Tiga Belas

104 19 0
                                    

          Karin pun segera menuju pintu penumpang depan dan duduk di sebelah kanan Park Minjae.

          "Dalam rangka apa Seonbaenim menjemputku?" tanya Karin heran.

          "Juna. Dia meneleponku dan bilang kalau kamu sakit. Dia minta bantuanku untuk mengantarmu ke kantor. Apa dia lupa kalau kita ini sekantor?" gerutu Park Minjae, entah bagian mana yang dia gerutukan. Menjemput Karin atau ketidaktahuan Arjuna jika mereka sekantor.

          Karin terkikik kecil, "gumawoyo, Seonbaenim. Tadi memang Juna-ssi meneleponku dan menawarkan untuk mengantarku. Tapi kularang karena ada abeonim dan eomeonim di apateu. Mungkin dia khawatir dan akhirnya minta bantuan Seonbae," ujar Karin berterima kasih.

          "Om dan Tante tiba dengan selamat?" tanya Park Minjae sembari mengemudi.

          "Ne. Seonbae juga memanggil mereka 'om' dan 'tante'?" tanya Karin heran.

          "Iya. Di Indonesia, begitulah kita memanggil ayah dan ibu teman kita," jelas Park Minjae.

          "Kemarin Om menertawakan aku karena aku memanggilnya 'abeonim'," aku Karin. Park Minjae tertawa mendengarnya.

          "Kalau aku tak salah, setelah kalian menikah, kamu harus memanggilnya 'papa' dan 'mama', seperti Juna memanggil mereka," terang Park Minjae.

          "Oh ya? Wah, tak ada bedanya dengan anak kandung? Keren sekali," seru Karin kagum.

          "Wae? – kenapa? Kamu tak suka dengan adat budaya Korea yang membedakan panggilan dari anak dan dari menantu?" selidik Park Minjae.

          "Aniya. – tidak. Bukan begitu," ralat Karin.

          "Itu sebabnya kamu tidak mau jadi pacarku?" tanya Park Minjae lagi.

          "Jaemieopseo!" – tidak lucu! tegur Karin.

          "Arasseo, mian!" – oke, maaf! kata Park Minjae tertawa dan mencoba menghentikan perdebatan.

          "Seonbae, turunkan aku di halte sebelah sana?" pinta Karin.

          "Kenapa? Aku bisa menurunkanmu di lobi. Nanti biar petugas yang memarkir mobilku," ujar Park Minjae.

          "Aniya! – tidak. Tanpa Seonbae mengantarku sampai ke lobi pun sudah banyak rumor tentang kita. Aku tidak mau menambah buruk rumor itu," tegas Karin.

          "Tidak ada yang buruk dari rumor kita," kilah Park Minjae.

          "Apanya yang tidak ada yang buruk? Kim Bujang mengira aku jadi manajer karena bantuan Seonbae. Padahal waktu Seonbae masuk KC Group, namaku sudah masuk ke dalam daftar calon manajer dan aku sudah menjalani serangkaian tes," gerutu Karin.

           "Oke, walaupun sebenarnya kamu tak perlu memperhatikan ucapan Kim Bujang," kata Park Mijae mengalah. "Oh, ya, Karin. Nanti siang ada waktu?" tanya Park Minjae.

          "Aku ada janji makan siang dengan Eomma hari ini," jawab Karin.

          "Oh, arasseo. Salam untuk Eomeonim, ya!" balas Park Minjae. Eomeonim yang dimaksud adalah ibu Karin.

          "Ne," jawab Karin singkat sebelum keluar dari mobil. "Gumawo, Seonbae," – terima kasih, Seonbae, kata Karin sebelum ia menutup pintu mobil dari luar. Park Minjae melambaikan tangannya membalas ucapan Karin lalu melanjutkan mengemudi. Karin berjalan di trotoar menuju lobi kantornya. Ah, saatnya bekerja kembali, seru Karin dalam hati.

*

          "Eomma, mianhaeyo – maaf. Aku sedang dalam perjalanan. Jalanan sedikit penuh," pesan Karin pada ibunya lewat telepon.

          "Gwenchanha, cheoncheonhi. – tak apa-apa, pelan-pelan. Aku juga belum keluar dari gedung kursus, kok," jawab Eomma dari kafe kecil di dekat gedung kursusnya. Karin tak perlu tahu kenyataan bawah Eomma telah duduk di kafe ini menunggu Karin sejak dua puluh menit yang lalu. Eomma menghela napas panjang, mencoba mempelajarai rangkaian kata-kata yang akan dia sampaikan pada Karin.

          Sepuluh menit kemudian, Karin muncul di pintu kafe.

          "Eomma!" seru Karin ceria.

          "Oh, yeogi!" – oh, ke sini! Seru Eomma.

          "Mianhaeyo," – maaf, kata Karin.

          "Mwoga mianhae?" – minta maaf apa? Jawab Eomma tertawa. "Anja! – duduklah. Kamu mau makan apa? Pesanlah!" suruh Eomma. Karin menurut dengan membaca menu serta memilih salah satu makanan yang ada di menu.

          "Eomma, aku siap mendengar cerita Eomma," kata Karin antusias. Eomma memalingkan pandangan dari Karin dan memilih melihat ke luar jendela.


**Bersambung ke Empat Belas**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now