Tiga Puluh Empat

77 11 0
                                    

"Annyeong, Minjae-ya. Gumawo!" Arjuna menyapa Park Minjae sembari menempatkan diri di kursi yang tadinya diduduki Karin.

"Annyeong, Juna. Kamu terlihat lelah," sapa Park Minjae.

"Tidak apa-apa. Seperti ini, sih, sudah biasa," balas Arjuna.

"Jaga kesehatanmu," kata Park Minjae.

"Kalian seperti sepasang suami istri!" seru Karin dari kursi penumpang di belakang.

"Kenapa? Kamu cemburu?" goda Park Minjae.

"Iya, terus kenapa?" tantang Karin. Mereka tertawa mendengarnya. Sungguh, ini adalah perdebatan yang sangat tidak berfaedah. Namun, perdebatan seperti inilah yang membuat mereka dekat satu sama lain.

Mobil SUV Park Minjae mulai menyusuri jembatan Incheon menuju bandar udara terbesar di Korea Selatan, Bandara Internasional Incheon. Kali ini jalanan tidak terlalu ramai. Mungkin karena bukan akhir pekan, jadi tak banyak orang yang akan bepergian dengan pesawat terbang. Suasana di dalam SUV Hyundai ini pun tenang. Hanya terdengar lagu barat dari radio dan gumanan pekak nada Park Minjae. Karin tersenyum sendiri mendengar Park Minjae bernyanyi. Dia memilih tak berkomentar dan memejamkan matanya.

"Pesawat kalian akan terbang pukul berapa?" Park Minjae berhenti bernyanyi dan bertanya pada Arjuna.

"Di jadwal sih pukul empat," jawab Arjuna.

"Ah, masih ada waktu. Nanti jangan lupa, makan malam sebelum naik pesawat!" pesan Park Minjae.

"Aku masih kenyang karena sandwich," sahut Arjuna.

"Kamu mungkin masih kenyang, Karin belum tentu," kata Park Minjae lagi. Arjuna sedikit terkejut atas perhatian Park Minjae pada Karin, tapi memilih tidak membesar-besarkannya.

Mobil mereka mulai memasuki gerbang Banda Incheon.

"Terminal satu, kan?" tanya Park Minjae memastikan.

"Oh, Asiana," – ya, Asiana, jawab Arjuna sambil membaca tiket berbentuk portable document format (pdf) yang ia ambil dari surelnya. Ada logo Asiana Airlines yang lumayan besar di situ.

"Biasanya kamu naik Garuda?" tanya Park Minjae lagi.

"Nanti pulangnya, naik Garuda," jawab Arjuna asal.

"Lagi promo," timpal Karin dari kursi belakang. Park Minjae dan Arjuna tertawa.

"Aku tahu, itu alasannya," kata Park Minjae. "Siapa yang bayar?" tanya Park Minjae lagi.

"Seonbaenim!" kata Karin memperingatkan.

"Arasseo, mian," – baiklah, maaf, jawab Park Minje menghentikan candaannya. Arjuna tersenyum tipis di sebelah Park Minjae. Kadang temannya ini memang keterlaluan jika bercanda, tapi Arjuna tahu, Park Minjae tidak punya maksud buruk.

"Drop off atau parkir?" tanya Park Minjae. Maksud Park Minjae adalah apakah mobil yang ia kendarai cukup menurunkan Arjuna dan Karin, atau dia juga perlu memarkir mobil di area parkir.

"Drop off saja. Kamu pulang dan istirahatlah. Setelah ini tidak perlu kembali ke kantor, kan?" jawab Arjuna.

"Sepertinya aku harus kembali ke kantor. Tadi Karin memberiku pekerjaan sebelum berangkat," balas Park Minjae.

"Ya! Itu kan Seonbaenim yang minta dibuat cepat. Seonbaenim juga yang bolak-balik mengembalikan dokumennya. Kenapa jadi aku yang kena?" protes Karin.

"Iye! Jeosonghamnida, Samonim," – iya, mohon maaf, Nyonya, goda Park Minjae lagi. Karen mengerucutkan bibirnya di kursi penumpang di belakang Arjuna.

"Karin, kamu apakan sahabatku, ini?" kata Arjuna ikut menggoda Karin.

"Juna-ssi!" jawab Karin kesal. Arjuna tertawa melihat tingkah Karin. Dua puluh delapan tahun umur Korea, atau dua puluh tujuh tahun usia internasional, tapi tingkahnya masih seperti anak sekolah dasar. Arjuna menyukainya, Karin membuatnya gemas.

"Yak, drop off." Park Minjae menghentikan mobilnya di area drop off pintu keberangkatan terminal satu Bandara Incheon. Ia, Arjuna, dan Karin kemudian turun dari mobil dan menuju bagasi. Karin segera berlari mengambil kereta dorong dan menyodorkannya kepada Arjuna yang lalu menyusun barang-barang bawaan mereka di atas kereta dorong. Park Minjae menekan sebuah tombol pada kunci mobilnya, dan pintu bagasi perlahan menutup secara otomatis.

"Gumawo, Minjae-ya," – terima kasih, Minjae, kata Arjuna mengulurkan tangannya pada Park Minjae.

"Arasseo," – oke, jawab Park Minjae sambil menerima jabatan tangan Arjuna. "Hati-hati di perjalanan. Hati-hati juga di Indonesia. Aku tahu, Indonesia adalah negara kalian, tapi Karin masih asing di sana. Tolong jaga dia baik-baik," lanjug Park Minjae.

"Gumawo, Seonbaenim. Annyeong," – terima kasih, Seonbaenim, sampai jumpa, kata Karin sembari melambaikan tangan. Park Minjae membalas lambaian tangan itu, kemudian ia masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya. Kali ini suasanya menjadi sepi.


**Bersambung ke Tiga Puluh Lima**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum