Enam Puluh

196 15 1
                                    

Karin menyeringai.

"Kebiasaan di Indonesia, Eomma. Di sana harus mandi pagi, karena udaranya sangat lembap," kata Karin.

"Jangan lupa pakai losion untuk tubuhmu, ya, di sini udaranya kering," kata Eomma khawatir. Karin tertawa. Eomma sering merepet jika Karin tidak mandi. Sekarang dia terkejut dan khawatir saat Karin mandi pagi.

"Eomma, aku berangkat dulu. Oh iya, Eomma. Jangan lupa pertemuan nanti malam," kata Karin.

"Kabari aku tempat dan waktunya, ya!" kata Eomma. Karin mengangkat tangannya dan menunjukkan ibu jari dan telunjuk yang bertaut membentuk tanda "oke", lalu berangkat ke kantor.

***

Karin menunggu Eomma di pintu restoran. Karyawan restoran itu berkata bahwa keluarga Arjuna telah tiba. Tapi Karin tak bisa masuk tanpa Eomma.

Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan restoran. Eomma keluar dari taksi itu. Karin segera menghampiri Eomma.

"Mian, maaf, aku terlambat," kata Eomma.

"Aniyo, ayuk kita masuk!" ajak Karin.

Seorang karyawan memandu mereka masuk ke ruangan yang telah dipesan. Restoran ini memang terkenal sebagai tempat pertemuan keluarga. Tak heran jika karyawannya paham betul bagaimana memperlakukan kedua keluarga yang akan bertemu.

"Silakan masuk," karyawan restoran itu menyilakan Karin dan Eomma masuk ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk di satu sisi meja, ayah Arjuna, ibu Arjuna, Arjuna, dan Tara. Sisi meja di hadapan mereka kosong, dan hanya tersedia dua kursi, di hadapan ibu Arjuna dan di hadapan Arjuna. Kedua kursi itu untuk Eomma dan Karin.

"Selamat malam, Om, Tante, Tara," sapa Karin.

"Selamat malam," balas ibu Arjuna.

"Annyeonghaseyo, Jangmonim," sapa Arjuna pada Eomma seraya berdiri.

"Oh, Annyeonghaseyo," balas Eomma.

"Jangmonim, ini ayahku, ibuku, dan adikku," Arjuna memperkenalkan keluarganya pada Eomma.

"Papa, Mama, ini ibunya Karin, Juna memanggilnya 'Jangmonim", artinya 'ibu mertua'," kata Arjuna memperkenalkan Eomma pada orang tuanya.

Eomma mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ibu Arjuna, dan tersenyum pada ayah Arjuna. Eomma masih ingat kebiasaan di Indonesia, bahwa bukan hal lumrah laki-laki dan perempuan bersentuhan. Jadi Eomma mencoba menghormati kebiasaan itu dan hanya menjabat tangan ibu Arjuna.

"Silakan duduk," kata Eomma dengan bahasa Indonesia yang kaku. Sudah lama Eomma tidak menggunakan bahasa Indonesia, walaupun tetap mengingatnya.

Ibu Arjuna tersenyum mendengar dialek Eomma.

"Bahasa Indonesia Besan fasih juga, ya," puji Ibu Arjuna.

"Ah, iya. Karin lahir di Jakarta," jawab Eomma.

"Benar, saya mendengar dari Arjuna. Karin kemarin ke Indonesia bersama Arjuna untuk mencari ayahnya, ya?" kata ibu Arjuna.

"Papa tidak menyangka ternyata kamu seorang Dyah Ayu, Karin," kata ayah Arjuna.

"Dia juga tidak tahu jika kemarin tidak ke Indonesia, saya pun tidak tahu," kata Eomma.

"Memang, Kerajaan Arjadwipa penuh misteri," kata ayah Arjuna.

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" tanya ibu Arjuna. Tujuan mereka ada di ruangan ini adalah untuk membicarakan pernikahan.

"Hari Minggu, Ma. Tiga hari lagi," jawab Arjuna. Semua orang termasuk Karin tercengang. Arjuna belum membicarakannya dengan Karin.

"Juna, kamu jangan bercanda!" kata ayah Arjuna.

"Siapa yang bercanda, Pa? Mumpung Papa dan Mama sedang di sini. Juna kan sidang hari Sabtu, Minggunya nikah," kata Arjuna enteng. Karin melotot pada Arjuna seakan berkata "apa yang sedang kamu lakukan sekarang?".

"Baiklah, itu ide yang bagus. Sebaiknya kalian segera menikah selagi keluarga besar lengkap di sini," kata Eomma setuju.

Mendengar tanggapan Eomma, orang tua Arjuna seakan tak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Apalagi mereka sudah tahu latar belakang Karin.

"Baik, Karin setuju menikah di hari Minggu. Tapi tak ada pesta meriah. Kita rayakan saja di restoran kecil dengan keluarga dan teman dekat. Karena Karin sudah berjanji akan mengadakan pesta pernikahan di pulau Puteri," kata Karin.

"Oh, benar juga. Sudah lama Arjadwipa tidak menggelar pesta pernikahan kerajaan," kata ayah Arjuna. Ia teman Om Amir dari Belinyu. Mungkin ia mendengar tentang kerajaan Arjadwipa dari Om Amir.

"Baiklah kalau begitu. Besan, kita sepakat, ya. Anak-anak menikah hari Minggu besok," kata ibu Arjuna.

"Iya, Besan, sepakat," balas Eomma.

"Kalian harus berbulan madu di Jepang, ya! Nanti Tara buatkan itinary-nya," sahut Tara. Semua orang menoleh padanya. Rupanya semua orang lupa akan keberadaan Tara di sana. Tara pun mengerucutkan mulutnya, cemberut. Namun hal itu malah membuat semua orang tertawa.

"Kamu lucu sekali," kata Eomma, yang kemudian diamini oleh seluruh yang hadir di ruangan itu.

Karin memandang Arjuna dengan penuh cinta. Tiga hari lagi cinta mereka akan diresmikan dalam sebuah ikatan suci. Diam-diam dalam hatinya ia berdoa, agar kebahagiaan ini tak hanya dirasakan olehnya sendiri, tapi juga dirasakan oleh semua yang ia cintai. Termasuk oleh Risa, adiknya yang entah di mana. Di lubuk hati terdalam Karin, ia yakin, suatu saat nanti ia akan bertemu dengan adiknya itu.


**Rahasia Baek Karin, Selesai**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang