Chapter 27: A lunic plan

80.7K 4.9K 117
                                    


Dorr

Sean menatap datar arah tembakannya yang tepat sasaran dan tak meleset.

"Jadi, kau mengundangku untuk membahas itu?"

Sean mengangguk kecil. Ia kembali melepaskan tembakan dan. Yup, kembali tepat sasaran. Tepat ke arah titik papan target tembak.

"Aku setuju denganmu. Jadi, apa rencananya?" Sean melirik Thomas yang sedang tersenyum penuh kemenangan.

Thomas mendekati Sean kemudian ia berbisik ke telinga pria itu. Sean menyunggingkan seringainya mendengar rencana licik milik Thomas.

"Tak buruk." Sean berucap datar. Thomas senang akhirnya ia tak sendiri dalam melawan Allarich.

Kalau perlu ia akan menambah jumlah musuh Allarich untuk ikut begabung dan bekerja sama dengannya.

"Anak tirimu itu pasti sangat senang dengan rencana ini." ucap Sean tanpa mengalihkan perhatiannya pada arah papan target tembak.

"Apa kau tau, Carlot sangat membenci kekasih si bedebah itu. Karena dulu Letta pernah membuatnya sedikit trauma." Thomas menghela nafasnya mengingat kejadian di waktu lampau.

Sean menghentikan aktivitasnya lalu menatap Thomas dengan tajam.

"Letta adalah kekasihku bukan kekasih si sial itu."

"Dan juga Carlot anakmu, kau tak keberatan jika anakmu akan bertingkah selayaknya jalang?"

Thomas mendengus malas "Kau sudah tau bagaimana sifat aslinya. Jadi, hal begini pasti akan membuatnya meloncat kegirangan. Lagipula dia hanyalah anak tiriku, aku tak begitu peduli padanya."

Thomas mengambil sebuah senjata api Sub Machine Gun-UZI
di sebelahnya. Sekarang, ia sedang berada di ruangan latih tembak Sean. Disana banyak jenis pistol maupun senapan dan shotgun yang paling mematikan.

Ada SS-2, Ak-47, SIG SG 550, dan yang paling ia kaget adalah adanya M-16. Itu merupakan senjata yang hanya ada 4 di dunia.

"Sepertinya kau sangat tertarik dengan shotgun ya, Mr. Jerix."

Sean tak menjawab. Ia tetap fokus menembak, Thomas yang melihat itu hanya menghela nafas kesal dengan tingkah anak muda didepannya ini.

Dorr

Thomas melepas tembakan. Walaupun Thomas bisa terbilang sudah mulai lanjut usia. Tetapi, ia tetaplah terlihat sangat tampan. Tampan, kekar dan kuat.

***

"Eungghh." Letta melenguh merasakan cahaya pagi yang bersinar menyilaukan matanya.

Ia menguap kecil lalu mengucek ngucek kedua matanya. Letta masih dalam keadaan mengumpulkan nyawa.

Ia celingak celinguk kanan dan kiri. Apa ia sudah sampai. Fikirnya dalam hati.

Letta turun dari kasur lalu berjalan mencari Allarich. Namun ketika ia membuka pintu kamar, Letta langsung disambut dengan tiga pelayan.

"Nyo nyonya, apa nyonya lapar? sarapan sudah ada dibawah nyonya. Atau nyonya ingin saya ambilkan?" tanya gugup si pelayan berambut kepirangan.

"Nyonya apa nyonya merasa nyaman? apa nyonya tidur dengan nyenyak?" panik pelayan berambut pendek.

"Nyonya sudah mandi? apa nyonya ingin saya siapkan air hangat?" tanya pelayan satunya lagi.

Letta sedikit heran sekaligus tersenyum lucu dengan pertanyaan beruntun dari ketiga pelayan di depannya ini.

Crazy Without You Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin