Chapter 19: Really love you Aldrich

104K 7K 338
                                    


Sudah tiga minggu lamanya Letta belum juga tersadar. Dan pada saat itulah Aldrich yang masih menguasai tubuh Allarich.

Operasi transplantasi ginjal Letta berjalan dengan lancar dan sukses. Yah, bagaimana tidak sukses yang menangani saja ada 8 Dokter terbaik dan 3 0rang dokter bedah ternama di dunia.

Kini, Aldrich tengah membaringkan kepalanya di atas tubuh Letta sambil mengenggam tangan gadis cantik itu dengan erat. Ia menunggu Letta sampai siuman.

Waktu berlalu, tanpa sadar Aldrich ternyata sudah tertidur. Ia tertidur dengan tangan yang masih mengenggam erat jari jemari Letta.

Ada sedikit pergerakan dari jari Letta. Namun, hal itu tak mampu membuat Aldrich terbangun dari tidurnya.  Perlahan dan pasti kelopak mata cantik itu terbuka dengan lemah.

Matanya mengitari sekitar melihat sedang dimana ia berada. Setelah puas melihat sekeliling tatapannya kini tertuju lurus pada seorang pria yang tengah terbaring dengan perut Letta yang menjadi bantalan kepala.

Dalam diam Letta tersenyum kecil melihat Aldrich yang sedang tertidur dengan lelap. Ia mengelus puncak kepala pria itu dengan lembut.

Merasa ada elusan membuat Aldrich langsung tersadar. Tubuhnya langsung menegang melihat Letta.

"Kau sudah bangun?" tanyanya dengan mata yang menatap datar.

"Aldrich?" suara Letta terdengar begitu lembut tapi lemah membuat hati Aldrich bergetar perih mendengarnya.

"Hm." Aldrich hanya mengangguk singkat. Ia berniat memencet bel untuk memanggil Dokter. Namun tangannya lebih dulu dicekal dengan Letta.

"Apa yang terjadi padaku Al?" Letta bertanya lirih. Mata gadis itu menatap Aldrich sayu.

"Maaf." satu kata yang Aldrich ucapkan. Namun ucapan maafnya sungguh tak cocok dengan tampang datar nan dingin pria itu. Letta menatap Aldrich dengan tatapan tak mengerti.

"Kau ingat kejadian dimana aku menceburkanmu ke kolam?" Letta tampak mengingat ngingat namun kemudian ia mengangguk lemah "Kejadian itu membuat penyakitmu kambuh, dan kau juga mengalami gagal ginjal."

"Tapi kau tak perlu khawatir, karena sekarang kau sudah baik baik saja. Namun, ada satu hal penting yang perlu kau ketahui jika hal ini terjadi sekali lagi maka-"

Aldrich memalingkan wajahnya ke samping tak kuasa menatap mata lemah Letta yang membuat ia merasa semakin bersalah "Kau akan meninggal."

Letta menunduk mendengar ucapan Aldrich. Ia menggigit bibir bawahnya sembari menutup kedua matanya perlahan. Tampaknya sekarang ia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi di kemudian hari.

"Intinya, aku membahayakanmu dan aku harus lenyap." Letta langsung mendongak menatap Aldrich. Ia menggeleng cepat.

"Aku akan berusaha menghilangkan jiwaku dan tak kan muncul lagi di tubuh Allarich. Walau aku tak tau bagaimana cara melakukannya." di akhir kalimat suara Aldrich terdengar begitu sendu.

"Tidak. Aku tidak akan mengizinkanmu pergi." seru Letta.

Aldrich menatap Letta tajam "Aku tak butuh izin darimu. Aku, bukan Allarich yang bisa menjagamu dengan baik." walau suara Aldrich terkesan dingin dan tajam. Namun Letta dapat menangkap nada bergetar yang keluar.

Lagi lagi Aldrich memalingkan wajahnya, ia tak sanggup melihat wajah memelas Letta. Ia tak sanggup berpisah dengan sumber kebahagiaannya itu.  Sekarang ia tampak begitu lemah di hadapan gadis ini.

Ia bertekad dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis di depan siapapun, tapi sekarang. Ia malah menangis di depan Letta. Menangis tanpa suara. Menangis dengan mata menatap tajam.

Crazy Without You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang