Chapter 38: Like Andromeda

52.9K 4.1K 741
                                    

Songnya dibuka ya cintah😉.

.

.

.
***


Allarich berlari mengejar Letta. Yang saat ini sedang berjalan bersama dengan Sean.

"Jangan tinggalkan aku. Itu menyakitkan."

Sedari tadi hanya kata kata itu yang selalu terngiang di kepala Allarich. Rasanya sangat sakit melihat wanitanya bersama dengan pria lain. Lihatlah bagaimana Sean merengkuh pinggang Letta begitu mesra.

Sean membukakan pintu mobil untuk Letta dengan senyum mengembang. Letta hanya membalas senyuman Sean sekedarnya saja. Disaat Letta ingin masuk, Allarich lebih dulu mencekal tangan Letta.

Letta memutar bola matanya malas "Apa lagi?!"

"Hiks hiks Letta jangan tinggalkan aku. Kumohon. Kumohon Letta." Allarich terus memohon pada Letta. Dengan cepat Letta menarik tangannya dari Allarich enggan disentuh oleh pria itu.

"Jangan menyentuh tubuhku. Aku membencimu penipu!" cibir Letta.

Tubuh Allarich menegang bagai patung. Kini ia hanya bisa menunduk dan tersenyum kecut mendapati nasibnya yang begitu malang.

Bagaimana perasaan Allarich saat ini? tentu saja hancur!! Dulu, disaat Allarich berada dalam kegelapan setitik cahaya datang dan membawanya terbang menuju langit ke tujuh. Namun, pegangan itu dilepaskan begitu saja. Membuat Allarich terjatuh dalam jurang yang tak mendasar.

Sakit. Hati Allarich terasa begitu sakit. Tak tau bagaimana lagi cara menafsirkannya. Tak tau lagi bagaimana cara menggambarkannya. Tak tau lagi bagaimana cara mendeskripsikannya. Letta sangat tega, melepaskan pegangan itu begitu saja. Menjatuhkannya dalam jurang yang begitu gelap. Tak menyisakan setitik cahaya sedikitpun.

Allarich menunduk. Air mata nya terus terjatuh dan membasahi rerumputan layu itu. Allarich terus memohon pada Letta memohon dalam tangisnya. Namun malangnya...

Seorang pria bertubuh kekar datang dari belakang. Dan mengambil sebuah pistol di sebalik jasnya lalu mengarahkannya tepat ke arah belakang punggung Allarich. Dan kemudian...

Dorr

Degg.

Suara tembakan menggema di telinga Letta. Jantung Letta berpacu lebih cepat dari biasanya. Kornea matanya membesar melihat pemandangan yang tersaji depan matanya. Sebuah peluru datang dan menembus dada pria itu. Pria yang dicintainya.

"ALLARICH!!" Letta menjerit dan dengan cepat berlari tuk memeluk tubuh tegap yang mulai terjatuh itu.

Dada Allarich mengeluarkan banyak darah. Rasa pusing melanda kepala Allarich. Allarich pun terbatuk dan batuk itu jua mengeluarkan darah. Namun, ia berusaha tuk tetap tersenyum. Mencoba menjelaskan pada Letta melewati senyumannya. Bahwa ia baik baik saja.

Letta mencoba untuk membalas senyuman Allarich. Ia berusaha menyemangati pria itu dengan senyumnya "Bertahanlah."

Allarich mengangguk. Tangan Allarich terangkat lemah tuk menyentuh pipi Letta.

Letta menggenggam erat tangan Allarich yang sedang mengelus pipinya penuh sayang "Hiks be bertahanlah All. Kau akan baik baik saja."

Allarich mengangguk, dengan senyumnya. Ia tetap tersenyum walau kian wajah itu memucat.

"A aku kuat Letta."

Letta tak mampu lagi menahan tangisnya. Tangis Letta pecah. Ia memeluk leher Allarich dengan bahu yang naik turun.

"Aku tak berbohong Letta. Untuk yang terakhir kalinya, kumohon percaya padaku. Mereka berbohong. Letta jangan tinggalkan aku. A aku mencintaimu. Letta... aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Letta. Tak apa jika aku harus tiada daripada membayangkan hidupku tanpamu Letta. Membayangkannya membuatku merinding. Lihatlah Letta buluku berdiri."

