Chapter 17: Aldrich

100K 7K 455
                                    


"Allarich!!" bentak Letta. Ia begitu terkejut dengan Allarich, yang tiba tiba menghancurkan Tv dengan cara menembaknya.

"Kau menghancurkan Tv mu sendiri Allarich!!" yang Letta lihat hanyalah punggung Allarich. Sedari tadi pria itu hanya melihat ke arah luar kaca jendela.

Letta menghembuskan nafasnya ia berjalan ke arah Allarich lalu memeluk punggung tegap pria itu dari belakang.

"Maafkan aku sudah membentakmu." dapat Letta rasakan bahu Allarich yang naik turun. Pertanda bahwa pria itu sedang menangis.

"Maaf ya." Allarich menggeleng "Hiks kau jahat."

Letta membalikkan tubuh Allarich hingga menghadapnya. Ia menghapus jejak air mata yang terus turun membasahi wajah pria itu.

Allarich memalingkan wajahnya enggan disentuh dengan tangan Letta.

"Maafkan Letta ya sayang." Allarich terus terisak "Letta jahat."

"Iya Letta jahat. Maaf ya." Letta berusaha berucap selembut mungkin untuk menenangkan kekasih hatinya itu.

Letta mengecup pipi Allarich "Pliiss maaf."

Letta memeluk tubuh Allarich namun, tolakan yang ia terima. Tolakan Allarich cukup kuat sehingga tubuh Letta terjatuh kelantai.

Allarich yang melihat gadisnya meringis kesakitan merasa begitu bersalah.

Ia ingin membantu Letta berdiri. Namun, ia masih kesal dengan kejadian tadi. Jadilah Allarich yang berlari masuk ke dalam kamar lalu mengunci diri.

"Allarich hei Allarich!!" Letta menjedor pintu kamar Allarich namun pria itu tak kunjung membukanya.

Sekali lagi Letta hanya bisa menghela nafas panjang. Ia pergi berlalu dan berjalan menuju ruang dapur lalu memasak makanan untuk dirinya juga Allarich.

Setelah selesai Letta menyiapkan piring Allarich dan membawanya ke kamar pria itu.

Tok tok tok

"Allarich buka sayang aku membawa makananmu." merasa tak ada sahutan. Letta meletakkan piring dan juga air di samping pintu.

"Makananmu ada di samping pintu sayang, makanlah aku tak ingin kau sakit."

"Dan juga maafkan aku sudah mengacuhkanmu."

Letta menghiraukan perutnya yang melolong minta diisi. Ia berjalan keluar dari Villa dan mulai mengitari pantai.

"Huh dinginnya." Letta menghentikan langkahnya lalu duduk di atas pasir pantai. Ia menikmati pemandangan pantai di waktu malam yang terasa begitu indah.

Hembusan angin yang terus menyapa dirinya. Membuat ia merasa sedikit tenang "Dia itu kenapa mudah sekali merajuk."

"Hah sudahlah." Letta memejamkan matanya. Merasakan angin malam yang terus menyapa tubuhnya. Untung saja dia memakai dress yang cukup tebal, sehingga gadis cantik itu tak terlalu kedinginan.

Tau sendiri bukan dia sangat lemah terhadap dingin. Yah walaupun begitu entah mengapa dia sangat suka salju.

Mengingat salju membuat ia kepikiran dengan mawar. Menurutnya, mawar dan salju adalah perpaduan yang begitu sempurna. Sangat indah.

Oh, Letta benar benar tak sabar dengan hari salju yang akan tiba nanti. Setelah hari itu datang ia akan membeli dan menambah jumlah bunga mawar yang dirawatnya.

"Apa yang kau lamunkan." lamunan Letta buyar ketika mendengar suara seseorang di belakang.

Ia segera menoleh dan mendapati seorang pria yang tengah menyembunyikan kedua tangan di saku celana sekaligus menatapnya dengan tatapan datar.

Crazy Without You Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora