak bagaimana perasaanmu sekarang. Mungkin kau gugup dan merasa cuma aku yang bisa kamu andalkan nanti?" tebak Arjuna.

"Kamu benar, Juna-ssi. Mungkin aku cuma gugup," balas Karin.

"Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, Karin. Aku akan ada di sampingmu," janji Arjuna. Tak lama, rapokki pesanan mereka datang, dan mereka menikmati makan malam terlalu dini mereka berdua.

Pengumuman di pengeras suara itu terdengar jelas baik oleh Karin dan Arjuna. Nomor penerbangan mereka diumumkan. Sudah saatnya mereka masuk ruang tunggu boarding pesawat. Setelah membayar rapokki yang jadi makan malam mereka, Karin dan Arjuna segera membawa barang bawaan kabin mereka ke ruang tunggu.

Tak menunggu terlalu lama di ruang tunggu boarding pesawat, Karin dan Arjuna sudah dipanggil untuk memasuki pesawat. Setelah meletakkan barang bawaan di kabin bagian atas, Arjuna segera duduk di samping Karin. Ia menggenggam erat tangan Karin. Perjalanan mereka berdua ke Indonesia, petualangan mencari ayah Karin, akan segera dimulai.

Tak berapa lama, pesawat pun tinggal landas, mengantarkan Karin dan Arjuna menuju petualangan mereka.


**Akhir dari Bab 7, Besok InsyaAllah kita lanjut ke Bab 8 dengan bagian Tiga Puluh Enam, ya**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang