✨Extra Part✨

93.6K 6K 1.4K
                                    

17 tahun kemudian...

***

Saat ini Ares sedang bersandar pada dinding sambil melihat lihat pemandangan hutan disebalik kaca jendela. Ares merupakan anak ketiga dari pasangan Letta dan Allarich. Kening Ares berkerut, karena merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya dari jauh.

Disaat Ares sedang menatap pemandangan hutan. Tiba tiba kakak keduanya datang dan berjalan disebelahnya. Kakak keduanya itu terlihat seperti sedang mencari seseorang. Ia bernama Eren.

Ares menyunggingkan seringainya melihat wajah dingin kakaknya. Disaat Eren berjalan tepat di samping pria itu. Dengan sengaja Ares menjulurkan sebelah kakinya hingga si Eren hampir saja tersungkur kedepan, Eren dibuat terkejudh bukan main. Di keluarga ini Ares memang sangat usil dan menyebalkan.

Eren menatap Ares tajam. Sedangkan Ares hanya tersenyum manis dengan wajah tanpa dosa.

"Mau mati?" tanya Eren dingin.

Ares langsung menarik kerah baju Eren sambil tersenyum sinis "Ya." tak ingin kalah Eren juga menarik kerah baju Ares dengan sangat erat.

Dan dengan sorot mata yang tajam. Dalam diam Eren mengeluarkan pisau kecil yang berada di sakunya. Lalu mengangkat pisau itu tinggi tinggi berniat ingin menancapkannya tepat di leher adiknya Ares. Namun untunglah Aarich datang tepat waktu lalu menghentikan aksi adiknya si Eren.

Aarich mencengkram lengan Eren dengan kuat "Jatuhkan pisaumu." gumam Aarich melirik Eren dengan tajam dan dingin. Dimana hal itu membuat dirinya tampak sangat seram.

Akhirnya pisau yang berada di tangan Eren pun dijatuhkan. Memang Eren sangat suka bermain dengan pisau. Apalagi jika Ares datang menganggunya maka tanpa segan segan ia akan menyakiti adiknya.

Namun pada dasarnya Eren tak pernah membuat Ares terluka parah, paling hanya goresan sedikit dan sekedar untuk menakut nakuti. Karena gitu gitu juga dia sangat menyayangi adiknya walau terkadang ia terlihat acuh tak acuh.

Ares mendekati Eren lalu memegang kedua pundak pria itu sambil menatapnya dengan kening yang mengerut.

"Wah wah kau ini memang tak bisa diajak bercanda ya. Inilah alasan mengapa aku kurang suka menjahilimu. Kau selalu bawa serius." timpal Ares.

Aarich menukik alisnya tajam mendengar penuturan si Ares "Kau sendiri yang suka memancing marah Res. Dan apa apaan ini-" Aarich menjeda kalimatnya lalu mengambil hp yang berada di saku baju. Setelah itu ia menunjukkan hpnya tersebut didepan wajah Ares.

"Kenapa aku mendapatkan banyak pesan masuk dari para jalang, kau menyebarkan nomorku?!" tanya Aarich dengan nada tinggi.

Eren mengangguk setuju dengan ucapan Aarich "Itu benar, aku juga mendapat banyak pesan masuk," Eren mendekati Ares lalu menarik kerah baju adiknya "Kau menyebarkan nomorku?!!"

Ares menghela nafas lelah "Kalian tau kan aku memiliki pesona dan ketampanan diatas rata rata. Banyak sekali wanita yang mengejarku dan salah satu dari mereka ada yang mengecek ponselku. Jadi begitulah, dia tau nomor kalian lalu menyebarkannya." jelas Ares.

Eren menghempaskan tangannya dari kerah baju Ares sedangkan Aarich hanya menggeleng tak percaya.

Eren menatap adiknya ini dengan amarah yang menggebu gebu "Dengar!! aku tak suka berhubungan dengan wanita manapun selain mommy. Jadi, suruh wanitamu itu untuk menghentikan tingkah jalangnya. Atau aku sendiri yang datang mencarinya dan mencampakkannya ke dasar laut."

Ares menatap Eren dengan datar  "Dia bukan wanitaku, aku ini single dan aku hanya menjadikan mereka semua mainan saja. Kau cari dan bunuh saja sendiri, aku tak perduli." seru Ares sambil berdecih sinis.

Crazy Without You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang