Tiga Puluh Delapan

86 11 1
                                    

Segera setelah tiba di kamar hotel, Karin langsung mencari tempat tidur untuk meluruskan punggungnya.

"Karin, kamu mau mandi?" tanya Arjuna. "Ah, tidak," lanjutnya, "Karin, ayo mandi duluan!" Arjuna memberi perintah. Karin terkejut, namun segera bangkit menuju lemari untuk mengambil handuk, kemudian menuju kamar mandi.

Arjuna segera membuka kopernya dan koper Karin. Dia mengerluarkan pakaian yang akan dikenakannya besok, juga pakaian Karin. Arjuna yang membantu Karin mengepak pakaiannya kemarin. Jadi dia tahu persis di mana letak barang-barang Karin.

"Karin, kosmetik mana yang perlu kamu pakai mala mini?" teriak Arjuna bertanya.

"Losion," balas Karin juga berteriak, beradu dengan suara aliran air.

Arjuna mencari botol bertuliskan "lotion" di antara kosmetik milik Karin. Setelah menemukannya, ia meletakkan botol itu di meja rias, bersebelahan dengan sisir, pakaian bersih, dan tas tangan Karin. Arjuna memang orang yang rapi dan teratur. Sungguh jauh berbeda dengan kepribadian Karin.

Karin keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Ia mengeringkan rambutnya. Hebat, hari ini aku mandi dua kali, batin Karin.

"Kelembapan di Indonesia ini sangat tinggi. Kamu harus mandi minimal dua kali sehari di sini," kata Arjuna seakan bisa membaca pikiran Karin.

"Dua kali?" tanya Karin keheranan.

"Iya, mandi pagi dan sebelum tidur. Karena kelembapan yang tinggi, malam hari pun kita berkeringat saat tidur. Sangat tidak nyaman jika kita keluar rumah sebelum mandi pagi. Tidak segar," terang Arjuna. Karin masih keheranan, tapi memilih menuruti kata-kata Arjuna.

"Aku mandi, ya," kata Arjuna pamit.

"Ne," jawab Karin. Ia lalu masuk ke dalam selimut dan merebahkan diri.

Tak berapa lama, Arjuna selesai mandi. sama seperti Karin tadi, dia juga sibuk mengeringkan rambutnya. Mereka berdua sama-sama tak suka menggunakan pengering rambut.

"Belum tidur?" tanya Arjuna melihat Karin yang masih terjaga, mengutak-atik ponsel pinjaman dari Rovil.

"Aku takut tidur," jawab Karin.

"Kenapa?" tanya Arjuna heran.

"Mollayo, geunyang kkumiyeyo, isanghan kkum," – entahlah, hanya mimpi, mimpi aneh, jawab Karin.

"Mimpi aneh? Seperti apa?" selidik Arjuna.

"Mimpi yang tidak seperti mimpi. Sepertinya bukan mimpi, tapi itu mimpi. Sepertinya aku benar-benar mengalaminya. Sepertinya itu bagian dari ingatanku yang hilang," kata Karin.

Arjuna memandang Karin lekat-lekat. Ia tahu, Karin tak punya kenangan sebelum berusia delapan tahun. Karin kehilangan ingatan masa lalunya. Mungkin ada trauma berat yang pernah ia alami di usia delapan tahun.

"Sekarang ada aku di sini, aku yakin kamu tak akan bermimpi yang aneh lagi," kata Arjuna menenangkan Karin.

"Kemarin Juna-ssi tidur bersamaku, dan aku masih tetap bermimpi aneh itu," gerutu Karin menolak hipotesis Arjuna, bahwa keberadaan Arjuna dapat menangkal datangnya mimpi itu.

"Benarkah?" tanya Arjuna kecewa.

"Tapi, sepertinya mimpi kemarin itu mimpi yang bahagia. Sebelumnya aku bermimpi tentang kepergian seseorang, kemudian bermimpi tentang perasaan akan ditinggalkan, lalu kemarin aku bermimpi bermain di pusat permainan bersama keluarga, lalu di pesawat aku bermimpi tentang anak yang sakit, aku seperti menjadi anak itu," jelas Karin.

"Jadi, ketika aku tidur sambil memelukmu, walau aneh, tapi mimpimu bahagia, kan?" Arjuna kembali berhipotesis. Karin terdiam, kemudian mengangguk membenarkan hipotesis Arjuna kali ini. Arjuna pun mengajak Karin untuk beristirahat. Tangannya merangkul tubuh Karin. Mencoba menenangkan hati kekasihnya.

"Geureondaeyo, ngomong-ngomong, Juna-ssi tidak akan melakukannya malam ini, kan? Maksudku, kemarin kan sudah," bisik Karin terdengar khawatir.

"Kamu pikir aku ini apa? Tentu saja tidak," jawab Arjuna sambil tertawa kecil.

"Atau, kamu ingin melakukannya lagi malam ini?" bisikArjuna menggoda. Karin segera masuk dan bersembunyi di bawah selimut. Wajahnya memanastak terkendali. Sekali lagi, Arjuna berhasil memegang kendali atas diri Karin.


**Bersambung ke Tiga Puluh Sembilan**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada "ekor"

Eo dibaca O seperti pada "ekor"

Eu dibaca E seperti pada "elang"

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada "a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinWhere stories live. Discover now