Chapter 28: The female lion

80K 4.9K 202
                                    


"Ta tapi-"

"Tak ada tapi tapian Letta, aku paling benci dibantah." Letta menukik alisnya tajam. Kemudian ia tersenyum sinis.

"Oh ya? bukankah kau memang membenci semuanya?"

Allarich menatap Letta marah. Pria itu berdiri dan langsung berjalan mendekati Letta dengan rahang yang mengeras.

"Aku tak membenci semuanya. Aku tak membencimu. Oh, ataukah kau ingin kubenci?" Allarich mendekatkan tubuhnya ke tubuh Letta. Ia memeluk pinggang sempit itu dengan possesive.

Letta merasa sangat gemas jika Allarich sudah marah. Ia ingin tertawa tapi, tiba tiba jantungnya kembali sakit.

Letta menegang, tubuhnya bergetar. Tidak, Allarich tak boleh mengetahui tentang jantungnya. Letta menunduk ia memejamkan mata menahan rasa sakit itu. Letta mati matian berusaha agar tidak terjatuh.

Dengan sisa tenaga yang Letta punya. Letta mendorong kuat tubuh Allarich. Setelah itu ia segera berbalik memunggungi Allarich sambil meremas dadanya dengan erat "Ji jika ka kau ingin membenciku maka bencilah. A aku tak peduli."

Letta berjalan tertatih tatih menahan sakit "Letta ada apa denganmu?"

Allarich bertanya lembut. Allarich tak bersungguh sungguh dengan perkataannya tadi. Lagipula Letta juga biasanya tak marah.

Letta tak menghiraukan Allarich. Ia hanya ingin segera keluar dari ruangan ini dan menutupi rasa sakitnya.

Letta meringis. Gadis itu tak memilih tangga agar bisa sampai ke atas. Ia lebih memilih lift yang mengantarkannya langsung ke dalam kamar milik Allarich.

Allarich bergegas ingin masuk tapi pintu lift tersebut sudah menutup lebih dulu. Letta sedikit bersyukur karena Allarich tak masuk.

Ia tidak ingin Allarich mengetahui tentang jantungnya. Dia hanya tak ingin membuat Allarich khawatir. Lagipula, Letta berfikir sakit ini tidaklah berbahaya.

Karena sedari kecil dia memang sering merasakan sakit ini. Hanya saja rasanya tak terlalu sakit yang sekarang.

Semenjak Letta keluar dari rumah sakit akibat insiden Aldrich yang menolaknya di kolam. Saat itulah Letta sudah mulai merasakan sakit yang berlebihan di jantungnya.

Dulu, sebelum kejadian itu palingan sakit ini menyerang paling tidak lima bulan atau tiga bulan sekali. Tapi sekarang, seminggu bisa sampai tiga kali.

Letta merosotkan tubuhnya di sudut lift. Ia menggigit bibir bawahnya "A aku kuat. Ya aku kuat. A aku singa betina yang ku kuat."

Pintu lift terbuka. Bersamaan dengan terbukanya pintu tersebut saat itulah jantung Letta kembali berdetak normal dan tak sakit.

Letta menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Sepertinya tidur bukanlah ide yang buruk. Saat Letta ingin memasuki alam mimpi tiba tiba Allarich datang dan menindih tubuhnya "Hiks hiks Letta maaf. Ak aku tak membencimu sungguh hiks."

"Ya ampun sayang, kenapa kau menangis?" Letta menarik dagu Allarich yang sedang terisak.

Allarich menggeleng "Hiks hiks maaf."

Letta tersenyum gemas dengan tingkah kekasih tampannya itu. Letta mendekap tubuh Allarich lalu menepuk punggung tegap pria itu sambil menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.

"Cup cup cup bayi tampanku jangan menangis." bukannya diam tangis Allarich malah pecah dan semakin menjadi jadi.

"Shhhttt cup cup sayang tenang ya. Letta tak marah kok shhhttt." Letta  terus menggoyangkan tubuh Allarich. Kadang juga ia mengecup lembut puncak kepala pria itu.

Crazy Without You Where stories live. Discover now