Bab 13 | 2

4.2K 380 17
                                    

Semenjak pertemuan itu, perasaan Ibu semakin tidak karuan. Pertahanan yang dibangunnya selama ini pun mulai goyah.

Apakah Ilham masih menyimpan perasaan yang sama terhadap Sofi?

Pertanyaan itu selalu mengganggu dan membuatku semakin tidak percaya diri. Aku merasa seperti persinggahan yang bisa ditinggalkannya setiap saat.

Rupanya Ilham menyadari perubahan suasana hatiku dengan segera.

"Kamu terlihat murung akhir-akhir ini. Kenapa? Apa karena pertemuan kita dengan Sofi tempo hari?" Ilham bertanya dengan hati-hati.

Aku enggan menjawab dan memilih untuk berpura-pura tidur di samping Naura yang sudah terlelap.

"Apa kamu masih meragukanku? Meragukan perasaanku padamu?"

Tangan Ilham mengelus kepalaku. Ada desir yang membuat mataku terasa panas dan ingin segera memuntahkan semua cairan yang kubendung selama ini.

"Demi Allah, aku mencintaimu, wanita yang kupilih untuk menjadi ibu dari anak-anakku."

Aku mulai terisak. Ilham mencium puncak kepalaku lama.

"Aku ingin meluruskan segala kesalahpahaman kita selama ini. Kumohon, beri aku kesempatan untuk menjelaskannya."

Diraihnya bahuku dan menenggelamkan kepalaku dalam dekapannya. "Kumohon."

Aku mengangguk lalu membalikkan badan sehingga kami saling bertatapan.

"Aku memutuskan untuk menikahimu karena takut kehilangan, kehilangan orang yang berharga dalam hidupku. Wanita kedua yang kusayangi setelah Ibu."

Ilham menyeka air mata yang sudah meleleh di pipiku.

"Aku menyadarinya semenjak kamu bersama Rio. Aku marah, lebih tepatnya marah pada diri sendiri. Saat itu, aku masih dibingungkan dengan perasaanku, apakah rasa sayang yang kumiliki hanya sebagai seorang kakak terhadap adiknya, atau laki-laki terhadap seorang wanita.

"Berbeda saat Sofi meninggalkanku, rasa kehilangan yang kurasakan ketika Rio ingin melamarmu lebih menyakitkan dibanding kehilangan Sofi. Aku baru tahu jika perasaan yang kumiliki pada Sofi tidak sedalam perasaanku kepadamu, walau aku sendiri belum tahu bentuk perasaan itu semacam apa. Mungkin perasaanku pada Sofi sebatas kekaguman, sedangkan perasaanku kepadamu lebih pada ketergantungan.

"Lalu, saat kamu berusaha menjadi seorang istri dan ibu yang baik, rasa cintaku semakin bertambah setiap harinya. Aku merasa jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama. Orang yang dulu tidak kuperhitungkan. Hanya saja, aku tidak pandai untuk mengungkapkannya. Rasanya terlalu canggung untuk mengatakan cinta. Mungkin itu yang membuatmu salah paham dan berprasangka buruk selama ini."

Ilham menatapku dalam. Ada ketenangan yang dirambatkannya ke dalam dada.

"Apa kamu mau memaafkanku?"

Aku mengangguk. Ilham mengecupku sekali lagi dan kembali menenggelamkan kepalaku dalam pelukannya. Seperti tidak ingin kehilangan.

Jadi selama ini aku telah salah menilainya?

"Jadi kumohon, jangan pernah beranggapan jika aku tidak mencintaimu, apalagi berpikir aku akan meninggalkanmu. Sungguh, bahkan aku tidak berani membayangkan bagaimana jika suatu hari kamu benar-benar meninggalkanku. Mungkin aku tidak akan sanggup memikulnya. Aku berpikir jika akan lebih baik aku yang pergi lebih dulu."

Tidak ada yang bisa kukatakan, seolah lidahku telah kelu mendengar semua pengakuannya. Perasaan hangat memenuhi seluruh hatiku. Tiba-tiba saja aku merasa menjadi wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia.

Aku berjanji untuk tidak lagi meragukan Ilham, apalagi cemburu kepada Sofi. Sebab, aku percaya kepada Ilham.
___

Kututup buku harian ibu dengan perasaan lega. Ternyata Ayah benar-benar mencintai Ibu, sama seperti yang kuketahui semenjak kecil.

Aku beranjak ke kamar mandi untuk berwudu, menjernihkan pikiran. Beberapa kali kurapal istighfar karena telah menyimpan prasangka buruk terhadap Ayah. Mungkin jika Ayah pulang nanti, aku benar-benar akan meminta maaf.

Setelah membacanya, bisa kubayangkan bagaimana perasaan kehilangan yang Ayah rasakan kini, hingga setahun setelah kepergian ibu pun Ayah masih merasa sedih. Mungkin inilah saatnya bagiku untuk menggantikan peran Ibu, menjadi sahabat Ayah.

--bersambung--

Jodoh Pasti Kembali [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang