Sepuluh

136 22 0
                                    

          "Tinggal di sini juga tidak apa-apa, kok. Tara tidak keberatan. Teman-teman Tara banyak yang tinggal dengan pacarnya, kok" kata Tara dengan cuek.

          "Juna-ssi bukan pacarku, Tara. Dia calon suamiku. Keluargaku saja sudah banyak yang memanggilnya Al Seobang," kata Karin tertawa kecil.

          "Al Seobang?" kata Tara bingung.

          "Iya. Seobangnim adalah sebutan untuk menantu laki-laki. Biasanya dipanggil nama keluarganya dan bukan nama kecil. Namanya kan Arjuna. Keluargaku di kampung mengira namanya adalah Al Junha, jadi dia dipanggil Al Seobang" terang Karin terkikik. Tara ikut mengikik.

          "Ehem, ngomongin aku, ya?" tegur Arjuna dari depan. Karin dan Tara tak menanggapi kata-kata Arjuna.

          "Kak, di Korea, bagaimana seharusnya Tara memanggil Kakak?" tanya Tara penasaran.

          "Hm, Eonni," jawab Karin. "Sama seperti kamu memanggil kakak perempuanmu yang lain."

          "Oh, tidak ada panggilan khusus, ya?" tanya Tara lagi.

          "Tidak. Biasanya yang punya panggilan khusus itu dari menantu perempuan ke keluarga laki-laki," jalas Karin. "Misalnya, aku mestinya memanggilmu 'agassi' karena kamu adalah adik laki-laki suamiku," lanjutnya.

          "Untuk adik laki-laki?"

          "Toronim."

          "Abang?"

          "Ajubeonim."

          "Kakak?"

          "Hyeongnim."

          "Bukannya 'hyeongnim' itu artinya 'abang', ya?" tanya Tara untuk sekian kali.

          "Iya, 'hyeong' itu panggilan dari adik laki-laki ke abangnya. Panggilan menantu perempuan kepada kakak suaminya juga 'hyeongnim'. Tapi sekarang banyak yang memanggil 'eonni', kok," terang Karin.

          "Kalian berisik sekali!" tegur ibu Arjuna.

          "Tara ingin belajar budaya Korea, Tante," jawab Karin tertawa kecil.

          "Kalau kamu jadi sama orang Korea juga, fix kita pindah ke negara ini," sindir ibu Arjuna. Karin memilih tersenyum dan tak menganggapi ucapan mertuanya.

          "Nah, ini apartemen Juna, Ma, Pa," seru Juna bangga. Dia pun membuka pintu dan membawa barang-barang masuk. Karin menariknya menjauh.

          "Juna-ssi, baju-bajuku bagaimana?" bisik Karin.

          "Sudah aku simpan di dalam koper di gudang. Aman," balas Arjuna. Karin pun mengangguk-angguk lega. Tak lama kemudian dia menarik Arjuna lagi.

          "Make up kit?" tanyanya panik.

          "Oh iya," seru Arjuna ikut panik.

          "Tara, Tara. Panggil Tara!" seru Karin.

          "Untuk apa?" tanya Arjuna.

          "Dia tahu aku sering menginap di sini. Dia menebaknya sendiri. Suruh Tara ke kamar tidur untuk merapikan make up kit milikku," kata Karin. Arjuna terbelalak memandang Karin tak percaya. Tapi Karin memberinya tatapan "kita-tak-punya-pilihan-lain" yang membuat Arjuna menghela napas dan mencari adiknya.

          Arjuna segera mendekati Tara dan berbisik padanya. Tara memandang Karin lalu tersenyum jahil. Ah, tertangkap basah! batin Karin sambil melihat Tara masuk kamar tidur Arjuna.

          "Mama dan Papa tidur di kamar utama, saja. Tara di kamar kedua. Biar Juna di sofa," seru Arjuna setelah melihat Tara keluar dari kamar utama dengan make up kit Karin, tanpa sepengetahuan orang tuanya.

          "Gumawo," Karin mendekati Tara untuk berterima kasih.

          "Sama-sama," balas Tara. "Tapi Tara boleh coba make up-nya, ya" pintanya kemudian.

          "Pakailah. Coba sesukamu. Terima kasih telah menyelamatkan kami dari pertanyaan tak perlu, Agassi," jawab Karin pada adik iparnya itu. Tara membalasnya dengan tertawa.

          "Papa, Mama, Juna izin mengantar Karin pulang dulu, ya," pamit Juna. Hari memang sudah larut. Karin sudah terlihat lelah.

          "Rumah Karin jauh?" tanya ayah Arjuna.

          "Nggak juga. Paling-paling setengah jam dari ini. Apalagi tengah malam begini, 20 menit sampai, lah,"

          "Ya sudah, hati-hati, ya!" kata ayah Arjuna lagi.

          "Om, Tante, Karin pulang dulu," pamit Karin.

          "Bye, Kak Karin," lambai Tara. Karin membalas lambaian Tara. Dia sudah punya sekutu sekarang. Selain Arjuna, Tara kini ada di pihaknya. Terima kasih pada satu set make up Korea legendaris yang Karin beli dengan harga sebesar dua bulan gajinya bulan lalu.

          "Nanti make up kit-mu aku ganti, ya" kata Arjuna di dalam mobil. Dia merasa bersalah karena lalai tak membereskan make up kit mahal milik Karin dari meja rias di kamar utama.

          "Pasti. Juna-ssi harus menggantinya. Harganya dua bulan gajiku!" canda Karin. Arjuna tertawa sambil mengusap rambut kekasihnya.

          "Terima kasih, ya.Sudah mau meyambut orang tua dan adikku. Terima kasih sudah mengalah. Terimakasih sudah menjadikan mereka seperti orang tuamu sendiri," kata Arjuna lirihdi dekat telinga Karin. Sekali lagi telinga Karin memerah. Dan makin memerahketika bibir Arjuna menyentuh bibirnya.


**Akhir dari Bab II, besok kita akan mulai Bab III, ya. Cerita ini bersambung ke Sebelas**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now