Dua Puluh Satu

89 13 0
                                    

          Bab V

          "Juna, neo!" – Juna, kamu itu! kata Park Minjae kesal.

          "Katamu pasangan yang berkencan di tempat kerja akan memilih tangga darurat sebagai tempat berkencan," kelakar Arjuna.

          "Tapi kamu bukan karyawan kantor ini. Jadi kamu tidak boleh mengajak Karin berkencan di tangga darurat. Tidak boleh! Andwae!" larang Park Minjae. Arjuna kembali tertawa dan disusul oleh Park Minjae.

          "Oh ya, Karin-a, sebaiknya kamu pastikan lagi info tentang ayahmu pada ibumu, secepatnya," kata Park Minjae mengingatkan Karin.

          "Iya, nanti malam aku tanyakan lagi pada Eomma,"jawab Karin.

          "Bagaimana kalau aku makan malam di rumahmu, Karin?" saran Arjuna.

          "Ide bagus itu," dukung Park Minjae. "Juna lebih memahami topografi wilayah Indonesia daripada kamu, Karin," lanjutnya.

          "Benar juga," ujar Karin, "oke, aku beri tahu Eomma sekarang. Nanti malam Juna-ssi akan makan malam di rumah."

          "Jangan!" larang Arjuna, "jangan kamu yang memberi tahu Jangmonim."

          "Benar, terlalu cepat. Ibumu baru memberi tahumu masalah ini, jika kamu bilang Juna akan makan di rumah, beliau akan merasa tak nyaman, karena mengira Juna akan datang karena masalah ini," dukung Park Minjae.

          "Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Karin.

          "Sebentar, biar aku kirim pesan pendek pada Jangmonim," ujar Arjuna seraya mengeluarkan ponsel pintarnya. Dia membuka aplikasi pesan dan mengetik beberapa huruf kemudian mengirimkannya.

          "Sudah," kata Arjuna. Tak lama kemudian, ponsel Arjuna bergetar sebentar, sebuah pesan masuk ke kotak suratnya. "Jangmonim mengajakku makan malam di rumah," katanya.

          "Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Park Minjae penasaran.

          Arjuna memperlihatkan ponselnya.

          - Jangmonim, bogosipeoyo. - Ibu Mertua, aku merindukanmu.

          Begitu bunyi pesan yang dikirim Arjuna.

          - Oh, nanti malam datang ke rumah, ya! Kita makan malam bersama.

          Balasan dari ibu Karin.

          "Wow!" Park Minjae bertepuk tangan. "Aku tak menyangka kamu punya jurus seperti itu, Juna. Andai aku tahu, aku pasti akan menggunakannya juga dan memenangkan hati ibu Karin," katanya tak percaya. Arjuna tertawa.

          "Sampai sekarang aku juga tak menyangka, Juna-ssi bisa bersikap menggemaskan begitu di depan Eomma. Jika dia datang, Eomma akan menyambutnya seperti menyambut anak laki-laki yang pulang dari wajib militer," imbuh Karin.

          "Bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu kemampuan Juna yang ini?" tanya Park Minjae tak percaya.

          "Sepertinya Seonbaenim harus lebih sering lagi memperhatikan teman Seonbaenim," ujar Karin.

          "Kamu benar, Karin. Wa, aku masih tak percaya ini. Juna bisa bersikap semenggemaskan ini," kata Park Minjae seraya menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa.

          Arjuna tertawa kembali. Gelak tawa mereka terdengar tulus dan seperti biasa. Karin masih menyukai bagaimana mereka bercanda lepas seperti ini. Walaupun ada kejadian tak menyenangkan beberapa tahun lalu, mendengar gelak tawa ini, Karin makin yakin bahwa mereka telah menyelesaikan urusan mereka dengan baik.

          "Pukul berapa Juna-ssi akan ke rumahku?" tanya Karin setelah mereka berada di luar ruangan Park Minjae.

          "Selepas jam kerjamu. Aku akan menjemputmu seperti biasa, pukul tujuh sore, ya," kata Arjuna. Musim panas di Korea membuat pukul tujuh masih terbilang sore karena matahari masih menampakkan diri.

          "Arasseoyo," – baiklah, sahut Karin.

          "Karin, kenapa kamu bicara dengan banmal pada Minjae sedang padaku kamu menggunakan jondaemal?" tanya Arjuna protes.

          Banmal adalah bentuk bahasa informal, biasanya untuk teman sebaya atau yang lebih rendah. Sedang jondaemal adalah bentuk bahasa formal, biasanya untuk atasan, orang asing, atau orang yang dihormati.

          "Sudah pasti, karena Juna-ssi lebih tua dari aku," jawab Karin.

          "Itu tidak menjawab kenapa kamu menggunakan banmal pada Minjae," imbuh Arjuna.

          "Awalnya aku memakai jondaemal pada Minjae Seonbae. Tapi dia memaksaku menggunakan banmal, atau aku harus memanggilnya 'oppa', aku pilih banmal saja," jelas Karin.

          "Oh, kenapa kamu tidak memanggilku 'oppa' seperti banyak gadis Korea memanggil pacarnya?" tanya Arjuna.

          "Uh, jebal!" – tolong! Seru Karin geli. "Aku terlalu tua untuk memanggil Juna-ssi 'oppa'," lanjutnya. Arjuna tertawa memahami maksud Karin. Anak tomboi seperti ini mana mungkin menggunakan kata yang menggemaskan seperti "oppa" untuk memanggil pacarnya.

**Bersambung ke Dua Puluh Dua**

Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now