Chapter 51: This love

67.6K 4.8K 186
                                    


Allarich menunduk dalam dalam. Entah apa yang ditatapnya pada rumputan hijau itu. Yang pasti, pikirannya sedang berkelana entah kemana mana.

Leo mengatur deru nafasnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling tuk mencari sosok si Allarich. Leo tersenyum ketika ia melihat Allarich ternyata sedang duduk di sebelah pohon rindang. Padahal dia mencari cari dari tadi. Rupanya ada disini.

Leo berlari ke arah Allarich dengan semangat.

"Hei! selamat ya~" Leo menepuk pundak Allarich "Kau sudah menjadi seorang ayah. Kau tau, dia sangat mirip denganmu."

Allarich menepis tangan Leo pada pundaknya. Kemudian ia pergi masuk ke rumah sakit dengan wajah datar dan dinginnya. Membiarkan Leo berdiri dengan menatapnya sebal.

"Hei! bilang terima kasih kek, aku tadi sedang memujimu tau!" seru Leo pada Allarich yang kini semakin berjalan menjauh.

"Dia kenapa sih, biasa bersemangat sekali." Leo berdecih sebal. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam.

***

Allarich hanya diam menatap Letta yang sedang menyusui bayi mereka. Tatapan Allarich bukan tertuju pada bayi itu. Tapi, pada wajah Letta yang bersemangat dan tampak sangat sangat bahagia. Seolah tak tau apa yang akan terjadi pada hari esok.

"Kyaaaa, Allarich dia tampan sekali." Letta mengelus pipi gembil bayi mereka "Dia sangat mirip denganmu."

"Dokter bilang dia perempuan tapi ternyata laki laki. Sudah kubilang bukan, belum tentu hasil dokter itu akurat." oceh Letta sambil mempoutkan bibirnya.

Letta tersenyum dengan lembut menatap bayi tampannya "Matanya mirip denganmu, alisnya juga, hidungnya, bulu matanya dan hei! apa apaan ini semuanya mirip denganmu."

Letta mendongakkan wajahnya, ia tersenyum menatap Allarich. Senyum itu....

Senyum itu membuat hati Allarich semakin sesak. Senyum yang mungkin akan lenyap suatu hari nanti.

Allarich menunduk dalam dalam. Ia mengeraskan rahangnya juga menggepalkan tangannya erat erat.

Tiba tiba Allarich menarik bayi mereka yang sedang menyusu "He hei Allarich apa yang kau lakukan." seru Letta.

Kemudian Allarich memberikan pada perawat di sana. Letta mengerti, Allarich ingin bayi itu segera dimasukkan ke dalam inkubator agar tak terjadi sesuatu nantinya.

Perawat itu pun mengangguk samar dan langsung pergi dari sana.

Letta tersenyum senang. Oh, dia tak pernah merasa perasaan yang sesenang ini.

"Allarich hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku." Allarich semakin menggepalkan tangannya. Iya benci melihat wajah Letta yang terlalu bahagia seperti itu. Apa Letta tak mengerti? senyum itu membuat dadanya semakin sesak.

Letta menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Ada apa All? kenapa kau diam saja?" tanya Letta.

"Bawa aku." gumam Allarich.

"Huh?" Letta memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Bawa aku bersamamu."

"Apa mak-"

"JANGAN PURA PURA BODOH!" bentak Allarich dan membuat Letta terkejut.

"AKU MEMBENCIMU AKU MEMBENCIMU AKU MEMBENCIMU!" teriak Allarich dengan nafas yang menggebu gebu.

Letta menunduk dalam dalam, tangan kiri Letta terulur tuk mengelus lengan kanannya. Sepertinya Letta mengerti kenapa Allarich tiba tiba marah begini "Jadi, kau sudah tahu?" gumam Letta.

Crazy Without You Where stories live. Discover now