Tujuh Belas

111 20 0
                                    

          "Kata Eomma, ayahku orang Indonesia," mulai Karin. "Aku tak tahu kisah selengkapnya karena Eomma belum bisa melanjutkannya. Tapi Eomma bilang, sampai sembilan belas tahun yang lalu, kami hidup bahagia sebagai keluarga normal sampai Abeoji mendapatkan surat yang isinya dia harus pulang," lanjut Karin.

          "Ayahmu orang Indonesia saja sudah membuatku terkejut, Karin," kata Arjuna, "tak heran kulitmu lebih gelap dari kebanyakan orang Korea. Gen ayahmu ada di situ."

          "Tapi itu yang membuatmu unik. Dan cantik," Arjuna buru-buru menambahkan.

          "Aku harus memastikan lagi pada Eomma, Juna-ssi. Aku benar-benar penasaran. Benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sembilan belas tahun yang lalu," tutur Karin.

          "Tunggu, Karin! Jika ayahmu diperintahkan untuk pulang, dan dia orang Indonesia, artinya sekarang dia berada di Indonesia," kata Arjuna berbinar.

          "Lalu?" tanya Karin.

          "Kita cari saja ayahmu!" usul Arjuna.

          "Juna-ssi, gwaenchanhayo?" – Juna, kamu baik-baik saja? tanya Karin. "Juna-ssi yang orang Indonesia, pasti tahu seberapa luas Indonesia itu. Mencari di Seoul saja belum tentu kita berhasil. Apalagi mencari di Indonesia?" ujar Karin frustasi. Entah apa yang dipikirkan tunangannya ini.

          "Ani. Jangmonim pasti punya petunjuk tambahan, Karin," kata Arjuna meyakinkan. "Kalau kita bicara lebih banyak dengan Jangmonim, pasti kita akan dapat petunjuk," lanjutnya.

          "Lalu kapan kita akan mulai pencarian?" tanya Karin skeptis.

          "Besok?" saran Arjuna. "Jangan menunda-nunda. Lakukan segera," imbuhnya.

          Karin menghela napas. Ia lalu melipat tangannya di depan dada. Arjuna langsung memahami arti gerak tubuh kekasihnya itu. Ia pun mengambil tangan Karin dan menggenggamnya.

          "Indonesia itu negeriku, Karin. Asal kita punya sedikit tambahan informasi, serahkan padaku. Kita bisa melakukannya," tegas Arjuna.

          "Juna-ssi yakin?" tanya Karin.

          "Iya, aku yakin," jawab Arjuna pasti.

          "Oke, malam ini aku akan tanyakan lagi pada Eomma, dan kita akan merencanakan pencarian ayahku," jawab Karin setuju. Arjuna tersenyum memandang kekasihnya. Karin balas tersenyum setelah melihat senyum Arjuna.

          "Oke, sekarang aku menemui Minjae," kata Arjuna.

          "Waeyo?" – kenapa? Tanya Karin.

          "Pertama, minta tolong menjaga ayah, ibu, dan adikku selama aku pergi denganmu menjadi Abeonim, ayahmu," kata Arjuna. "Kedua, agar dia memberimu izin cuti untuk melakukan pencarian ini," lanjutnya.

          "Ya! Hei! Bukannya itu artinya menyalahgunakan wewenang?" tegur Karin.

          "Tidak, kamu akan menghadap Minjae sendiri untuk mengajukan cuti. Lalu kamu akan diceramahi olehnya, sebelum akhirnya dia menyetujui permintaan cutimu," canda Arjuna menggoda Karin.

          Karin tergelak mendengar candaan Arjuna. Kekasihnya itu selalu bisa membuat suasana hatinya membaik.

          "Oke silakan bertemu Park Isanim. Sekarang aku ingin kembali ke ruangan, ya," kata Karin pamit.

          "Ikut!" seru Arjuna. "Lagipula, ruangan Minjae ada di dekat ruanganmu, kan?" lanjutnya.

          "Arasseoyo!" – baiklah, kata Karin sembari bangkit dari kursi dan berjalan menuju lift.

          Karin dan Arjuna pun memasuki lift. Karena sudah melewati jam makan siang, tak banyak orang yang menggunakan lift. Lift itu hanya berisi mereka berdua. Arjuna memeluk Karin dari belakang dan membuat Karin terkejut.

          "Ya! Juna-ssi. CCTV!" kata Karin menunjuk CCTV di dalam lift dengan ujung matanya.

          Arjuna dengan berat hati melepaskan pelukannya. "Bogosipeo," bisiknya. Telinga Karin memerah. Arjuna merindukannya sedang dia ada di sisi Arjuna sekarang. Kupu-kupu mulai berterbangan di dada Karin. Wajahnya bersemu merah. Arjua melirik kekasihnya tersipu dan tersenyum.

          "Ah, melihat kamu tersipu, aku jadi ingin menciummu sekarang," kata Arjuna terus terang. Karin mencubit tangan Arjuna. Wajah dan napasnya makin memanas. Kalau saja tak ada CCTV di lift itu. Ah, kenapa harus ada CCTV, sih? gerutu Karin dalam hati.

          Lift berhenti di lantai delapan tempat ruangan kerja Karin terletak. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Karin segera keluar dari lift dan mencari pendingin udara terdekat.

          "Pendingin udara didalam lift sepertinya rusak, aku akan membuat pengaduan," gumam Karin. Arjuna tertawa kecil mendengarnya.


**Bersambung ke Delapan Belas**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now