Allarich mengangkat pelan tangannya dan menunjukkannya pada Letta. Letta memegang tangan Allarich lalu tersenyum pada pria itu "Aku percaya padamu All. Maafkan aku, aku percaya padamu. Jadi, bertahanlah."

Tangan Allarich beralih mengelus pipi Letta penuh sayang "Letta aku ingat dulu pipimu merona saat ku katakan aku ingin memiliki banyak anak bersamamu. Hahahha saat itu kau terlihat sangat manis Letta."

Allarich tersenyum, tapi kemudian ia batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Iya aku mengingatnya sayang. Hiks aku mengingatnya."

"Letta aku sangat men cintaimu. Sangat besar, sebesar andromeda. Jadi jangan tinggalkan aku, aku tak mau sendiri la gi. Di dunia yang besar ini, aku tak mau sendiri la......gi."

Letta menggeleng "Jangan! jangan berbicara begitu seolah kau akan pergi jauh dariku. Aku-"

Perlahan kedua kelopak mata Allarich menutup. Letta membekap mulutnya. Ia menepuk pipi Allarich berulang kali dengan tangan yang bergetar "Allarich. Hei, sa sayang bangun. Allarich bangun!!"

"Haha Allarich ini tak lucu. Ayo bangun," Letta tertawa. Tawanya bukan biasa itu tawa kepedihan!

"Hiks hiks Al ayo bangun. Ji jika kau bangun aku berjanji hiks akan akan berada di pelukanmu lagi. Aku berjanji hiks hiks akan mengelus kepalamu sebelum kau tertidur. Jika kau lelah a aku aku akan menepuk punggungmu dan membuatmu terlelap. Hiks hiks kita akan tertawa bersama seperti dulu lagi All. Tertawa bersama di atas hiks pasir pantai. Apa kau tak mau All? hiks itu sangat indah. Kita akan bahagia bersama, memiliki banyak anak dan tua bersama. Apa kau tak mau? ayo bangun All."

Letta berucap tak jelas pada pria yang tubuhnya sudah dingin dan kaku itu.

Sean berjalan mendekati Allarich lalu mengecek nadi pria itu "Dia sudah mati Letta." ucap Sean.

Letta menggeleng lalu menangis histeris.

"TIDAKKKK!! ALLARICH BANGUN!! JANGAN TINGGALKAN AKU!! KAU MENYURUHKU UNTUK TIDAK MENINGGALKANMU!!" Letta terus mengguncang tubuh Allarich.

"Dan pada akhirnya kaulah yang meninggalkanku." ucap Letta diakhir dengan volume suara yang rendah.

Letta menunduk. Ia tak mampu membendung air matanya. Wanita itu memeluk leher Allarich dan menggeleng histeris. Memanggil nama Allarich dan terus berteriak.

Sean menarik tubuh Letta lalu memaksa gadis itu masuk ke mobil. Membiarkan Allarich tergeletak sendiri disana.

Letta memberontak ia tak mau meninggalkan Allarich sendiri dan membiarkan pria itu meninggalkannya. Tapi, karena tenaga Sean jauh lebih besar. Akhirnya Letta kalah.

"TIDAK!! AKU TAK MAU HIKS HIKS SELAMATKAN ALLARICH!!" kini, mobil itu perlahan menjauh. Letta hanya bisa menjedor kaca mobil seraya menjeritkan nama Allarich dan menangisi pria itu.

"Hiks hiks Allarich jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku juga sangat mencintaimu. Rasa cinta kita sama sebesar andromeda. Jadi, jangan tinggalkan aku." gumam Letta.

Akhirnya, Letta pun pingsan. Dan Sean membawa tubuh pingsan Letta ke dalam pelukannya sambil menghapus jejak air mata yang ada di pipi mulus wanita itu.

"Maafkan aku Letta. Aku akan melaksanakan pernikahan kita secepatnya. Aku berjanji akan membuatmu bahagia. Tidurlah sayang, tidurlah." gumam Sean.

-End-

Terima kasih sudah membaca😚🥰

Maafian gua klo ada salah kata. Menyinggung para sahabat sekalian. Maaf juga klo endingnya kaga enak. Dan tidak memuaskan, karena otak saya sudah buntu😖 jadi saya berenti dan berakhir membuat ending kaga jelas seperti ini. Sekali lagi maafkan saya dan juga terima kasih sudah membaca😊.

Gak nyangka cerita pertama akhirnya tamat. Tapi boong.

Crazy Without You Where stories live. Discover now