Sebelas

108 18 0
                                    

          Bab III

          Sudah lewat tengah malam saat mobil Arjuna tiba di depan rumah Karin. Perjalanan yang seharusnya hanya dua puluh menit, mundur hingga hampir satu jam karena kesibukan mereka di dalam mobil saat masih di tempat parkir kompleks apartemen Arjuna. Karin dan Arjuna turun dengan enggan dari mobil dan berjalan mendekati pintu masuk.

          "Masuklah! Sudah malam. Aku tidak mampir. Salam buat Jangmonim," suruh Arjuna. Jangmonim adalah panggilan Arjuna, menantu laki-laki, pada ibu mertuanya atau ibu Karin.

          "Arasseoyo," – baiklah, sahut Karin sembari membuka gerbang.

          "Sudah? Begitu saja?" kata Arjuna cemberut.

          Karin berbalik dan memeluk Arjuna erat, "saranghaeyo, Juna-ssi," – aku mencintaimu, Juna, bisik Karin.

          "Na to saranghae," – aku juga mencintaimu, balas Arjuna. "Sana masuk! Jangan terlalu lama di luar. Nanti bisa-bisa aku membawamu ke tempat lain," ancam Arjuna sambil tertawa. Karin balas tertawa dan memasuki pagar rumahnya. Setelah beberapa lama, Arjuna pun berbalik kembali ke mobil untuk pulang.

          "Na wasseoyo," – aku pulang, seru Karin tertahan di pintu rumah, takut membangunkan ibunya yang mungkin sudah tidur.

          "Oh, wasseo?" – oh, kamu sudah datang? Sapa ibu Karin yang ternyata masih terjaga. "Meogja?" – sudah makan? lanjutnya.

          "Meogeossda," – sudah makan, jawab Karin. "Eomma, kenapa belum tidur?" tanya Karin sambil mendekati ibunya.

          "Sebentar lagi. Aku sedang menyusun pertanyaan untuk kuis tengah semester," jawab Eomma ringan. Eomma memiliki sebuah kursus bimbingan belajar luar sekolah untuk persiapan masuk perguruan tinggi. Murid Eomma banyak sekali. Rata-rata mereka adalah yang mengulang ujian masuk perguruan tinggi di tahun berikutnya.

          "Jangan bekerja terlalu keras, Eomma! Aku sudah bekerja sekarang. Sudah punya gaji sendiri. Aku sudah bisa mengajak Eomma belanja baju-baju bagus dan makan makanan enak,"kata Karin mencemaskan ibunya.

          "Hahaha, arasseo, aku tidak akan bekerja terlalu keras," jawab Eomma menenangkan Karin. "Oh ya, bagaimana makan malam keluarga tadi?" tanya Eomma.

          "Baik, Eomma. Ayah dan ibu Juna-ssi juga baik padaku. Mereka kagum pada Eomma karena sudah membesarkanku seorang diri," cerita Karin. "Juna-ssi punya seorang adik perempuan, Eomma. Namanya Tara. Dia kuliah di Todai sekarang. Hebat, ya, Eomma? Juna-ssi di Seouldae dan adiknya di Todai," Karin lanjut bercerita dengan seru.

          "Benarkah? Kamu juga lulusan Seouldae," kata Eomma tak mau kalah.

          "Ne, ne. Iya. Keluarga kita juga hebat, kok. Buktinya, Eomma membesarkan aku sendirian dan aku lulus dari Seouldae," puji Karin menghibur ibunya. Eomma tertawa.

          "Eomma, aku ingin tanya sesuatu," kata Karin.

          "Apa yang ingin kamu tanyakan?" kata Eomma.

          "Abeoji-e," – tentang ayah, ujar Karin. "Aku ingin bertanya tentang Abeoji, Ayahku. Siapa dia? Di mana sekarang? Masih hidup atau sudah meninggal? Mungkinkah aku menemuinya?" cecar Karin.

          Eomma menghentikan kegiatannya. Ia membetulkan letak kacamata yang dari tadi sudah pada tempatnya. Eomma gugup mendengar pertanyaan Karin yang tidak disangkanya itu.

          "Wae? Kenapa kamu ingin bertanya tentang Abeoji?" Eomma balik bertanya.

          "Ibu Juna-ssi bertanya tentang orang tuaku, saat kujawab Abeoji tidak ada, dia mengira Abeoji sudah meninggal. Aku merasa bersalah karena bisa jadi Abeoji masih hidup, kan?" terang Karin.

          "Saat ini akhirnya datang juga. Saat kamu bertanya tentang ayahmu," jelas Eomma. " Aku tidak tahu tentang keberadaan ayahmu. Tapi aku bisa menceritakan sedikit hal tentang dia," lanjut Eomma.

          Karin membetulkan letak duduknya, bersiap mendengarkan cerita Eomma.

          "Tapi, apa tidak sebaiknya kamu tidur dulu? Besok kamu harus bekerja. Aku juga harus menyelesaikan menyusun pertanyaan ini. Besok pada jam makan siang, ayo kita bertemu di restoran dekat tempat kerjaku. Akan aku ceritakan semuanya," kata Eomma.

          "Sebenarnya aku sudah tidak mengantuk lagi, tapi tidak apa-apa. Eomma janji, ya, besok Eomma akan menceritakan semuanya padaku?" desak Karin.

          "Arasseo! Besok aku akan ceritakan semuanya. Sekarang kamu tidurlah, aku juga harus menyelesaikan ini supaya bisa segera tidur," usir Eomma. Karin pun beranjak ke kamarnya. Tak lama kemudian, dia terlelap.

          *

**Bersambung ke Dua Belas**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang