Chapter 39: The dream

53K 4.2K 1.1K
                                    


"ALLARICH!" Letta terbangun dari tidurnya. Nafasnya terasa memburu tak lupa dengan pipi yang lembab karena air mata.

Letta mengatur deru nafasnya perlahan ia menunduk memeluk kedua kakinya lalu tersenyum lega "Hanya mimpi buruk." gumam wanita itu.

Letta terus meringkuk. Entah mengapa ia merasa mimpi tersebut terasa begitu nyata. Tidak! Letta menggelengkan kepalanya. Itu tak akan terjadi. Allarich tak akan meninggalkan dirinya. Allarich akan selalu bersamanya. Ya, akan selalu begitu.

Karena terlalu lama melamun Letta sampai tak menyadari kehadiran seorang pria dengan setelannya berwarna putih. Terlihat seperti seorang dokter. Atau pria itu memang dokter?

"Syukurlah anda sudah bangun nona." ucap pria paruh baya itu sembari membereskan alat alatnya.

Letta mendongak  melihat pria paruh baya itu tengah tersenyum hangat padanya. Letta bertanya tanya kenapa ada seorang dokter disini.

Dalam hati, Dokter tersebut sempat terpesona akan kecantikan gadis ini. Begitu cantik jelita. Tapi, dokter tersebut menggeleng cepat menghilangkan pesona yang sempat melekat di dirinya. Mengingat ada 2 ekor setan di dalam rumah ini.

Ia hanya ingin menjaga kepalanya tetap di tempat oke.

Letta celingak celinguk ke kanan dan ke kiri. Ia melihat dimana keberadaan Allarich. Tapi, tak ada tanda tanda akan kehadiran pria itu. Dan tunggu. Hei! dimana ini? ini jelas bukan mansion Allarich.

Mansion Allarich tidak begini! dindingnya tak berwarna hitam abu abu namun berwarna putih bercampur perak dan gold di setiap ruangannya.

Dan jikalaupun ini adalah mansion Allarich yang satu lagi. Itu sangat tidak mungkin karena mansion itu dipenuhi oleh banyak hiasan dinding entah itu katana, tanduk rusa, kapak, senapan, dan masih banyak lagi hiasan menakutkan lainnya.

Letta mulai ketakutan keringat dingin mulai bermunculan di keningnya. Apa jangan jangan itu bukan mimpi. Oh lihatlah bagaimana mata Letta berkaca kaca.

"Di dimana Allarich? dia masih ada kan. Benar kan?" tanya Letta. Dokter itu melihat Letta dengan pandangan bingung. Alisnya terangkat sebelah tak mengerti apa yang diucapakan wanita cantik itu.

Tapi, ia cukup mengenal siapa Allarich. Yah, siapa yang tak kenal pembunuh yang satu itu. Semua mengenalnya "Nona saya tak mengerti apa yang nona bicarakan. Tapi, saat ini nona sedang berada di kediaman Mr. Jerix."

Letta menggeleng tak percaya. Ia menarik kuat rambutnya sendiri tak kuasa menahan rasa sakit yang menyelimuti hatinya. Bagai sebuah jarum tak kasat mata datang satu persatu dan menancap tepat di lubuk hatinya. Begitu sakit, sesak dan pedih.

Ini semua bukanlah mimpi bukanlah bunga tidur tapi kenyataan yang mampu menamparnya dengan begitu keras. Yang mampu menjungkir balikkan hidupnya bahwa seorang pria yang selama ini dicintainya. Benar sudah tiada...

Letta meremas dadanya sendiri tak kuasa menahan rasa sesak yang tiada henti hentinya menyerang dirinya.

Dokter tersebut tampak kaget melihat Letta. Kenapa wanita ini tiba tiba menangis dan terlihat begitu menyedihkan?

"Nona ada apa denganmu?" tanya Dokter tersebut pada Letta.

"Hiks hiks ka kalian pembunuh! pembunuhh!!" Letta mengambil sebuah gelas yang berisi air di atas meja nakas. Lalu menghempasnya sehingga gelas itu pun pecah berkeping keping. Jika dilihat lebih jelas begitulah bentuk hati Letta sekarang seperti pecahan gelas itu. Persis sekali.

Crazy Without You Where stories live. Discover now