Chapter 4: Flashback?

170K 11.3K 571
                                    


"SUDAH KUBILANG BERHENTI BEKERJA DISANA LETTA!" teriak Allarich dan dengan refleks Letta menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Kau baru saja kembali dari rumah sakit!"

"Tunggu disana dan awas jika kau lari." ucap Allarich dan langsung mematikan teleponnya.

Letta meringis. Ahh bagaimana ini, aku sudah ketahuan oleh Allarich. Jgn smpai dia ngambek lagi. Akan sangat sulit untuk membujuknya. Fikirnya dalam hati.

Wanita cantik itu terus mondar mandir kesana kemari, memikirkan cara agar kesayangannya itu tidak marah. Ia menggigit ujung jempolnya, berfikir ini juga mungkin memang salahnya karena tidak mengabarkan pada Allarich bahwa ia kembali bekerja disini.

Aah~ sepertinya aku hanya bisa pasrah. Ya sudahlah. Fikirnya lagi.

Karena terlalu pusing Letta merebahkan diri di sofa besar belakang kafe. Ini adalah tempat faforitnya jika ingin bersantai.

"Ahh nyamannya." ucapnya senang. Namun jika dulu boss disini masih si pak tua busuk itu maka dapat dipastikan Letta tak akan bisa istirahat dengan tenang dan damai.

Karena Letta bisa melihat dari ekor matanya. Bahwa pria tua busuk itu akan mengintip dirinya dengan tatapan mesumnya itu. Belum lagi wajahnya yang begitu tersirat akan nafsu yang besar. Cih menjijikkan. Tapi syukurlah karena sekarang boss Letta adalah Allarich.

Dulu sangking ingin dekatnya dengan si cantik Letta dia sampai membeli kafe ini. Pemilik kafe alias pak tua busuk itu sempat menolaknya namun karena Allarich mengatakan akan membayar 10 kali lipat dan pak tua busuk itu pun sungguh tergiur dan langsung menerimanya.

Tanpa basa basi Allarich langsung membayar di tempat. Terkadang Letta sangat heran seberapa kaya tampannya itu.

Mengingat pak tua membuat Letta merasa kasihan. Karena ia itu merupakan salah satu korban Allarich dulu. Allarich akan membunuh para pria yang terang terangan menyukai Letta. Allarich begitu membenci pak tua itu dan Letta begitu mengingatnya dengan jelas.

Tapi, jika difikir fikir bagaimana jika Allarich membunuh lagi. Tidak Letta tidak. Allarich tidak akan membunuh jika kau tidak berdekatan dengan pria lain. Fikir Letta seraya mengannguk samar.


Letta memejamkan matanya. Menghela nafas dalam dalam dan menghembuskan perlahan, ia terus mengulanginya hingga perasaannya membaik.

"Kenapa disini, hawanya tiba tiba berubah menjadi dingin begini." batinnya dalam hati dengan alis yang terangkat sebelah.

Letta berfikir. Apa jangan jangan disini ada roh pak tua busuk yang ingin balas dendam kepada Allarich melewati aku. Secara kan aku kekasih Allarich. Oh God aku merinding.

"KYYYAAAAA."

plak

Tamparnya pada seseorang yang dengan tiba tiba datang dan menindih tubuhnya.

Mengatur deru nafas, sebelum melihat siapa pria di hadapannya tadi. Jantung Letta terasa ingin meledak dan keluar dari tempatnya.

Rasanya ingin sekali Letta kembali menampar pria dihadapannya itu, berani sekali dia menyentuh tubuh ini. Bagaimana jika Allarich melihat, pastinya pria itu akan mengamuk. Namun, Letta langsung melototkan matanya ketika ia melihat siapa yang ia tampar.

"A-Allarich?!" gagap Letta dan dengan cepat Letta menarik wajah kesayanganya tuk melihat pipinya yang barusan ia tampar.

"Ya ampun sayang. Mana mana yang sakit? ya ampun maafkan aku. Aku fikir kau orang lain." jelas Letta lirih.

Crazy Without You Where stories live. Discover now