Empat Puluh

91 14 0
                                    

Perjalanan dari Jakarta ke Pangkalpinang hanya membutuhkan waktu sekitar 55 menit di udara. Perjalanan menjadi lebih lama karena pesawat yang akan tinggal landas harus antre untuk bisa taxi dulu di landasan. Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara paling sibuk di Indonesia. Sehingga wajar jika semua pesawat harus mengantre untuk lepas landas atau mendarat.

Udara panas dan lembap Pangkalpinang segera menyapu wajah Karin begitu ia turun dari pesawat. Semalam, Karin dan Arjuna membuka google maps dan melihat posisi Kota Pangkalpinang di sana. Letaknya di tepi pantai, di sebuah pulau kecil. Karin membaca di internet, untuk mengelilingi pulau Bangka, di mana kota Pangkalpinang terletak, kita hanya membutuhkan waktu 6-8 jam saja, tanpa berhenti tentunya. Karin memahami dari mana udara lembap dan panas ini berasal.

Arjuna mengajak Karin masuk ke terminal dan menunjukkan sebuah kursi tunggu pada Karin. Arjuna ingin Karin menunggu sambil duduk sementara ia menunggu konveyor membawa barang bagasi mereka. Karin menolak duduk dan memilih berdiri bersama Arjuna setelah melihat seorang nenek dan seorang perempuan hamil di dekat kursi tunggu itu.

"Selamat datang di Pangkalpinang," ujar Arjuna berbisik pada Karin.

"Kenapa tidak mengucapkan itu di Jakarta? Selamat datang di Indonesia?" tanya Karin protes.

"Kemarin sudah malam sekali, aku lelah," aku Arjuna.

"Sama," kata Karin tertawa.

"Kalau begitu, selamat datang di Indonesia. Pangkalpinang kan Indonesia juga," kata Arjuna berkelit.

"Ne, gamsahamnida," – ya, terima kasih, kata Karin lagi.

Mendengar Karin mengucapkan kata-kata berbahasa Korea, orang di sebelah Karin berbisik pada temannya. Karin tersenyum. Kejadiannya sama seperti waktu ia kecil dan bertemu dengan orang asing. Dia merasa sangat "wow" saat itu. Mungkin orang di sebelah Karin merasa yang sama.

"Setelah ini, kita ke mana?" tanya Karin.

"Kita akan langsung ke Belinyu, sekitar 2 jam naik mobil. Aku sudah menyewa mobil lewat aplikasi daring. Aku juga sudah menghubungi kawan papaku, kita akan mencari ayahmu dari rumahnya," terang Arjuna. Karin mengangguk paham. Ia akan mengikuti semua rencana Arjuna karena ia belum pernah ke kota ini.

Sabuk konveyor telah membawa koper mereka. Arjuna segera menepikan koper mereka dan mengumpulkannya jadi satu. Mereka pun keluar dari terminal. Di depan pintu kedatangan sudah menunggu seorang pemuda seusia Arjuna dengan kertas bertuliskan nama Arjuna, "Arjuna Wijaya". Sepertinya dia adalah sopir dari mobil yang disewa Arjuna. Karin dan Arjuna menghampiri pemuda tersebut.

"Pak Arjuna?" sapa pemuda itu.

"Iya, benar," jawab Arjuna.

"Saya Rizki, mari, Pak, saya antar," kata Rizki memperkenalkan diri.

"Terima kasih," kata Arjuna serata berjalan mengikuti Rizki. Karin pun membuntuti Arjuna.

"Mas Rizki orang Belinyu?" tanya Arjuna Ketika mereka sampai di mobil. Saat itu Rizki tengah membantu memasukkan koper ke bagasi mobil.

"Iya, saya asli Belinyu. Ada rumah di Belinyu. Sesuai pesanan, Bapak kan minta sopir dari Belinyu karena akan menghabiskan lima hari di sana," kata Rizki.

"Syukurlah, jadi Mas Rizki tidak bosan jika kami beraktivitas sendiri. Karena ada keluarga yang didatangi," kata Arjuna.

"Iya, Pak. Ini kerja sekalian mudik," balas Rizki lagi sambil tersenyum.

Setelah semua koper masuk bagasi, Rizki masuk mobil di kursi sopi. Arjuna memilih kursi co-driver di sebelah Rizki. Awalnya Karin kebingungan karena akan sendirian di kursi belakang, namun dia berpikir mungkin ini memang kebiasaan di sini. Dan Karin pun duduk di belakang Arjuna.

"Kita akan berkendara hampir dua jam, ya Pak, Bu. Mungkin ada mau ke kamar kecil dulu?" kata Rizki menawarkan.

"Karin mau ke hwajangsil?" tanya Arjuna pada Karin, jaga-jaga Karin tak paham arti "kamar kecil".

"Aniyo, gwaenchanhayo," – tidak, tak masalah, jawab Karin.

"Jalan saja, Mas. Nanti kalau kebelet tinggal minggir saja," kata Arjuna pada Rizki.

"Baik, Pak, kita jalan, ya," ujar Rizki. Dia pun menghidupkan mesin mobil dan mengendarainya menuju Belinyu.

Abeoji, aku makin mendekatimu. Tuhan, tolongpermudah aku menemukan Abeoji. Butaghaeyo, tolonglah, batin Karin.


**Akhir dari Bab 8, InsyaAllah kita akan lanjut ke Bab 9 dengan bagian Empat Puluh Satu**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N seringtidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now