Tujuh

131 20 0
                                    

          Arjuna pamit untuk mengambil mobil dari tempat parkir. Keluarga Arjuna dan Karin berjalan bersama menuju tempat penjemputan.

          "Kak Karin, Kakak nih dirasa-rasa mirip sama teman Tara, loh," kata Tara membuka pembicaraan.

          "Mirip?" tanya Karin bingung.

          "Iya, look like, mirip," jelas Tara.

          "Iya aku tahu maksud kata 'mirip', tapi maksudku, mirip siapa?" tanya Karin lagi.

          "Sekilas sih, mirip teman Tara di Todai. Namanya Risa, Minami Risa," jawab Tara.

          "Oh, mungkin karena memang orang Korea dan orang Jepang mirip-mirip, ya?" kata Karin sambil tertawa.

          "Iya benar juga. Orang Korea, Jepang, Tiongkok, memang mirip semua," balas Tara juga tertawa. "Tapi Kakak nggak punya saudara di Jepang, kan?" tanya Tara melanjutkan.

           "Sepertinya tidak punya. Atau ada saudara rahasia?" tanya Karin pada Tara sambil bercanda.

          "Bisa jadi. Coba cari, Kak," balas Tara dengan antusias. Karin tertawa. Imajinasi calon adik iparnya ini benar-benar unik. Tapi kemudian ini membuat Karin berpikir, jangan-jangan benar, aku punya saudara di belahan lain bumi ini?.

          Arjuna yang tadi pamit untuk mengambil mobil dari parkiran, sudah tiba di lokasi penjemputan. Dengan sopan Karin menyilakan ayah Arjuna untuk duduk di kursi depan mobil Arjuna. Tara berinisiatif duduk di bangku belakang. Setelah merapikan bangku tengah, Karin masuk dan memosisikan diri di sebelah kiri, di belakang kursi sopir. Setelah itu, Arjuna membantu ibunya untuk naik ke mobil, duduk di bangku tengah sebelah kanan, di samping Karin dan di belakang ayah Arjuna.

          "Habis ini kita ke mana?" tanya ayah Arjuna.

          "Kita akan makan dulu, ya. Di restoran dekat sini," kata Arjuna. "Walaupun kalian naik pesawat di kelas bisnis, tetap saja 9 jam perjalanan Jakarta-Seoul bukan waktu yang sebentar. Jalan-jalannya besok saja setelah kalian beristirahat," lanjut Arjuna.

          "Habis makan kita langsung ke rumah, kan?" tanya ibu Arjuna.

          "Iya, Ma. Kita langsung ke apateu Juna." Jawab Arjuna.

          "Apateu?" tanya ibu Arjuna lagi.

          "Apartemen, Ma. Di sini bilangnya apateu," jawab Arjuna menjelaskan.

          "Loh, bukannya katamu kamu menyewa rumah di Seoul? Kok apartemen?" tanya ibunya lagi.

          "Ah, uang deposit sewa rumah yang diberi Papa, Juna tambah sedikit dan Juna jadikan uang muka untuk membeli apartemen, Ma. Walaupun lebih kecil, tapi tidak usah menyewa lagi. Cicilan perbulan Juna bayar dari honor penelitian di kampus," jawab Arjuna.

          "Memangnya kamu boleh punya properti di sini?" tanya ayah Arjuna.

          "Pakai nama Karin," kata Arjuna tertawa. Karin melirik ibu Arjuna, seperti diduga, beliau terkejut mendengar kata-kata Arjuna tadi.

          "Saya hanya meminjamkan nama, Tante, Om. Segala hak dan kewajiban masih di tangan Juna-ssi. Saya hanya membantu bila ada urusan sipil yang perlu tanda tangan saja," kata Karin menjelaskan. Tapi dia tahu, penjelasannya belum bisa meredakan kekhawatiran ibu Arjuna.

          "Tenang saja, Ma. Mama kan kenal sama Minjae. Kenal ibunya Minjae juga, kan? Karin ini adik kelasnya Minjae," kata Arjuna juga menjelaskan. Karin menampakkan wajah cemberutnya lewat spion tengah. Kenapa kamu harus mulai topik ini sekarang? Seperti itulah kira-kira yang ingin Karin katakan pada Arjuna lewat mimik muka cemberutnya.

          "Apateu-nya ada dua kamar, Ma. Nanti nggak apa-apa, ya, Mama tidur sama Tara dan Papa tidur sama Juna? Tapi kalau kalian keberatan, nggak apa-apa juga, sih. Nanti Mama sama Papa tidur di kamar utama, Tara di kamar kedua, Juna bisa di ruang tamu. Sofanya enak, kok, Juna sering tertidur di situ kalau sedang menonton tivi," kata Arjuna. Sementara Karin mengirimkan sinyal "stop membicarakan apateu!" lewat tatapan mata ke spion tengah dari kursi di belakang Arjuna.

          Seperti menyadari sinyal Karin, Arjuna akhirnya berhenti membicarakan apartemen yang baru dibelinya sekitar tiga bulan lalu itu. Karin merasa bersalah pada Arjuna. Karin tahu betapa bangganya Arjuna saat bisa membeli sebuah apartemen di pinggir kota Seoul ke arah Incheon. Tapi saat ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya. Nanti, setelah ayah dan ibu Arjuna melepas lelah dan dalam keadaan santai, menurut Karin itulah saat yang tepat membicarakan masalah ini. Apartemen yang dibeli Arjuna atas nama Karin, untuk dipakai setelah mereka menikah.

**Arjuna ini, padahal mahasiswa S3, tapi kok ya tulalit. -_-" . Bagaimana kelanjutan makan malam keluarga ini? Bersambung ke Delapan**

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang