Tiga Puluh Tujuh

86 10 0
                                    

"SOEKARNO-HATTA", tulisan besar itu dibaca jelas oleh Karin. Tak ada hangeul di sini, semuanya memakai alfabet, batin Karin. Hangeul adalah huruf Korea. Walaupun Karin sudah terbiasa dengan karena pekerjaannya menuntut demikian, pada dasarnya Karin tak terlalu suka membaca tulisan dengan alfabet. Mungkin karena tidak terbiasa sejak kecil. Tapi Karin mengingatkan dirinya untuk membiasakan diri. Indonesia adalah negara Arjuna, orang yang dia cintai.

Satu per satu penumpang keluar dari pesawat. Mereka memasuki terminal melalui garbarata. Karin berdiri di belakang Arjuna, membuntutinya dari belakang. Pramugari yang memberikan permen pada Karin sekarang sedang berdiri di pintu keluar. Bersama rekannya, ia membungkuk sambil mengucapkan terima kasih dengan kedua tangan berada di perut mereka, posisi dayang istana. Karin tersenyum ketika melewati mereka. Pramugari itu membalas senyuman Karin.

"Gamsahamnida, Gogaegnim," – terima kasih, Bu, kata sang pramugari.

Karin membuntuti Arjuna hingga mereka masuk terminal. Suasana bandara sepi, mungkin karena hari sudah malam. Tiba-tiba Karin teringat sesuatu saat melihat sebuah gambar yang sangat dikenalnya di sana.

"Juna-ssi, hwajangsil," – Juna, toilet, kata Karin seraya menunjuk ke salah satu gambar yang dikenalnya itu.

"Oh, iya. Aku juga mau ke kamar mandi. kita ketemu di sini, ya. Ingat-ingat!" seru Arjuna. Tujuh jam perjalanan tanpa ke toilet sepanjang penerbangan, wajar saja sekarang mereka tak mampu menahannya lagi.

Karin menoleh ke sekelilingnya, memastikan posisinya saat ini agar ia dapat kembali lagi ke tempat ini. Setelah yakin, ia pun masuk ke toilet khusus perempuan di dekatnya. Arjuna pun memasuki toilet khusus laki-laki setelah yakin Karin masuk dengan aman.

Tak banyak orang yang ke kamar mandi. Karin tak perlu antre lama untuk masuk bilik toilet. Jam di tangan Karin menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tapi jam dinding toilet ini menunjukkan pukul setengah sepuluh. Ah, benar, beda dua jam, seru Karin dalam hati.

Arjuna sudah berada di titik pertemuan mereka saat Karin keluar dari kamar mandi. Karin merasa sangat lega, karena tak perlu sendirian dan menghafal sekitarnya. Dia sedikit buta arah.

"Kaja!" – ayo! ajak Arjuna. Karin segera berjalan sejajar dengan Arjuna. Dia meraih tangan kekasihnya dan digenggamnya erat. Lebih aman begini, pikirnya.

Ketika mereka tiba di konveyor sabuk yang membawa barang-barang bagasi dari pesawat yang tadi mereka tumpangi, sabuk itu sudah mulai bergerak dengan barang bagasi penumpang di atasnya. Arjuna memicingkan mata, mencari kopernya dan koper Karin. Perlu waktu agak lama bagi Arjuna untuk menemukan koper mereka. Segera setelah Arjuna mendapatkan keduanya, ia mengajak Karin meninggalkan tempat itu.

"Temanku seharusnya ada di depan, membawakan ponsel titipanku," kata Arjuna.

"Ponsel? Buat apa?" tanya Karin.

"Di tempat tujuan kita nanti jarang ada wi-fi, jadi kita harus memakai jaringan internet dari provider lokal. Karena jika mengaktifkan data seluler dengan provider Korea di sini, biayanya akan sangat mahal." Jelas Arjuna. Karin menggangguk paham.

Ketika mereka keluar dari pintu kedatangan, seseorang langsung melambaikan tangan pada mereka. Inikah teman Juna-ssi? Tanya Karin dalam hati.

"Rovil!" sapa Arjuna pada orang yang melambaikan tangan tadi.

"Arjuna!" sapa Rovil kembali.

"Kenalkan ini Rovil, temanku." Arjuna memperkenalkan Rovil pada Karin.

"Vil, ini Karin, tunanganku," lanjut Arjuna.

"Tunangan? Kupikir kalian sudah menikah, bulan madu duluan?" tanya Rovil menggoda Arjuna.

"Sst, sudahlah!" jawab Arjuna mengibaskan tangan untuk menghentikan pembicaraan. Rovil hanya tertawa kecil.

"Ini ponsel pesananmu. Ada dua dan dua-duanya sudah kuisi dengan kartu sim. Aku sudah meregistrasi kartu di dalamnya dengan identitasku. Awas, ya, tidak boleh digunakan sembarangan!" kata Rovil. Menengar ancaman kawannya itu, Arjuna terkekeh.

"Thanks, Bro. Nanti kalau kami kembali ke Korea, semua ponsel ini akan aku kembalikan," balas Arjuna.

"It's Okay!" kata Rovil. "Kalian malam ini menginap di mana?" tanya Rovil lagi.

"Hotel dekat sini. Pesawat kami selanjutnya akan berangkat jam delapan besok," jelas Arjuna.

"Oke, kalau begitu aku balik dulu. Hati-hati, ya. Have fun with your journey!" kata Rovil seraya meninggalkan mereka.

"Ayo kita cari taksi untuk ke hotel!" ajakArjuna pada Karin.


**Bersambung ke Tiga Puluh Delapan**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang