Bagian 47: Hiks, i miss you.

98K 5.3K 974
                                    


Waktu menunjukkan pukul sembilan.

Kini Letta dan Allarich sudah berada dikamar milik mereka. Sedari tadi tak ada yang membuka percakapan. Mereka saling diam layaknya sedang berperang dingin. Entah siapa yang memulai dulu perperangan tersebut. Tapi yang pasti Letta tak bermaksud mendiamkan Allarich. Ia hanya merasa sangat bersalah mengingat dulu Allarich pernah terluka akibat dirinya.

Diam diam Allarich menukik senyum kebawah. Ia membuka semua pakaiannya dan hanya menyisakan underwear saja, bermaksud menggoda Letta. Allarich mencuri curi pandang melirik Letta dengan tatapannya yang tajam.

Kenapa Letta tak peka. Allarich ingin jatahnya! Toh ini malam pertama mereka.

Letta melirik Allarich sekilas, Allarich yang sedari tadi menatap Letta kini terciduk karena ketauan mencuri pandang. Dengan pipi yang memerah malu Allarich langsung membuang pandangan.

Tatapan Letta bukan tertuju pada perut sixpack Allarich ataupun tonjolan keras dan besar yang ada disebalik underwear. Tapi tatapan itu tertuju pada bekas jaitan yang ada di dada Allarich akibat luka tembak yang menyerang pria itu dulu. Melihatnya Letta semakin merasa bersalah ia menundukkan kepalanya dalam dalam.

Dengan lemah Letta menundukkan diri di tepian kasur. Ia mengambil sebuah novel dan berniat membacanya. Tapi, novel tersebut lebih dulu dirampas oleh Allarich.

Letta mendongak melihat wajah Allarich yang sedang menatapnya tajam. Allarich mengangkat novel itu keatas setinggi tingginya agar Letta kesulitan mengambil novel tersebut.

Letta berjinjit dan sedikit lagi maka ia akan mendapatkan novel tersebut. Tapi, semakin Letta berjinjit maka semakin Allarich ikut ikutan berjinjit juga. Sehingga buku itu terlampau tinggi. Apalagi porsi tubuh Allarich yang sangat tinggi. Membuatnya semakin sulit menggapai novel tersebut.

Karena melihat raut wajah Letta yang tampak capek meraih novel.
Akhirnya dengan belas kasihan Allarich menurunkan tangannya lalu menyembunyikan novel tersebut ke belakang tubuhnya.

Letta menatap Allarich dengan pandangan memelas. Tapi Allarich hanya menatap Letta tajam dengan mempertahankan novel tersebut tetap berada di belakang punggungnya.

Letta menundukkan wajahnya dalam dalam. Ia berniat berbalik tapi Allarich lebih dulu mencegat Letta dengan memeluk wanita itu dari belakang "Kenapa jadi kau yang marah?! kau jahat Letta kau jahat."

"Kenapa jadi kau yang mendiamiku begitu? apa kau tak tau aku sangat merindukanmu? aku sangat merindukanmu sampai rasanya aku ingin mati saja Letta."

Letta mengelus tangan Allarich yang melilit diperutnya. Kini, dapat Letta rasakan lehernya yang basah. Sudah pasti Allarich menangis.

"Hiks hiks jahat, padahal aku sangat merindukanmu. Tapi, kau tega mengacuhkanku." Letta terkekeh kecil. Dari dulu sampai sekarang sifat manja dan cengeng Allarich tak berubah sedikitpun. Letta menyandarkan tubuhnya diatas dada bidang Allarich dengan satu tangan yang mengelus pipi pria itu penuh sayang.

Letta sedikit berjinjit lalu menarik tengkuk Allarich mencium pipi itu dalam waktu cukup lama. Setelah itu ia melepaskannya dan tersenyum lembut pada Allarich yang masih terisak "Maafkan aku sayang. Aku hanya merasa bersalah mengingat dulu kau pernah terluka karenaku."

Letta menatap lurus kedepan dengan pandangan sendu "Dulu aku lebih memilih percaya pada mereka dari pada dirimu. Maafkan aku."

Allarich menggeleng "Tidak apa apa Letta. Lagipula tembakan itu taklah sakit, lebih sakit kau meninggalkanku dari pada terkena tembakan itu."

Crazy Without You Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin