Chapter 55: End

119K 6K 1.6K
                                    

Allarich melirik anaknya melalui kaca mobil. Disana ia dapat melihat Aarich yang sedang menatap sebuah bekal makanan.

"Bekal dari siapa itu Aarich?" tanya Allarich.

Aarich menggelengkan kepalanya "Entahlah dad, ada seorang wanita aneh yang memberikan ini padaku. Dia memakai hoodie hitam dan topi berwarnya biru. Dia sangat baik dan ramah padaku dia juga bilang titip salam pada Daddy."

Allarich mengerutkan keningnya. Apa itu salah satu musuhnya yang ingin mendekati Aarich, jika iya Allarich harus lebih waspada. Allarich tak akan membiarkan satu orang pun menyentuh anaknya. Aarich adalah harta berharga yang ia miliki. Ia akan menjaga dan melindungi harta satu satu ini sebaik mungkin.

"Buang bekal itu." perintah Allarich.

Aarich menatap bekal di tangannya dengan tatapan tak rela. Sejujurnya makanan di dalamnya adalah makanan favorit Aarich oleh karena itu Aarich tak tega membuangnya.

"Baiklah dad." ujar Aarich sambil membuka kaca mobil. Ia berpura pura membuang bekal tersebut tapi pada akhirnya ia menyimpannya dan memasukkan ke dalam tas.

Sesampainya di rumah Aarich langsung bergegas masuk ke kamarnya. Lalu menutup pintu.

"Jangan lupa ganti bajumu dulu Aarich." teriak Allarich dari bawah.

"Baiklah." balas Aarich.

Aarich segera mengganti bajunya. Lalu ia membuka tasnya dan memakan makanan tersebut.

"Huahh enak." gumam Aarich.

Tak berapa lama Aarich makan tiba tiba pintu terbuka. Dan jantung Aarich rasanya ingin keluar ketika melihat di ambang pintu ternyata itu adalah ayahnya yang sedang menatapnya tajam.

"Bukankah daddy sudah bilang untuk membuangnya tadi?" ujar Allarich dingin.

Tubuh Aarich langsung bergetar ketakutan menatap wajah dingin ayahnya "Ma maafkan Aarich daddy. Aarich sangat suka makanan ini. Maaf." sesal Aarich sambil menunduk takut.

Allarich mendekati Aarich dan langsung merampas bekal tersebut "Apa kau tau seberapa banyaknya musuhku diluar sana. Bukankah aku pernah bilang sebelumnya jangan pernah menerima pemberian dari orang asing!"

Tubuh Aarich bergetar sempurna "Maaf daddy." gumam Aarich.

"Bisa saja makanan ini diletakkan racun. Kau bisa mati, dan jika kau mati. Aku akan-" Allarich tak mampu melanjutkan kata katanya. Ia hanya menatap anaknya dengan pandangan dingin.

"Tidak daddy tidak ada racun disana. Malah rasanya sangat lezat." ujar Aarich mendongak menatap Allarich.

Allarich menoleh pada bekal yang ada ditangannya. Ia menyuapkan sesuap bekal tersebut ke mulut tuk memastikan apa ada racun atau tidak.

Allarich terkejut diisaat lidahnya menyentuh makanan tersebut, jelas sekali ini makanan yang biasa Letta buat. Fikir Allarich dalam hati.

Walau sudah lama Allarich sangat mengenal bagaimana rasa makanan buatan Letta. Ia menyicipinya sekali lagi lalu tatapan Allarich langsung berubah menjadi kosong.

Allarich kembali memberikan bekal tersebut pada anaknya. Kemudian ia keluar tanpa meninggalkan sepatah katapun. Sedangkan Aarich hanya bisa menatap kepergian ayahnya itu dengan pandangan bingung.

Allarich keluar dari kamar Aarich lalu masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu. Ia langsung mengambil foto Letta kemudian memeluknya erat erat.

Sejujurnya makanan tadi juga merupakan makanan favoritnya. Dan Letta sangat suka membuatkan makanan tersebut untuknya. Tapi, bagaimana mungkin rasanya bisa sangat sama. Siapa yang membuatkan masakan itu.

Crazy Without You Where stories live. Discover now