Tiga Puluh

100 15 0
                                    

"Baiklah," kata Kim Aera setuju. Matanya masih menunjukkan kesedihan setelah tahu Arjuna adalah tunangan Baek Karin.

"Nuna, aku titip Karin, ya. Dia akan jadi istriku. Aku mencintainya," kata Arjuna. Kim Aera memandang wajah Arjuna. Benar-benar seperti adik yang meminta restu kakaknya.

"Kamu benar-benar mencintainya?" tanya Kim Aera.

"Iya," jawab Arjuna.

"Geurae, semoga hidup kalian bahagia," kata Kim Aera memberi restu. Arjuna tersenyum bahagia dan memeluk Kim Aera.

"Aku ke sana, ya," kata Arjuna pamit.

"Oke, sukses, ya!" balas Kim Aera. Arjuna kembali ke meja Karin yang sudah menghidupkan komputernya.

"Hai, aku sudah menyapa Aera Nuna," lapor Arjuna. Karin tertawa mendengarnya.

"Lalu?" tanya Karin.

"Dia memberi restu pada kita berdua," jawab Arjuna.

"Syukurlah," kata Karin tulus. "Aku tak ingin bertengkar terus dengannya," lanjutnya.

"Kamu sudah mengurus cutimu?" tanya Arjuna.

"Sudah, kemarin. Hari ini aku akan menyelesaikan sisa pekerjaan. Selama aku tak di kantor, Kim Timjang dan Hwang Timjang yang akan mengurus sisa yang belum selesai," kata Karin.

"Baiklah, kalau begitu aku ke kampus dulu. Aku juga harus menyelesaikan tugasku sebelum siang ini. Profesor sudah kukabari tentang keberangkatanku, dan beliau tidak keberatan karena memang cuma seminggu aku pergi," kata Arjuna.

"Oke, nanti aku dijemput jam berapa?" tanya Karin.

"Nanti Minjae yang akan mengantarmu. Setelah itu dia akan menjemputku di kampus lalu kita ke bandara," kata Arjuna.

"Baiklah, Direktur Park akan aku jadikan Sopir Park," kata Karin bercanda. Arjuna tertawa mendengarnya.

"Hati-hati Minjae mendengarnya!" kata Arjuna.

"Akan aku putar lagu Boyz II Men, kalau begitu," jawab Karin enteng. Arjuna tergelak mendengarnya.

"Kamu sudah punya senjata, ya," puji Arjuna. Karin tertawa.

"Pergilah, aku tidak mengantar, ya," kata Karin.

"Iya, selesaikan tugasmu dulu. Aku pergi," pamit Arjuna. Karin melambaikan tangannya seraya tersenyum. Kemudian kembali berkutat dengan pekerjaannya.

"Hwang Timjang, Kim Timjang, kita rapat sebentar!" Karin memanggil dua ketua tim di bawah jabatannya.

"Ne, Bujangnim," – ya, Bu Manajer, jawab Hwang Timjang patuh. Mereka pun masuk ke ruang rapat.

"Hwang Timjang, Kim Timjang, seperti yang kalian tahu, saya akan pergi ke Indonesia selama satu minggu untuk menyelesaikan beberapa urusan. Saya ingin tahu perkembangan pekerjaan kita sebelum saya meninggalkannya pada kalian," kata Karin memulai rapat.

"Laporan Keuangan Triwulan ini sudah di tahap penyelesaian, Bujangnim. Anda tak perlu khawatir karena kami bisa menanganinya di sini," jelas Kim Timjang. Karin mengangguk puas.

"Laporan Penjualan dan Pemasukan juga sudah lengkap. Kami sedang merekapitulasi laporannya. Mungkin baru akan selesai sepulang Bujangnim dari Indonesia," kata Hwang Timjang.

"Baiklah kalau begitu, saya bisa berangkat ke Indonesia dengan tenang. Saya mohon bantuan kalian, ya" kata Karin mengakhiri rapat. Ia pun keluar dari ruang rapat itu.

"Baek Karin-ssi," seseorang menyapa Karin. Dia menoleh, dan mendapati Kim Aera Bujang yang berbicara. Baek Karin-ssi? Pikir Karin.

"Ah, Ne, Kim Bujangnim, ada yang bisa saya bantu?" jawab Karin seramah mungkin.

"Aku ke sini bukan sebagai Manajer Keuangan, tapi sebagai Kim Aera, kakak dari Arjuna dan Park Minjae," kata Kim Aera. Sejak kapan Juna-ssi punya kakak? batin Karin satire. Tetapi ia memutuskan mendengarkan maksud Kim Aera.

"Kalau begitu, Aera Eonni, boleh aku memanggilmu begitu?" serang Karin. Jika dia menempatkan dirinya sebagai kakak Juna-ssi, artinya aku harus memanggilnya "eonni", seperti semua adik perempuan memanggil kakaknya, pikir Karin.

"Geurae, Eonni juga boleh," jawab Kim Aera.

"Kenapa Eonni ingin bicara denganku?" tanya Karin.

"Aku minta maaf, selama ini kupikir aku telah merundungmu," aku Kim Aera. Karin terdiam. Ia menghela napasnya.

"Eonni, apakah Eonni cemburu padaku?" tanya Karin

"Mungkin," jawab Kim Aera ragu.

"Kalau begitu, kalau aku maafkan Eonni, apa Eonni tak akan cemburu lagi padaku?" tanya Karin lagi.

"Hm, aku tak bisa janji, tapi yang pasti, tak akan ada perundungan lagi," jawab Kim Aera. Karin tertawa mendengar jawaban seniornya ini. Untuk saat ini, jawaban itu cukup baginya.

**Akhir Bab VI, besok kita mulai Bab VII dengan bagian Tiga Puluh Satu, ya**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang